Presiden Afsel: Waspadai Aksi Kejahatan Selama Lockdown
loading...
A
A
A
CAPE TOWN - Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa melemparkan kecaman terhadap pihak-pihak yang berusaha untuk menjadikan masa lockdown di negara itu untuk melakukan aksi kejahatan.
"Sangat tercela bahwa para penjahat menggunakan periode penguncian ini sebagai kedok untuk melanggar hukum, pada saat otoritas penegak hukum kita sibuk mendukung upaya nasional untuk mengatasi pandemi," kata Ramaphosa, seperti dikutip dari Xinhua.
Pernyataan ini dilontarkan Ramaphosa menyusul laporan sejumlah insiden kriminal di Afsel. Mulai dari perusakan properti public, hingga kekerasan berbasis gender. "Ini adalah dakwaan besar dari masyarakat kita, bahwa puluhan sekolah telah dirampok, dihancurkan atau dibakar," ujarnya.
“Ketika pembatasan usai dan pembelajaran dilanjutkan, ribuan anak tidak akan memiliki sekolah untuk kembali. Ini merampas hak mereka untuk mendapatkan pendidikan,” katanya. Afsel telah berada dalam kondisi lockdown sejak 26 Maret malam. Pekan lalu, Ramaphosa memperpanjang masa lockdown hingga akhir April mendatang.
Utilitas listrik Eskom juga melaporkan peningkatan pencurian kabel dan perusakan infrastruktur sejak lockdown dimulai. Kondisi ini mengakibatkan gangguan pasokan listrik dan kerusakan yang akan memerlukan biaya cukup besar untuk diperbaiki.
"Properti publik itu dirusak ketika seluruh negara mengalami kesulitan karena dikunci, merupakan demonstrasi rasa tidak hormat dan pengabaian terhadap mayoritas warga Afrika Selatan yang taat hukum," kata Ramaphosa.
"Sangat tercela bahwa para penjahat menggunakan periode penguncian ini sebagai kedok untuk melanggar hukum, pada saat otoritas penegak hukum kita sibuk mendukung upaya nasional untuk mengatasi pandemi," kata Ramaphosa, seperti dikutip dari Xinhua.
Pernyataan ini dilontarkan Ramaphosa menyusul laporan sejumlah insiden kriminal di Afsel. Mulai dari perusakan properti public, hingga kekerasan berbasis gender. "Ini adalah dakwaan besar dari masyarakat kita, bahwa puluhan sekolah telah dirampok, dihancurkan atau dibakar," ujarnya.
“Ketika pembatasan usai dan pembelajaran dilanjutkan, ribuan anak tidak akan memiliki sekolah untuk kembali. Ini merampas hak mereka untuk mendapatkan pendidikan,” katanya. Afsel telah berada dalam kondisi lockdown sejak 26 Maret malam. Pekan lalu, Ramaphosa memperpanjang masa lockdown hingga akhir April mendatang.
Utilitas listrik Eskom juga melaporkan peningkatan pencurian kabel dan perusakan infrastruktur sejak lockdown dimulai. Kondisi ini mengakibatkan gangguan pasokan listrik dan kerusakan yang akan memerlukan biaya cukup besar untuk diperbaiki.
"Properti publik itu dirusak ketika seluruh negara mengalami kesulitan karena dikunci, merupakan demonstrasi rasa tidak hormat dan pengabaian terhadap mayoritas warga Afrika Selatan yang taat hukum," kata Ramaphosa.
(esn)