Eks Mata-mata KGB: Luncurkan Serangan Nuklir Berarti 'Hukuman Mati' bagi Putin

Selasa, 23 Agustus 2022 - 14:36 WIB
loading...
Eks Mata-mata KGB: Luncurkan Serangan Nuklir Berarti Hukuman Mati bagi Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin. Seorang mantan mata-mata KGB tak percaya Putin akan menggunakan senjata nuklir untuk menyerang Barat. Foto/REUTERS
A A A
LONDON - Mantan mata-mata KGB, Jack Barsky, tidak percaya Presiden Rusia Vladimir Putin akan meluncurkan serangan senjata nuklir terhadap negara-negara NATO. Sebab, itu akan menjadi "hukuman mati" bagi Putin.

KGB adalah badan intelijen Uni Soviet untuk operasi asing. Di era Rusia saat ini, badan itu berganti menjadi FSB (Dinas Keamanan Federal).

Baru-baru ini, seorang propagandis Kremlin yang juga sekutu Putin; Vladimir Solovyov, menyerukan sang presiden untuk menggunakan senjata nuklir. Seruan itu disampaikan dengan dalih untuk melindungi warga Rusia dan orang-orang berbahasa Rusia di negara-negara Baltik anggota NATO.



Solovyov mengatakan warga Rusia dan orang-orang lokal yang berbahasa Rusia dipersulit di Lituania, Latvia, dan Estonia.

"Oke, kami akan mengirim pasukan kami untuk membela penduduk berbahasa Rusia. Apakah negara-negara NATO akan masuk?" katanya.

"Apakah negara-negara Barat siap untuk terbakar dari serangan rudal kami, dan jika perlu, dari senjata nuklir taktis kami," lanjut dia.

Barsky mengatakan kepada Express.co.uk, kemarin, bahwa dia tidak percaya Putin akan melakukan seruan seperti itu. Sebab, Putin tahu itu akan mengakibatkan "hukuman mati" untuk dirinya sendiri.

Barsky juga mengkritik para pemimpin Barat atas cara mereka berurusan dengan Putin.

"Dia telah marah untuk waktu yang lama jadi saya tidak berpikir kita bisa membuatnya lebih marah," ujarnya.

"Apa satu hal yang saya lawan sejak hari pertama? Adalah memanggilnya dengan nama. Itu tidak ada gunanya selain membuat Putin lebih marah," imbuh dia.

"Pernyataan-pernyataan itu ketika [Presiden Amerika Serikat] Joe Biden menyebut Putin sebagai penjahat perang, itu untuk konsumsi internal. Setiap kali politik menjadi dominan dalam hal kebijakan luar negeri, Anda akan membuat keputusan yang buruk," kritik mantan mata-mata tersebut.

"Saya sangat ragu dia akan bertindak ekstrem dan meluncurkan nuklir, karena dia tahu itu akan menjadi 'hukuman mati' baginya."

Barsky lahir di Jerman, tetapi kemudian bekerja untuk KGB sebagai mata-mata antara tahun 1973 hingga 1988.

Dia didekati KGB saat dia kuliah di Jerman, dan menghabiskan waktunya dengan dinas keamanan Soviet mencoba mendekati penasihat keamanan Gedung Putih, melacak pembelot Soviet dan mencari rekrutan KGB.

Barsky bahkan menjalani kehidupan ganda pada satu tahap--dia memiliki satu istri dan anak perempuan di AS dan seorang istri dan anak di Jerman.

Pada tahun 1988, Soviet percaya bahwa penyamaran Barsky telah dibocorkan dan mencoba membawanya kembali ke Moskow, tetapi dia menolak untuk pergi.

FBI akhirnya menangkap Barsky, dan dia akhirnya mengaku sebagai mata-mata. Dia kemudian memberikan kontra-intelijen untuk AS.

Saat ini, dia adalah seorang tokoh masyarakat yang melakukan pembicaraan publik dan wawancara tentang waktunya bersama KGB.

Putin mencoba dan menenangkan ketegangan pada awal bulan ini, dengan mengatakan bahwa tidak ada yang akan menang dari perang nuklir.

"Kami melanjutkan dari fakta bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir dan itu tidak boleh dilepaskan, dan kami berdiri untuk keamanan yang sama dan tak terpisahkan untuk semua anggota komunitas dunia," kata Putin.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1897 seconds (0.1#10.140)