Sekjen Liga Dunia Muslim: Serangan terhadap Salman Rushdie Tak Diterima oleh Islam
loading...
A
A
A
RIMINI - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Liga Dunia Muslim (MWL) Muhammad bin Abdul Karim al-Issa mengatakan bahwa serangan terhadap novelis terkenal Salman Rushdie di New York adalah kejahatan yang tidak diterima oleh Islam.
Rushdie, novelis asal India tapi sudah menjadi warga negara Inggris, merupakan penulis novel "The Satanic Verses" atau "Ayat-Ayat Setan". Dia difatwa mati oleh pemimpin revolusi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini 33 tahun silam karena novelnya itu dianggap menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW.
“Islam menentang kekerasan dan tidak pernah bisa mengakui metode kekerasan apa pun," kata al-Issa dalam wawancaranya dengan Arab News yang dilansir Senin (22/8/2022).
Dia memberikan wawancara di sela-sela konferensi dialog antaragama di Rimini, Italia.
"Isu-isu agama dan intelektual, termasuk ungkapan-ungkapan yang mungkin dibaca secara keseluruhan atau sebagian sebagai ofensif, tidak akan pernah bisa ditangani dengan cara-cara kekerasan ini,” lanjut al-Issa.
Rushdie (75) hendak memberikan kuliah tentang kebebasan artistik di Chautauqua Institution di barat New York, Amerika Serikat, pada 12 Agustus ketika dia diserang dan ditikam oleh seorang pria yang diidentifikasi sebagai Hadi Matar (24).
Matar berasal dari keluarga Lebanon, namun dibesarkan di Amerika Serikat.
Al-Issa, yang juga presiden Organisasi Halal Islam Internasional dan mantan Menteri Kehakiman Arab Saudi mengatakan bahwa Islam “menentang kekerasan".
Sebagai seorang aktivis yang rajin melawan ekstremisme agama, al-Issa telah dipuji oleh para pemimpin agama dan pejabat pemerintah atas upayanya untuk mempromosikan koeksistensi damai di antara semua orang.
Rushdie, novelis asal India tapi sudah menjadi warga negara Inggris, merupakan penulis novel "The Satanic Verses" atau "Ayat-Ayat Setan". Dia difatwa mati oleh pemimpin revolusi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini 33 tahun silam karena novelnya itu dianggap menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW.
“Islam menentang kekerasan dan tidak pernah bisa mengakui metode kekerasan apa pun," kata al-Issa dalam wawancaranya dengan Arab News yang dilansir Senin (22/8/2022).
Dia memberikan wawancara di sela-sela konferensi dialog antaragama di Rimini, Italia.
"Isu-isu agama dan intelektual, termasuk ungkapan-ungkapan yang mungkin dibaca secara keseluruhan atau sebagian sebagai ofensif, tidak akan pernah bisa ditangani dengan cara-cara kekerasan ini,” lanjut al-Issa.
Rushdie (75) hendak memberikan kuliah tentang kebebasan artistik di Chautauqua Institution di barat New York, Amerika Serikat, pada 12 Agustus ketika dia diserang dan ditikam oleh seorang pria yang diidentifikasi sebagai Hadi Matar (24).
Matar berasal dari keluarga Lebanon, namun dibesarkan di Amerika Serikat.
Al-Issa, yang juga presiden Organisasi Halal Islam Internasional dan mantan Menteri Kehakiman Arab Saudi mengatakan bahwa Islam “menentang kekerasan".
Sebagai seorang aktivis yang rajin melawan ekstremisme agama, al-Issa telah dipuji oleh para pemimpin agama dan pejabat pemerintah atas upayanya untuk mempromosikan koeksistensi damai di antara semua orang.