China Ceramahi AS tentang Demokrasi dan Kekacauan Penarikan Pasukan di Afghanistan
loading...
A
A
A
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China menunjukkan AS telah menyita aset Afghanistan senilai USD7 miliar untuk menghambat rekonstruksi dan pembangunan negara itu.
Tindakan AS itu dikecam pemerintah Taliban sebagai “pencurian.” Presiden AS Joe Biden "mencairkan" sekitar setengah dari dana pada Februari 2022, hanya untuk tunduk pada klaim pengadilan dari warga Amerika yang menuntut kerusakan akibat terorisme.
“AS telah gagal di Afghanistan. Tapi mereka jelas belum mengambil pelajaran," ujar Wang pada Senin.
Dia mencatat, “Washington terus terlibat dalam campur tangan politik dan manipulasi di seluruh dunia atas nama demokrasi dan hak asasi manusia."
Dia memperingatkan "bertindak melawan tren zaman" hanya akan menghasilkan lebih banyak 'momen Kabul' ke depan.
Taliban merebut Kabul pada 15 Agustus 2021 ketika pemerintah Afghanistan yang didukung AS runtuh.
Pasukan AS dan sekutu NATO mereka menerbangkan sekitar 130.000 orang melalui bandara Kabul selama dua pekan berikutnya, meninggalkan ribuan penerjemah dan kontraktor mereka di Afghanistan.
Prajurit Amerika terakhir berangkat sesaat sebelum tengah malam pada tanggal 31 Agustus.
Lihat Juga: Siapa Li Jianping? Koruptor Terbesar China yang Menilap Rp6,8 Triliun dan Dieksekusi Mati
Tindakan AS itu dikecam pemerintah Taliban sebagai “pencurian.” Presiden AS Joe Biden "mencairkan" sekitar setengah dari dana pada Februari 2022, hanya untuk tunduk pada klaim pengadilan dari warga Amerika yang menuntut kerusakan akibat terorisme.
“AS telah gagal di Afghanistan. Tapi mereka jelas belum mengambil pelajaran," ujar Wang pada Senin.
Dia mencatat, “Washington terus terlibat dalam campur tangan politik dan manipulasi di seluruh dunia atas nama demokrasi dan hak asasi manusia."
Dia memperingatkan "bertindak melawan tren zaman" hanya akan menghasilkan lebih banyak 'momen Kabul' ke depan.
Taliban merebut Kabul pada 15 Agustus 2021 ketika pemerintah Afghanistan yang didukung AS runtuh.
Pasukan AS dan sekutu NATO mereka menerbangkan sekitar 130.000 orang melalui bandara Kabul selama dua pekan berikutnya, meninggalkan ribuan penerjemah dan kontraktor mereka di Afghanistan.
Prajurit Amerika terakhir berangkat sesaat sebelum tengah malam pada tanggal 31 Agustus.
Lihat Juga: Siapa Li Jianping? Koruptor Terbesar China yang Menilap Rp6,8 Triliun dan Dieksekusi Mati
(sya)