Demi Pengembangan Vaksin Covid-19, 4.000 Warga Korsel Donorkan Darah

Selasa, 30 Juni 2020 - 11:12 WIB
loading...
Demi Pengembangan Vaksin Covid-19, 4.000 Warga Korsel Donorkan Darah
Empat ribu warga Korea Selatan (Korsel) dari kelompok Gereja Yesus Shincheonji berbondong-bondong mendonorkan darah demi membantu menutupi kekurangan sampel dalam pengembangan vaksin Covid-19. Foto/Istimewa
A A A
SEOUL - Empat ribu warga Korea Selatan (Korsel) dari kelompok Gereja Yesus Shincheonji berbondong-bondong mendonorkan darah demi membantu menutupi kekurangan sampel dalam pengembangan vaksin Covid-19. Mereka merupakan pasien sembuh Covid-19 yang terjangkit beberapa waktu lalu.

Setiap orang mendonorkan sekitar 500 mililiter darah atau total setara dengan Rp1.170 triliun jika merunut pada tran-saksi di Amerika Serikat. Langkah ini diharapkan dapat membantu Green Cross Pharma mempermudah pengembangan vaksin Covid-19 sehubungan meluasnya Covid-19 ke berbagai negara.

“Kami berdiskusi dengan otoritas kesehatan dan berusaha mengajukan rencana donasi,” ujar Lee Man Hee, pendiri Gereja Yesus Shincheonji. “Beberapa anggota jemaat yang sembuh menjadi pendonor atas keinginan sendiri sebagai wujud terima kasih atas pelayanan dari pemerintah dan petugas kesehatan,” tambahnya.

Sementara itu, Beijing terus menggencarkan penggunaan obat tradisional China (TCM) untuk menyembuhkan penyakit infeksi tersebut. Dalam buku putih yang dirilis Pemerintah China mengklaim 92% kasus Covid-19 disembuhkan dengan obat herbal tersebut. (Baca: Virus Flu Baru Berpotensi Jadi Pandemi Muncul di China)

TCM merupakan salah satubentuk obat herbal dan bera-gam pengobatan dari penggu-naan herbal hingga akupunktur dan Tai Chi. Hal itu sangat populer di China lintas generasi. Meskipun tetap memicu perdebatan di ranah online tentang penggunaan obat herbal tersebut.

Para pakar mengatakan China sedang mengembangkan daya tarik pengobatan tradisional, baik domestik maupun mancanegara, namun tenaga kesehatan profesional di berbagai tempat di dunia masih skeptis terkait khasiatnya. Komisi Kesehatan Nasional China punya bab tersendiri mengenai pengobatan tradisional dalam panduan virus corona. Adapun media pemerintah menyoroti perannya yang diduga mampu mengatasi wabah penyakit pada masa lalu, seperti SARS pada 2003. (Baca juga: Angka Rata-Rata Kematian di Tanah Air Lebih Rendah dari Jepang)

Enam obat tradisional diiklankan sebagai penyembuh Covid-19. Dua paling terpopuler adalah Lianhua Qingwen yang mengandung 13 elemen termasuk Forsythia suspense dan Rhodiolarosea atau dikenal dengan sebutan akar emas serta Jinhua Qinggan yang dikembangkan saat wabah H1N1 pada 2009 dan terdiri dari 12 komponen termasuk honeysuckle, mint, dan liquorice. Pendukung pengobatan tradisional China berargumen bahwa tidak ada efek samping atau hal negatif dalam menggunakannya. Namun, para pakar menekankanperlunya serangkaian tes ilmiah sebelum menyatakan formula dalam obat itu aman bagi manusia sehingga berkhasiat.

Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat mengatakan, pengobatan tradisional China mungkin bisa meringankan gejala penyakit, namun efektivitasnya secara keseluruhan dalam melawan virus corona belum bisa dibuktikan.

“Obat tradisional China belum ada bukti yang baik, dan karena itu penggunaannya tak hanya tidak bisa dibenarkan, tapi juga berbahaya,” kata Edzard Ernst, peneliti obat-obatan suplemen yang dikutip dalam jurnal ilmiah Nature. (Lihat videonya: Bantu Pereonomian Warga, Karang Taruna Gunung Kidul Dirikan Pasar Sedekah)

Dewan Negara China tahun lalu memperkirakan industri TCM akan bernilai USD420 miliar pada akhir 2020. Presiden Xi Jinping mengaku dirinya “fansberat” pengobatan kuno dan menyebutnya “harta peradaban China”.

Namun, Yanzhong Huang, anggota senior urusan kesehatan dunia dalam Dewan Hubungan Luar Negeri China, mengungkapkan keselamatan dan kemampuan memproduksi hasil yang diinginkan menjadi masalah di sektor TCM. “Banyak orang China masih memilih kedokteran modern dibandingkan TCM,” katanya. Apalagi Institut Nasional untuk Pengendalian Makanan dan Obat-obatan China tahun lalu menemukan racun dalam sejumlah sampel TCM. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0957 seconds (0.1#10.140)