Kisah Pilu Maryam, Dituduh Menipu Suami karena Tak Berdarah di Malam Pertama
loading...
A
A
A
Sertifikat keperawanan Maryam menyatakan bahwa jenis selaput daranya adalah "elastis". Ini berarti dia mungkin tidak berdarah setelah melakukan hubungan seks penetrasi.
"Itu melukai harga diri saya. Saya tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi suami saya terus menghina saya," katanya.
"Saya tidak tahan lagi, jadi saya minum beberapa pil dan mencoba bunuh diri."
Tepat pada waktunya, dia dibawa ke rumah sakit dan selamat.
"Saya tidak akan pernah melupakan hari-hari kelam itu. Saya kehilangan 20kg [3 stone] selama waktu itu," paparnya, seperti dikutip BBC, Kamis (11/8/2022).
Kisah pilu Maryam adalah kenyataan banyak wanita di Iran. Menjadi perawan sebelum menikah masih penting bagi banyak gadis dan keluarga mereka. Ini adalah nilai yang mengakar kuat dalam konservatisme budaya.
Namun belakangan ini, keadaan mulai berubah. Wanita dan pria di seluruh negeri telah berkampanye untuk mengakhiri tes keperawanan.
November lalu, sebuah petisi online menerima hampir 25.000 tanda tangan dalam satu bulan. Ini adalah pertama kalinya tes keperawanan ditentang secara terbuka oleh begitu banyak orang di Iran.
"Itu pelanggaran privasi, dan itu memalukan," kata Neda, salah seorang warga Iran.
Ketika Neda adalah seorang siswi berusia 17 tahun di Teheran, dia kehilangan keperawanan di tangan pacarnya.
"Itu melukai harga diri saya. Saya tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi suami saya terus menghina saya," katanya.
"Saya tidak tahan lagi, jadi saya minum beberapa pil dan mencoba bunuh diri."
Tepat pada waktunya, dia dibawa ke rumah sakit dan selamat.
"Saya tidak akan pernah melupakan hari-hari kelam itu. Saya kehilangan 20kg [3 stone] selama waktu itu," paparnya, seperti dikutip BBC, Kamis (11/8/2022).
Kisah pilu Maryam adalah kenyataan banyak wanita di Iran. Menjadi perawan sebelum menikah masih penting bagi banyak gadis dan keluarga mereka. Ini adalah nilai yang mengakar kuat dalam konservatisme budaya.
Namun belakangan ini, keadaan mulai berubah. Wanita dan pria di seluruh negeri telah berkampanye untuk mengakhiri tes keperawanan.
November lalu, sebuah petisi online menerima hampir 25.000 tanda tangan dalam satu bulan. Ini adalah pertama kalinya tes keperawanan ditentang secara terbuka oleh begitu banyak orang di Iran.
"Itu pelanggaran privasi, dan itu memalukan," kata Neda, salah seorang warga Iran.
Ketika Neda adalah seorang siswi berusia 17 tahun di Teheran, dia kehilangan keperawanan di tangan pacarnya.