Sejarah Ukraina Serahkan 5.000 Senjata Nuklir ke Rusia di Tahun 1994

Rabu, 10 Agustus 2022 - 22:30 WIB
loading...
Sejarah Ukraina Serahkan 5.000 Senjata Nuklir ke Rusia di Tahun 1994
Ilustrasi
A A A
KIEV - Dalam sejarahnya, Ukraina sempat menyerahkan senjata nuklir ke Rusia dengan harapan mendapat imbalan jaminan keamanan dari negara tersebut.

Bermula ketika akhir perang dingin, kala itu negara dengan kekuatan nuklir terbesar bukanlah dipegang oleh Inggris, China atau Prancis, melainkan Ukraina yang menjadi negara berkekuatan nuklir terbesar ketiga di dunia.



Melansir dari nytimes.com, Runtuhnya Uni Soviet pada 1991 membuat Ukraina yang baru merdeka mewarisi sekitar 5.000 senjata nuklir yang tersimpan dalam gudang bawah tanah Moskow. Senjata ini dikatakan lebih kuat dibanding bom yang meratakan Hiroshima.

Pada Januari 1992, sebulan setelah Uni Soviet bubar, presiden dan menteri pertahanan Ukraina memerintahkan komandan militer dan orang-orangnya untuk berjanji setia kepada Rusia. Sebuah langkah yang akan menggunakan kontrol administratif atas senjata yang masih tersisa.

Banyak yang menolak, dan tentara yang mengelola pasukan nuklir Ukraina jatuh ke dalam periode kebingungan yang menegangkan atas nasib gudang senjata dan status operasionalnya.

Pada tahun 1993, John J. Mearsheimer, seorang ahli teori hubungan internasional terkemuka di Universitas Chicago sempat mengungkapkan bahwa persenjataan nuklir tersebut akan sangat penting bagi Ukraina untuk menahan pergerakan Rusia.



Namun pendapat tersebut tak didengarkan, karena John dikenal sebagai orang yang cukup kontroversial. Akhirnya Ukraina berencana melakukan denuklirisasi. Penghapusan persenjataan ini sering dipuji sebagai kemenangan kontrol persenjataan.

Sebagai gantinya Amerika Serikat, Inggris dan Rusia akan menjamin keamanan Ukraina dalam perjanjian yang dikenal sebagai Memorandum Budapest pada tahun 1994.

Perjanjian tersebut juga berisi, jika agresi terjadi, para penandatangan akan meminta tindakan segera dari Dewan Keamanan PBB untuk membantu Ukraina. Pada Mei 1996, Ukraina melihat senjata nuklir terakhirnya diangkut kembali ke Rusia. Pemulangan itu memakan waktu setengah dekade.

Namun sejarah denuklirisasi itu kini telah menjadi musibah besar bagi The Breadbasket of Europe. Saat ini mereka tengah dalam serangan beruntun dari negara yang telah diberikan banyak senjata mematikan tersebut.

Meskipun begitu, Ukraina masih mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan Inggris yang telah berkomitmen secara serius terhadap isi perjanjian tersebut.



Karena dokumen tersebut merupakan perjanjian yang ditandatangani di tingkat tertinggi oleh kepala negara. Sehingga implikasinya haruslah membuat Ukraina tidak akan dibiarkan berdiri sendiri bila menghadapi ancaman.

Lalu apakah Rusia melanggar perjanjian? ternyata Negeri Tirai Besi ini punya alasan tersendiri terkait perjanjian tersebut.

Melansir dari npr.org, pertemuan para penandatangan memorandum yang disebut oleh Ukraina itu terjadi di Paris. Dan menteri luar negeri Federasi Rusia, Sergey Lavrov, yang berada di Paris pada saat itu sama sekali tidak muncul. Bahkan dia mengatakan tidak akan datang ke pertemuan sehubungan dengan memorandum itu.

Saat ini Ukraina tidak memiliki alat yang bisa digunakan untuk memproduksi nuklir. Analis Barat menyatakan suasana Ukraina saat ini cenderung meromantisasi masa lalu atom.

Mariana Budjeryn, spesialis Ukraina di Universitas Harvard mengungkapkan "Kami memiliki senjata lalu menyerahkannya dan sekarang lihat apa yang terjadi". Penyesalan besar kini telah menghantui Ukraina yang telah mendapat ketidak adilan.

Banyak memang yang menyesalkan kejadian ini namun nasi sudah menjadi bubur. Kini segalanya harus dilalui dan menjadikan masa lalu sebagai pelajaran yang berharga.

Sumber:
https://www.npr.org/2022/02/21/1082124528/ukraine-russia-putin-invasion
https://www.nytimes.com/2022/02/05/science/ukraine-nuclear-weapons.html
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4114 seconds (0.1#10.140)