Majalah Stern: Oknum Tentara Jerman Berencana Serang Jembatan Krimea
loading...
A
A
A
BERLIN - Selusin tersangka ditangkap di negara bagian Schleswig-Holstein di Jerman utara karena serangkaian perampokan di pangkalan militer.
Dari para tersangka, terdapat dua tentara Bundeswehr yang ingin menggunakan bahan peledak yang dicuri untuk menghancurkan jembatan antara Krimea dan daratan Rusia.
Majalah Jerman, Stern, melaporkan informasi itu mengutip sumber kepolisian.
“Serangkaian perampokan, penyelidikan panjang, rencana gila: Bagaimana tentara Jerman ingin campur tangan dalam perang Ukraina,” ungkap majalah mingguan Stern yang berbasis di Hamburg dalam berita utama.
Kisah tersebut, yang disatukan dari laporan polisi, merinci penyelidikan atas jaringan pencurian yang melibatkan total empat tentara Bundeswehr dan delapan tersangka lainnya yang ditangkap polisi di Kiel.
Penangkapan itu sebenarnya terjadi pada 22 Mei, dengan sedikit atau tanpa perhatian media, karena penyelidikan difokuskan pada pembobolan fasilitas militer dan pencurian senjata, bahan peledak, dan amunisi lainnya untuk dijual kembali di pasar gelap.
“Plot jembatan ditemukan secara tidak sengaja, ketika polisi memantau percakapan telepon para tersangka,” papar majalah itu.
Selama panggilan telepon, kedua pria tersebut membahas jenis dan jumlah bahan yang mereka perlukan untuk menghancurkan jembatan sepanjang 19 kilometer antara Krimea dan semenanjung Taman, sebagai cara untuk membantu Ukraina dalam konflik dengan Rusia.
Tepat sebelum mereka ditangkap, para konspirator telah mencoba, tapi tidak berhasil, untuk mencuri peralatan menyelam dari fasilitas angkatan laut Eckernfoerde dekat Kiel.
Polisi mengatakan mereka telah merencanakan melakukan perjalanan ke Ukraina beberapa hari kemudian.
Amunisi, senjata dan bahan peledak ditemukan di rumah kedua tentara tersebut. Stern mengatakan barang curian itu sebagian dimaksudkan untuk dijual kembali dan sebagian untuk penggunaan pribadi, termasuk plot Krimea.
Jaringan itu diduga mulai beroperasi musim panas lalu, dan masuk ke barak di Alt Duvenstedt dan fasilitas angkatan laut di Eckernfoerde pada awal 2022, sebelum permusuhan di Ukraina meningkat.
Krimea memilih meninggalkan Ukraina dan bergabung kembali dengan Rusia pada Maret 2014, menyusul kudeta yang didukung Amerika Serikat (AS) di Kiev.
Jembatan ini dibangun untuk menghubungkan semenanjung ke daratan Rusia, dengan pembukaan bagian jalan pada 2018 dan segmen rel pada 2020.
Meskipun pasukan Rusia menjalin hubungan darat dengan Krimea pada awal konflik dengan mengambil sebagian besar Wilayah Kherson dan Zaporozhye, pemerintah di Kiev tetap bertekad menghancurkan jembatan tersebut.
“Jika ada kesempatan untuk melakukan ini, kami pasti akan melakukannya,” ujar Alexey Danilov, sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, dalam wawancara April.
Jenderal Ukraina Dmitry Marchenko mengatakan kepada media pemerintah AS bulan lalu bahwa Kiev masih ingin meledakkan jembatan itu, tetapi sedang menunggu Barat untuk mengirimkan jenis senjata yang tepat.
Alexey Arestovich, ajudan utama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan pekan lalu bahwa rencana menghancurkan jembatan itu benar-benar masih berjalan.
Pada Kamis, mantan komandan NATO di Eropa dan pensiunan jenderal Angkatan Udara AS Philip Breedlove mengatakan kepada Times bahwa Ukraina harus menargetkan jembatan itu dengan rudal anti-kapal Harpoon yang baru-baru ini dikirim Pentagon.
Lihat Juga: Saudi Pernah Minta Jerman untuk Mengekstradisi Abdulmohsen yang Jadi Tersangka Serangan Natal
Dari para tersangka, terdapat dua tentara Bundeswehr yang ingin menggunakan bahan peledak yang dicuri untuk menghancurkan jembatan antara Krimea dan daratan Rusia.
Majalah Jerman, Stern, melaporkan informasi itu mengutip sumber kepolisian.
“Serangkaian perampokan, penyelidikan panjang, rencana gila: Bagaimana tentara Jerman ingin campur tangan dalam perang Ukraina,” ungkap majalah mingguan Stern yang berbasis di Hamburg dalam berita utama.
Kisah tersebut, yang disatukan dari laporan polisi, merinci penyelidikan atas jaringan pencurian yang melibatkan total empat tentara Bundeswehr dan delapan tersangka lainnya yang ditangkap polisi di Kiel.
Penangkapan itu sebenarnya terjadi pada 22 Mei, dengan sedikit atau tanpa perhatian media, karena penyelidikan difokuskan pada pembobolan fasilitas militer dan pencurian senjata, bahan peledak, dan amunisi lainnya untuk dijual kembali di pasar gelap.
“Plot jembatan ditemukan secara tidak sengaja, ketika polisi memantau percakapan telepon para tersangka,” papar majalah itu.
Selama panggilan telepon, kedua pria tersebut membahas jenis dan jumlah bahan yang mereka perlukan untuk menghancurkan jembatan sepanjang 19 kilometer antara Krimea dan semenanjung Taman, sebagai cara untuk membantu Ukraina dalam konflik dengan Rusia.
Tepat sebelum mereka ditangkap, para konspirator telah mencoba, tapi tidak berhasil, untuk mencuri peralatan menyelam dari fasilitas angkatan laut Eckernfoerde dekat Kiel.
Polisi mengatakan mereka telah merencanakan melakukan perjalanan ke Ukraina beberapa hari kemudian.
Amunisi, senjata dan bahan peledak ditemukan di rumah kedua tentara tersebut. Stern mengatakan barang curian itu sebagian dimaksudkan untuk dijual kembali dan sebagian untuk penggunaan pribadi, termasuk plot Krimea.
Jaringan itu diduga mulai beroperasi musim panas lalu, dan masuk ke barak di Alt Duvenstedt dan fasilitas angkatan laut di Eckernfoerde pada awal 2022, sebelum permusuhan di Ukraina meningkat.
Krimea memilih meninggalkan Ukraina dan bergabung kembali dengan Rusia pada Maret 2014, menyusul kudeta yang didukung Amerika Serikat (AS) di Kiev.
Jembatan ini dibangun untuk menghubungkan semenanjung ke daratan Rusia, dengan pembukaan bagian jalan pada 2018 dan segmen rel pada 2020.
Meskipun pasukan Rusia menjalin hubungan darat dengan Krimea pada awal konflik dengan mengambil sebagian besar Wilayah Kherson dan Zaporozhye, pemerintah di Kiev tetap bertekad menghancurkan jembatan tersebut.
“Jika ada kesempatan untuk melakukan ini, kami pasti akan melakukannya,” ujar Alexey Danilov, sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, dalam wawancara April.
Jenderal Ukraina Dmitry Marchenko mengatakan kepada media pemerintah AS bulan lalu bahwa Kiev masih ingin meledakkan jembatan itu, tetapi sedang menunggu Barat untuk mengirimkan jenis senjata yang tepat.
Alexey Arestovich, ajudan utama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan pekan lalu bahwa rencana menghancurkan jembatan itu benar-benar masih berjalan.
Pada Kamis, mantan komandan NATO di Eropa dan pensiunan jenderal Angkatan Udara AS Philip Breedlove mengatakan kepada Times bahwa Ukraina harus menargetkan jembatan itu dengan rudal anti-kapal Harpoon yang baru-baru ini dikirim Pentagon.
Lihat Juga: Saudi Pernah Minta Jerman untuk Mengekstradisi Abdulmohsen yang Jadi Tersangka Serangan Natal
(sya)