Konspirasi Mustafa Kemal Pasha-Inggris Runtuhkan Turki Utsmani
loading...
A
A
A
Mustafa Kemal mendengungkan spirit jihad di Turki, mengangkat al-Quran dan berhasil mengusir orang-orang Yunani serta membuat orang-orang Inggris menarik diri tanpa terjadi bentrokan senjata apa pun.
Ia bahkan tanpa mengalami banyak kesulitan apa pun berhasil menguasai beberapa tempat strategis. Nama Mustafa Kemal Pasha pun muncul ke permukaan secara perlahan-lahan. Dunia Islam menyambutnya dengan antusias dan memberinya gelar "Ghazi" (panglima perang yang gagah dan tanpa tanding). Para penyair memujinya dan mendapat sambutan hangat dari para khatib. Ia bahkan disejajarkan dengan Khalid bin Walid, salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW dan panglima besar Islam yang sangat terkenal.
Namun hakikat sebenarnya dari sandiwara tersebut muncul yaitu penghancuran Daulah Utsmaniyah itu bukanlah suatu perkara yang mudah.
"Mereka melihat, bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan kecuali dengan cara membuat seorang pahlawan boneka dan memberikan gambaran kepada publik bahwa ia adalah sosok yang besar dan seakan-akan hal-hal keramat muncul dari kedua tangannya," kata Ash-Shalabi.
"Dengan demikian, mereka akan mungkin untuk melakukan penikaman dengan menggunakan kedua tangan boneka itu namun tanpa menimbulkan rasa sakit yang sangat dalam," sambungnya.
Pasukan Sekutu mulai membuat berbagai masalah dan meminta kepada Sultan untuk memadamkannya. Mereka mengusulkan nama Mustafa Kemal untuk memadamkannya agar dia menjadi pusat harapan manusia dan akan menjadi pusat penghormatan kalangan perwira tentara.
"Dengan demikian, maka posisi Mushtafa Kemal semakin mencorong dan kharismanya semakin kuat. Pada saat yang sama, nama khalifah semakin anjlok di mata manusia. Permainan Inggris ini sangat tidak gampang dilacak," kata Ash-Shalabi.
Intelijen-intelijen Inggris berhasil menemukan "impiannya" yang telah lama didambakan dalam pribadi Mustafa Kemal. Hubungan antara intelijen Inggris dan Mustafa Kemal dilakukan melalui perantara seorang intelijen yang bernama Amstrong, yang memiliki hubungan dekat dengan Mustafa kala dia berada di Palestina dan Suriah. Dimana saat itu, Mustafa Kemal menjadi komandan perang Utsmani di sana.
Amstrong mengungkapkan bagaimana pilihan jatuh kepada Mustafa satu-satunya dan bukan kepada sahabat-sahabat yang lain untuk merealisasikan langkah terakhir Inggris.
Ia bahkan tanpa mengalami banyak kesulitan apa pun berhasil menguasai beberapa tempat strategis. Nama Mustafa Kemal Pasha pun muncul ke permukaan secara perlahan-lahan. Dunia Islam menyambutnya dengan antusias dan memberinya gelar "Ghazi" (panglima perang yang gagah dan tanpa tanding). Para penyair memujinya dan mendapat sambutan hangat dari para khatib. Ia bahkan disejajarkan dengan Khalid bin Walid, salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW dan panglima besar Islam yang sangat terkenal.
Namun hakikat sebenarnya dari sandiwara tersebut muncul yaitu penghancuran Daulah Utsmaniyah itu bukanlah suatu perkara yang mudah.
"Mereka melihat, bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan kecuali dengan cara membuat seorang pahlawan boneka dan memberikan gambaran kepada publik bahwa ia adalah sosok yang besar dan seakan-akan hal-hal keramat muncul dari kedua tangannya," kata Ash-Shalabi.
"Dengan demikian, mereka akan mungkin untuk melakukan penikaman dengan menggunakan kedua tangan boneka itu namun tanpa menimbulkan rasa sakit yang sangat dalam," sambungnya.
Pasukan Sekutu mulai membuat berbagai masalah dan meminta kepada Sultan untuk memadamkannya. Mereka mengusulkan nama Mustafa Kemal untuk memadamkannya agar dia menjadi pusat harapan manusia dan akan menjadi pusat penghormatan kalangan perwira tentara.
"Dengan demikian, maka posisi Mushtafa Kemal semakin mencorong dan kharismanya semakin kuat. Pada saat yang sama, nama khalifah semakin anjlok di mata manusia. Permainan Inggris ini sangat tidak gampang dilacak," kata Ash-Shalabi.
Intelijen-intelijen Inggris berhasil menemukan "impiannya" yang telah lama didambakan dalam pribadi Mustafa Kemal. Hubungan antara intelijen Inggris dan Mustafa Kemal dilakukan melalui perantara seorang intelijen yang bernama Amstrong, yang memiliki hubungan dekat dengan Mustafa kala dia berada di Palestina dan Suriah. Dimana saat itu, Mustafa Kemal menjadi komandan perang Utsmani di sana.
Amstrong mengungkapkan bagaimana pilihan jatuh kepada Mustafa satu-satunya dan bukan kepada sahabat-sahabat yang lain untuk merealisasikan langkah terakhir Inggris.