Jenderal Rusia Sekutu Putin: London yang Pertama Dibom dalam Perang Dunia III!
loading...
A
A
A
MOSKOW - Seorang jenderal yang juga politisi sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyerukan agar London , Ibu Kota Inggris, menjadi target pertama yang dibom jika Perang Dunia III pecah.
Letnan Jenderal Andrey Gurulyov (54), anggota Komite Pertahanan Parlemen Rusia, menganjurkan invasi Rusia ke negara-negara Baltik NATO.
Dalam acara di Channel One milik pemerintah Rusia, dia mengatakan tidak ada cara lain untuk mencegah Barat memblokade eksklave Rusia; Kaliningrad.
Langkah yang dianjurkan Gurulyov itu akan memicu penerapan Pasal 5 NATO.
“Kami akan menghancurkan seluruh kelompok satelit luar angkasa musuh selama operasi udara pertama,” kata Gurulyov, komandan senior yang sekarang mewakili Partai Rusia Bersatu di Parlemen.
“Tidak ada yang akan peduli apakah mereka orang Amerika atau Inggris, kami akan melihat mereka semua sebagai NATO," ujarnya.
“Kedua, kami akan memitigasi seluruh sistem pertahanan anti-rudal, di mana-mana dan 100 persen," ujarnya.
“Ketiga, kami tentu tidak akan memulai dari Warsawa, Paris, atau Berlin," paparnya. “Yang pertama terkena adalah London."
“Sangat jelas bahwa ancaman terhadap dunia berasal dari Anglo-Saxon," imbuh dia, seperti dikutip Daily Mirror, Sabtu (25/6/2022).
Seperti kelompok garis keras Moskow lainnya, dia percaya Barat—terutama di benua Eropa—tidak memiliki keinginan untuk perang nyata.
“Sebagai bagian dari operasi untuk menghancurkan situs-situs yang sangat penting, Eropa Barat akan terputus dari pasokan listrik dan tidak dapat bergerak,” katanya.
“Semua situs catu daya akan dihancurkan," ujarnya.
“Dan pada tahap ketiga, saya akan melihat apa yang akan dikatakan Amerika Serikat kepada Eropa Barat tentang melanjutkan perjuangan mereka dalam cuaca dingin, tanpa makanan dan listrik," sambung dia.
“Saya bertanya-tanya bagaimana mereka (AS) akan bertahan. Ini rencana kasarnya, dan saya sengaja mengabaikan momen-momen tertentu karena tidak akan dibahas di TV.”
Jenderal itu menolak rencana yang diadvokasi oleh para ahli Rusia lainnya untuk merebut koridor melalui Lithuania, untuk memasok eksklave Laut Baltik; Kaliningrad, yang terjepit di antara negara-negara NATO; Polandia dan Lituania.
Koridor yang dimaksud adalah "Koridor Suvalkovsky", yakni dari Belarusia ke Lithuania.
Dia melihat strategi seperti itu sebagai jebakan Barat karena tentara Vladimir Putin akan diapit di dua sisi oleh pasukan NATO.
“Adalah keinginan mitra Barat kami bahwa kami membersihkan Koridor Suvalkovsky [dari Belarus melalui Lithuania untuk memasok Kaliningrad],” katanya.
“Jika Anda melihat peta, itu akan menjadi kesalahan besar dari pihak kami untuk membuat koridor hanya berakhir dengan pasukan NATO di kanan dan kiri," paparnya.
“Dan kita juga perlu menarik Belarusia ke dalam ini. Mari kita lihat peta," imbuh dia.
Strateginya adalah mengembalikan Ibu Kota Lithuania ke identitas sebelumnya sebagai Vilno, dan Ibu Kota Estonia; Tallinn, kembali ke identitas tsarnya sebagai Reval.
“Kami dengan tenang membalikkan Vilnius menjadi Vilno, ingatkan diri kami apa itu Reval [nama tsar untuk Tallinn], dan bebaskan sayap kanan Baltik, jadi kami tidak khawatir kami bisa dipukul dari belakang,” katanya.
“Dari sudut pandang militer, tidak mungkin mendapatkan koridor yang jelas [melalui Lithuania],” katanya.
“Tetapi jika Barat memutuskan untuk memblokir wilayah Kaliningrad, keputusan untuk melakukan operasi strategis untuk membuka blokir akan diambil."
“Tetapi sebagai seorang prajurit, saya mengerti dengan jelas bahwa tidak ada yang akan repot hanya dengan membuat koridor," paparnya.
“Jika kami mulai bekerja, kami akan bekerja dengan baik. Semuanya akan dibersihkan keluar, karena mengapa meninggalkan musuh di belakang Anda?”
Letnan Jenderal Andrey Gurulyov (54), anggota Komite Pertahanan Parlemen Rusia, menganjurkan invasi Rusia ke negara-negara Baltik NATO.
Dalam acara di Channel One milik pemerintah Rusia, dia mengatakan tidak ada cara lain untuk mencegah Barat memblokade eksklave Rusia; Kaliningrad.
Langkah yang dianjurkan Gurulyov itu akan memicu penerapan Pasal 5 NATO.
“Kami akan menghancurkan seluruh kelompok satelit luar angkasa musuh selama operasi udara pertama,” kata Gurulyov, komandan senior yang sekarang mewakili Partai Rusia Bersatu di Parlemen.
“Tidak ada yang akan peduli apakah mereka orang Amerika atau Inggris, kami akan melihat mereka semua sebagai NATO," ujarnya.
“Kedua, kami akan memitigasi seluruh sistem pertahanan anti-rudal, di mana-mana dan 100 persen," ujarnya.
“Ketiga, kami tentu tidak akan memulai dari Warsawa, Paris, atau Berlin," paparnya. “Yang pertama terkena adalah London."
“Sangat jelas bahwa ancaman terhadap dunia berasal dari Anglo-Saxon," imbuh dia, seperti dikutip Daily Mirror, Sabtu (25/6/2022).
Seperti kelompok garis keras Moskow lainnya, dia percaya Barat—terutama di benua Eropa—tidak memiliki keinginan untuk perang nyata.
“Sebagai bagian dari operasi untuk menghancurkan situs-situs yang sangat penting, Eropa Barat akan terputus dari pasokan listrik dan tidak dapat bergerak,” katanya.
“Semua situs catu daya akan dihancurkan," ujarnya.
“Dan pada tahap ketiga, saya akan melihat apa yang akan dikatakan Amerika Serikat kepada Eropa Barat tentang melanjutkan perjuangan mereka dalam cuaca dingin, tanpa makanan dan listrik," sambung dia.
“Saya bertanya-tanya bagaimana mereka (AS) akan bertahan. Ini rencana kasarnya, dan saya sengaja mengabaikan momen-momen tertentu karena tidak akan dibahas di TV.”
Jenderal itu menolak rencana yang diadvokasi oleh para ahli Rusia lainnya untuk merebut koridor melalui Lithuania, untuk memasok eksklave Laut Baltik; Kaliningrad, yang terjepit di antara negara-negara NATO; Polandia dan Lituania.
Koridor yang dimaksud adalah "Koridor Suvalkovsky", yakni dari Belarusia ke Lithuania.
Dia melihat strategi seperti itu sebagai jebakan Barat karena tentara Vladimir Putin akan diapit di dua sisi oleh pasukan NATO.
“Adalah keinginan mitra Barat kami bahwa kami membersihkan Koridor Suvalkovsky [dari Belarus melalui Lithuania untuk memasok Kaliningrad],” katanya.
“Jika Anda melihat peta, itu akan menjadi kesalahan besar dari pihak kami untuk membuat koridor hanya berakhir dengan pasukan NATO di kanan dan kiri," paparnya.
“Dan kita juga perlu menarik Belarusia ke dalam ini. Mari kita lihat peta," imbuh dia.
Strateginya adalah mengembalikan Ibu Kota Lithuania ke identitas sebelumnya sebagai Vilno, dan Ibu Kota Estonia; Tallinn, kembali ke identitas tsarnya sebagai Reval.
“Kami dengan tenang membalikkan Vilnius menjadi Vilno, ingatkan diri kami apa itu Reval [nama tsar untuk Tallinn], dan bebaskan sayap kanan Baltik, jadi kami tidak khawatir kami bisa dipukul dari belakang,” katanya.
“Dari sudut pandang militer, tidak mungkin mendapatkan koridor yang jelas [melalui Lithuania],” katanya.
“Tetapi jika Barat memutuskan untuk memblokir wilayah Kaliningrad, keputusan untuk melakukan operasi strategis untuk membuka blokir akan diambil."
“Tetapi sebagai seorang prajurit, saya mengerti dengan jelas bahwa tidak ada yang akan repot hanya dengan membuat koridor," paparnya.
“Jika kami mulai bekerja, kami akan bekerja dengan baik. Semuanya akan dibersihkan keluar, karena mengapa meninggalkan musuh di belakang Anda?”
(min)