Diklaim 'Diperas' Trump Rp113,2 Triliun, Ini Respons Jepang
loading...
A
A
A
TOKYO - Mantan penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton mengklaim dia pernah menyampaikan permintaan Presiden Donald Trump kepada Jepang agar membayar USD8 miliar (Rp113,2 triliun) untuk biaya tahunan pasukan Amerika di negara matahari terbit tersebut.
Pemerintah Jepang merespons cepat klaim Bolton yangterkesan sebagai "pemerasan" tersebut. Menurut Tokyo, belum ada permintaan pembayaran seperti klaim Bolton.
"Negosiasi biaya penempatan (pasukan Amerika) belum dimulai," kata Menteri Pertahanan Taro Kono pada konferensi pers reguler, hari Selasa. "Pemerintah Jepang belum menerima permintaan apa pun dari Amerika Serikat terkait masalah ini," katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Rabu (24/6/2020).
Perjanjian saat ini yang mencakup 54.000 pasukan AS yang ditempatkan di Jepang berakhir pada Maret 2021. (Baca: John Bolton: Kim Jong-un Terbahak-bahak Tertawakan Trump )
Kono ditanya tentang buku Bolton "The Room Where It Happened: A White House Memoir", di mana dia menulis bahwa dia menyampaikan permintaan Trump kepada pejabat senior pemerintah Jepang untuk pembayaran USD8 miliar selama perjalanan ke Jepang Juli lalu. Memoar ini dirilis hari Selasa .
"Aliansi Jepang-AS adalah aset publik yang berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas kawasan ini. Pengaturan yang menguntungkan untuk satu pihak tidak akan bertahan lama," ujar Kono.
Kono mengatakan dia tidak bisa mengomentari secara spesifik apa yang telah ditulis Bolton karena sejauh ini dia tidak berhasil mendapatkan salinan buku itu.
Buku Bolton juga mengklaim bahwa Perdana Menteri Shinzo Abe telah diperdaya oleh Trump untuk bertindak sebagai mediator selama kunjungan ke Iran tahun lalu, hanya untuk membuat pemimpin AS menggunakan kegagalan sebagai pengungkit untuk tujuan sebenarnya, yakni untuk membuat Jepang membeli lebih banyak Produk pertanian Amerika. Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga menyangkal klaim itu.
"Kami telah bekerja erat dengan sekutu kami, Amerika Serikat, dalam mengurangi ketegangan dan menjaga stabilitas di Timur Tengah, termasuk Iran," kata Suga. (Baca juga: Pompeo Samakan Bolton dengan Snowden, Ancam Akan Menghukumnya )
"Dan untuk perjanjian perdagangan AS-Jepang, kami percaya itu adalah win-win and balanced agreement untuk Jepang dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, tidak tepat untuk mengatakan bahwa AS memperdaya (Jepang). "
Menurut Bolton, Trump diduga menggunakan hubungan dekatnya dengan Abe untuk keuntungannya, dengan mendesak pemimpin Jepang itu untuk membantu mendinginkan ketegangan yang meningkat antara Washington dan Teheran meskipun sangat menyadari bahwa peluang keberhasilannya tipis.
Setelah kunjungan yang gagal, lanjut Bolton, Trump mengatakan apa yang sebenarnya diinginkannya adalah agar Jepang membeli lebih banyak produk pertanian AS.
Hanya sebulan kemudian, kedua pemimpin sepakat pada kesepakatan perdagangan bilateral yang dimaksudkan untuk memangkas tarif pada produk pertanian dan industri.
Pemerintah Jepang merespons cepat klaim Bolton yangterkesan sebagai "pemerasan" tersebut. Menurut Tokyo, belum ada permintaan pembayaran seperti klaim Bolton.
"Negosiasi biaya penempatan (pasukan Amerika) belum dimulai," kata Menteri Pertahanan Taro Kono pada konferensi pers reguler, hari Selasa. "Pemerintah Jepang belum menerima permintaan apa pun dari Amerika Serikat terkait masalah ini," katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Rabu (24/6/2020).
Perjanjian saat ini yang mencakup 54.000 pasukan AS yang ditempatkan di Jepang berakhir pada Maret 2021. (Baca: John Bolton: Kim Jong-un Terbahak-bahak Tertawakan Trump )
Kono ditanya tentang buku Bolton "The Room Where It Happened: A White House Memoir", di mana dia menulis bahwa dia menyampaikan permintaan Trump kepada pejabat senior pemerintah Jepang untuk pembayaran USD8 miliar selama perjalanan ke Jepang Juli lalu. Memoar ini dirilis hari Selasa .
"Aliansi Jepang-AS adalah aset publik yang berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas kawasan ini. Pengaturan yang menguntungkan untuk satu pihak tidak akan bertahan lama," ujar Kono.
Kono mengatakan dia tidak bisa mengomentari secara spesifik apa yang telah ditulis Bolton karena sejauh ini dia tidak berhasil mendapatkan salinan buku itu.
Buku Bolton juga mengklaim bahwa Perdana Menteri Shinzo Abe telah diperdaya oleh Trump untuk bertindak sebagai mediator selama kunjungan ke Iran tahun lalu, hanya untuk membuat pemimpin AS menggunakan kegagalan sebagai pengungkit untuk tujuan sebenarnya, yakni untuk membuat Jepang membeli lebih banyak Produk pertanian Amerika. Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga menyangkal klaim itu.
"Kami telah bekerja erat dengan sekutu kami, Amerika Serikat, dalam mengurangi ketegangan dan menjaga stabilitas di Timur Tengah, termasuk Iran," kata Suga. (Baca juga: Pompeo Samakan Bolton dengan Snowden, Ancam Akan Menghukumnya )
"Dan untuk perjanjian perdagangan AS-Jepang, kami percaya itu adalah win-win and balanced agreement untuk Jepang dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, tidak tepat untuk mengatakan bahwa AS memperdaya (Jepang). "
Menurut Bolton, Trump diduga menggunakan hubungan dekatnya dengan Abe untuk keuntungannya, dengan mendesak pemimpin Jepang itu untuk membantu mendinginkan ketegangan yang meningkat antara Washington dan Teheran meskipun sangat menyadari bahwa peluang keberhasilannya tipis.
Setelah kunjungan yang gagal, lanjut Bolton, Trump mengatakan apa yang sebenarnya diinginkannya adalah agar Jepang membeli lebih banyak produk pertanian AS.
Hanya sebulan kemudian, kedua pemimpin sepakat pada kesepakatan perdagangan bilateral yang dimaksudkan untuk memangkas tarif pada produk pertanian dan industri.
(min)