Separatis pro-Moskow: Pasukan Ukraina di Sievierodonetsk Harus Menyerah atau Mati
loading...
A
A
A
KIEV - Pasukan Rusia terus menggempur kota Sievierodonetsk di Ukraina timur. Pasukan Ukraina yang masih bertahan di kota itu dilaporkan kian terdesak, terlebih karena tak ada lagi jalan keluar.
Separatis pro-Moskow mengklaim jembatan terakhir dari Sievierodonetsk telah dihancurkan dan para pejuang Ukraina di sana sekarang harus menyerah atau mati. Sementara pihak Ukraina mengatakan masih ada jalan keluar lain, meski jalur itu rusak parah.
Kantor berita Rusia, RIA mengutip juru bicara separatis pro-Moskow, Eduard Basurin, mengatakan jembatan terakhir di atas sungai Siverskyi Donets yang menghubungkan Sievierodonetsk dan kota kembarnya yang dikuasai Ukraina, Lysychansk, telah dihancurkan pada akhir pekan lalu.
“Pasukan Ukraina secara efektif diblokade di Sievierodonetsk dan harus menyerah atau mati,” kata Basurin.
Sementara Roman Vlasenko, Kepala Administrasi Distrik Sievierodonetsk mengatakan kepada stasiun televisi lokal, pasukan Ukraina dan Rusia sama-sama menderita kerugian besar di Sievierodonetsk.
.
"Anak-anak kami bertahan tetapi kondisinya sulit," katanya. Vlasenko juga mengatakan kota itu saat ini tanpa komunikasi dan layanan normal selama sebulan terakhir.
Di sepanjang garis depan di Donbas, pertempuran menimbulkan ancaman baru saat cuaca menghangat, dengan penembakan dan tembakan roket yang membakar ladang dan menghancurkan tanaman yang siap panen.
Lyuba, seorang penduduk di kantong Donbas yang dikuasai Ukraina di dekat bagian depan, menyaksikan api berkobar di sepanjang lading. Meski demikian, ia mengaku tidak berencana untuk pergi. "Ke mana aku bisa pergi? Siapa yang menungguku di sana?" dia berkata. "Menakutkan. Tapi begitulah adanya," lanjutnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga mengaku kalau pertempuran sengit sedang berlangsung di Donbas, "secara harfiah untuk setiap meter" dan bahwa korban anak-anak dari serangan telah menciptakan citra abadi Rusia di seluruh dunia.
"Bukan Peter the Great, bukan Lev Tolstoy, tetapi anak-anak terluka dan terbunuh dalam serangan Rusia," katanya pada hari Minggu dalam pidato video malamnya.
Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya "operasi khusus" untuk memulihkan keamanan Rusia dan "mendenazifikasi" tetangganya. Ukraina dan sekutu Baratnya menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk invasi yang telah menewaskan ribuan warga sipil dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Eropa.
Separatis pro-Moskow mengklaim jembatan terakhir dari Sievierodonetsk telah dihancurkan dan para pejuang Ukraina di sana sekarang harus menyerah atau mati. Sementara pihak Ukraina mengatakan masih ada jalan keluar lain, meski jalur itu rusak parah.
Kantor berita Rusia, RIA mengutip juru bicara separatis pro-Moskow, Eduard Basurin, mengatakan jembatan terakhir di atas sungai Siverskyi Donets yang menghubungkan Sievierodonetsk dan kota kembarnya yang dikuasai Ukraina, Lysychansk, telah dihancurkan pada akhir pekan lalu.
“Pasukan Ukraina secara efektif diblokade di Sievierodonetsk dan harus menyerah atau mati,” kata Basurin.
Sementara Roman Vlasenko, Kepala Administrasi Distrik Sievierodonetsk mengatakan kepada stasiun televisi lokal, pasukan Ukraina dan Rusia sama-sama menderita kerugian besar di Sievierodonetsk.
.
"Anak-anak kami bertahan tetapi kondisinya sulit," katanya. Vlasenko juga mengatakan kota itu saat ini tanpa komunikasi dan layanan normal selama sebulan terakhir.
Di sepanjang garis depan di Donbas, pertempuran menimbulkan ancaman baru saat cuaca menghangat, dengan penembakan dan tembakan roket yang membakar ladang dan menghancurkan tanaman yang siap panen.
Lyuba, seorang penduduk di kantong Donbas yang dikuasai Ukraina di dekat bagian depan, menyaksikan api berkobar di sepanjang lading. Meski demikian, ia mengaku tidak berencana untuk pergi. "Ke mana aku bisa pergi? Siapa yang menungguku di sana?" dia berkata. "Menakutkan. Tapi begitulah adanya," lanjutnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga mengaku kalau pertempuran sengit sedang berlangsung di Donbas, "secara harfiah untuk setiap meter" dan bahwa korban anak-anak dari serangan telah menciptakan citra abadi Rusia di seluruh dunia.
"Bukan Peter the Great, bukan Lev Tolstoy, tetapi anak-anak terluka dan terbunuh dalam serangan Rusia," katanya pada hari Minggu dalam pidato video malamnya.
Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya "operasi khusus" untuk memulihkan keamanan Rusia dan "mendenazifikasi" tetangganya. Ukraina dan sekutu Baratnya menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk invasi yang telah menewaskan ribuan warga sipil dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Eropa.
(esn)