Menhan China Sebut Hubungan dengan AS Berada di Titik Kritis
loading...
A
A
A
SINGAPURA - Menteri Pertahanan (Menhan) China Wei Fenghe mengatakan bahwa hubungan Beijing dengan Washington berada pada titik kritis. Ia punmenyatakan terserahkepada Amerika Serikat (AS) untuk meningkatkan hubungan bilateral.
Berulang kali mengatakan pada pertemuan keamanan Asia di Singapura bahwa China hanya mencari perdamaian dan stabilitas bukan agresor, ia meminta AS untuk memperkuat solidaritas serta menentang konfrontasi dan perpecahan.
Dia mengatakan China dengan tegas menolak penodaan, tuduhan, dan bahkan ancaman AS dalam pidato Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada hari Sabtu kemarin.
"Kami meminta pihak AS untuk berhenti mencoreng dan membendung China. Berhenti mencampuri urusan dalam negeri China. Hubungan bilateral tidak dapat membaik kecuali pihak AS dapat melakukan itu," kata Wei, yang mengenakan seragam jenderal di Tentara Pembebasan Rakyat, dalam Dialog Shangri-La seperti dikutip dari US News, Minggu (12/6/2022).
Sebelumnya pada hari Sabtu kemarin Austin mengatakan telah terjadi peningkatan "mengkhawatirkan" dalam jumlah pertemuan yang tidak aman dan tidak profesional antara pesawat dan kapal China dengan negara lain. Dia menambahkan bahwa AS akan mendukung sekutunya, termasuk Taiwan.
Invasi Rusia ke Ukraina telah menjadi pusat perhatian pada pertemuan itu, dan Wei menegaskan bahwa China mendukung pembicaraan damai dan menentang penyediaan senjata, menerapkan tekanan maksimum.
“Apa akar penyebab krisis ini? Siapa dalang di balik ini? Siapa yang paling dirugikan? Dan siapa yang paling diuntungkan? Siapa yang mempromosikan perdamaian dan siapa yang menambahkan bahan bakar ke api? Saya pikir kita semua tahu jawabannya untuk pertanyaan-pertanyaan ini," katanya, tanpa membahas atau menyatakan posisi China.
Dalam pidato melalui tautan video pada hari Sabtu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memperingatkan para delegasi bahwa invasi ke Ukraina mengancam tatanan berbasis aturan dan menempatkan seluruh dunia dalam bahaya kelaparan dan krisis pangan.
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" yang dikatakan tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer tetangga selatannya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai kelompok nasionalis berbahaya.
Berulang kali mengatakan pada pertemuan keamanan Asia di Singapura bahwa China hanya mencari perdamaian dan stabilitas bukan agresor, ia meminta AS untuk memperkuat solidaritas serta menentang konfrontasi dan perpecahan.
Dia mengatakan China dengan tegas menolak penodaan, tuduhan, dan bahkan ancaman AS dalam pidato Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada hari Sabtu kemarin.
"Kami meminta pihak AS untuk berhenti mencoreng dan membendung China. Berhenti mencampuri urusan dalam negeri China. Hubungan bilateral tidak dapat membaik kecuali pihak AS dapat melakukan itu," kata Wei, yang mengenakan seragam jenderal di Tentara Pembebasan Rakyat, dalam Dialog Shangri-La seperti dikutip dari US News, Minggu (12/6/2022).
Sebelumnya pada hari Sabtu kemarin Austin mengatakan telah terjadi peningkatan "mengkhawatirkan" dalam jumlah pertemuan yang tidak aman dan tidak profesional antara pesawat dan kapal China dengan negara lain. Dia menambahkan bahwa AS akan mendukung sekutunya, termasuk Taiwan.
Invasi Rusia ke Ukraina telah menjadi pusat perhatian pada pertemuan itu, dan Wei menegaskan bahwa China mendukung pembicaraan damai dan menentang penyediaan senjata, menerapkan tekanan maksimum.
“Apa akar penyebab krisis ini? Siapa dalang di balik ini? Siapa yang paling dirugikan? Dan siapa yang paling diuntungkan? Siapa yang mempromosikan perdamaian dan siapa yang menambahkan bahan bakar ke api? Saya pikir kita semua tahu jawabannya untuk pertanyaan-pertanyaan ini," katanya, tanpa membahas atau menyatakan posisi China.
Dalam pidato melalui tautan video pada hari Sabtu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memperingatkan para delegasi bahwa invasi ke Ukraina mengancam tatanan berbasis aturan dan menempatkan seluruh dunia dalam bahaya kelaparan dan krisis pangan.
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" yang dikatakan tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer tetangga selatannya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai kelompok nasionalis berbahaya.