Profil Walter Rothschild, Tokoh Yahudi yang Membuat Palestina Diduduki Israel
loading...
A
A
A
LONDON - Lionel Walter Rothschild merupakan seorang tokoh Yahudi berkebangsaan Inggris. Pria kelahiran London, 8 Februari 1868 ini dikenal sebagai ahli zoologi Inggris dan seorang kolektor.
Dilansir dari Britannica, Walter Rothschild adalah putra tertua dari Nathan Mayer Rothschild. Dalam pendidikannya, dia sempat belajar di Universitas Bonn dan Magdalene College, Cambridge.
Sejak saat itu, dia sudah memiliki ketertarikan pada bidang zoologi. Tercatat dia memiliki berbagai koleksi hewan dan mendirikan Museum Sejarah Alam Rothschild di London.
Dalam karirnya, Rothschild pernah merambah ke dunia politik. Dia menjabat sebagai Anggota Parlemen Konservatif untuk Aylesbury pada 1899 sampai 1910.
Selain itu, dia juga dikenal sebagai seorang Zionis dan teman dekat Chaim Weizmann, pemimpin gerakan Zionis.
Pada 1917, dengan perannya yang menempati posisi tinggi di komunitas Anglo-Yahudi, dia menerima surat dari Arthur James Balfour yang kala itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Inggris.
Isinya berisi tentang pemerintah Inggris yang mendukung didirikannya permukiman orang-orang Yahudi di Palestina. Surat tersebut dikenal sebagai Deklarasi Balfour.
Surat tersebut menjadi cikal-bakal pertikaian panjang antara Israel dan Palestina, termasuk menduduki beberapa wilayahnya.
Lantas, kenapa kala itu Inggris memberi dukungan terhadap Zionisme?
Dikutip dari situs History, dukungan ini dikarenakan Inggris kala itu sedang mengalami kekhawatiran terhadap arah Perang Dunia.
Di satu sisi, pada pertengahan 1917, Inggris dan Prancis sedang mengalami kebuntuan dengan Jerman di blok barat. Selain itu, upaya mengalahkan Turki di semenanjung Gallipoli juga gagal.
Hal ini membuat Perdana Menteri David Lloyd George membuat keputusan dengan mendukung Zionisme, gerakan dari tokoh Yahudi bernama Chaim Weizmann yang menetap di Manchester.
Motif di balik keputusan ini adalah pemerintah Inggris berharap dukungan yang membantu Zionisme ini bisa memberikan timbal balik, berupa dukungan Yahudi.
Setelah Deklarasi Balfour, populasi Yahudi di Palestina meningkat secara signifikan. Akibatnya, sering terjadi kasus-kasus kekerasan yang melibatkan orang-orang Yahudi-Arab.
Ketidakstabilan daerah ini membuat Inggris menunda keputusannya tentang Palestina. Namun, setelah Perang Dunia Kedua, justru lebih banyak dukungan internasional untuk Zionisme.
Hasilnya adalah mereka mendeklarasikan diri secara resmi pada 1948 dengan mendirikan Israel.
Dilansir dari Britannica, Walter Rothschild adalah putra tertua dari Nathan Mayer Rothschild. Dalam pendidikannya, dia sempat belajar di Universitas Bonn dan Magdalene College, Cambridge.
Sejak saat itu, dia sudah memiliki ketertarikan pada bidang zoologi. Tercatat dia memiliki berbagai koleksi hewan dan mendirikan Museum Sejarah Alam Rothschild di London.
Baca Juga
Dalam karirnya, Rothschild pernah merambah ke dunia politik. Dia menjabat sebagai Anggota Parlemen Konservatif untuk Aylesbury pada 1899 sampai 1910.
Selain itu, dia juga dikenal sebagai seorang Zionis dan teman dekat Chaim Weizmann, pemimpin gerakan Zionis.
Pada 1917, dengan perannya yang menempati posisi tinggi di komunitas Anglo-Yahudi, dia menerima surat dari Arthur James Balfour yang kala itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Inggris.
Isinya berisi tentang pemerintah Inggris yang mendukung didirikannya permukiman orang-orang Yahudi di Palestina. Surat tersebut dikenal sebagai Deklarasi Balfour.
Surat tersebut menjadi cikal-bakal pertikaian panjang antara Israel dan Palestina, termasuk menduduki beberapa wilayahnya.
Lantas, kenapa kala itu Inggris memberi dukungan terhadap Zionisme?
Dikutip dari situs History, dukungan ini dikarenakan Inggris kala itu sedang mengalami kekhawatiran terhadap arah Perang Dunia.
Di satu sisi, pada pertengahan 1917, Inggris dan Prancis sedang mengalami kebuntuan dengan Jerman di blok barat. Selain itu, upaya mengalahkan Turki di semenanjung Gallipoli juga gagal.
Hal ini membuat Perdana Menteri David Lloyd George membuat keputusan dengan mendukung Zionisme, gerakan dari tokoh Yahudi bernama Chaim Weizmann yang menetap di Manchester.
Motif di balik keputusan ini adalah pemerintah Inggris berharap dukungan yang membantu Zionisme ini bisa memberikan timbal balik, berupa dukungan Yahudi.
Setelah Deklarasi Balfour, populasi Yahudi di Palestina meningkat secara signifikan. Akibatnya, sering terjadi kasus-kasus kekerasan yang melibatkan orang-orang Yahudi-Arab.
Ketidakstabilan daerah ini membuat Inggris menunda keputusannya tentang Palestina. Namun, setelah Perang Dunia Kedua, justru lebih banyak dukungan internasional untuk Zionisme.
Hasilnya adalah mereka mendeklarasikan diri secara resmi pada 1948 dengan mendirikan Israel.
(sya)