Mantan Kepala Intelijen Jerman Peringatkan Perang dengan Rusia
loading...
A
A
A
Mantan kepala intelijen itu melanjutkan dengan berargumen, bertentangan dengan apa yang dikatakan media Jerman, “Ukraina bukanlah benteng hak asasi manusia, kebebasan, perdamaian, dan nilai-nilai Barat.”
Dia juga meminta para pemimpin Jerman untuk mempertimbangkan mengapa mereka mengekspos negara itu pada “bahaya konflik nuklir.”
Jerman memiliki sekitar 119 instalasi militer Amerika di wilayahnya, menurut Maassen, yang dapat menjadi sasaran Moskow jika terjadi perang.
Dia kemudian menyamakan Jerman dengan “kapal induk Amerika dengan sekitar 80 juta penduduk asli” yang tinggal di dalamnya.
Mantan kepala intelijen juga mempertanyakan fungsi pertahanan sipil dan angkatan bersenjata Jerman sendiri jika terjadi perang, sambil berargumen bahwa masyarakat Jerman tidak siap secara mental untuk perang, karena negara tersebut tidak memiliki pengalaman kesulitan dalam beberapa dekade.
Selain itu, menurut Maassen, konfrontasi yang lebih dalam dengan Rusia tidak akan bijaksana bagi Berlin, karena Jerman bergantung pada impor gas Rusia, dan tidak menghasilkan cukup gandum dan pupuk.
“Namun demikian, Jerman mempertaruhkan keamanannya sendiri dengan mempersenjatai Ukraina,” ujar mantan pejabat itu.
“Seperti seorang somnambulist, kami berjalan dalam tidur di sini menjadi konflik,” papar dia.
“Tanpa tujuan atau rencana aksi yang jelas, siapa pun bisa menebak bagaimana ini akan berakhir di Jerman,” ungkap Maassen.
Pada akhir Februari, beberapa hari setelah Rusia menyerang Ukraina, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengumumkan Berlin akan memberi Kiev rudal anti-pesawat portabel, serta anti-tank.
Dia juga meminta para pemimpin Jerman untuk mempertimbangkan mengapa mereka mengekspos negara itu pada “bahaya konflik nuklir.”
Jerman memiliki sekitar 119 instalasi militer Amerika di wilayahnya, menurut Maassen, yang dapat menjadi sasaran Moskow jika terjadi perang.
Dia kemudian menyamakan Jerman dengan “kapal induk Amerika dengan sekitar 80 juta penduduk asli” yang tinggal di dalamnya.
Mantan kepala intelijen juga mempertanyakan fungsi pertahanan sipil dan angkatan bersenjata Jerman sendiri jika terjadi perang, sambil berargumen bahwa masyarakat Jerman tidak siap secara mental untuk perang, karena negara tersebut tidak memiliki pengalaman kesulitan dalam beberapa dekade.
Selain itu, menurut Maassen, konfrontasi yang lebih dalam dengan Rusia tidak akan bijaksana bagi Berlin, karena Jerman bergantung pada impor gas Rusia, dan tidak menghasilkan cukup gandum dan pupuk.
“Namun demikian, Jerman mempertaruhkan keamanannya sendiri dengan mempersenjatai Ukraina,” ujar mantan pejabat itu.
“Seperti seorang somnambulist, kami berjalan dalam tidur di sini menjadi konflik,” papar dia.
“Tanpa tujuan atau rencana aksi yang jelas, siapa pun bisa menebak bagaimana ini akan berakhir di Jerman,” ungkap Maassen.
Pada akhir Februari, beberapa hari setelah Rusia menyerang Ukraina, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengumumkan Berlin akan memberi Kiev rudal anti-pesawat portabel, serta anti-tank.