Demi Ukraina, AS Pertimbangkan Sejumlah Tawaran ke Belarusia
loading...
A
A
A
MINSK - Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan memberi Belarusia pembebasan enam bulan dari sanksi yang dikenakan pada industri kalium tahun lalu, sebagai imbalan untuk membuka rel kereta api untuk memulai pengiriman gandum dari Ukraina ke Lithuania.
Tawaran AS itu dilaporkan Wall Street Journal (WSJ), mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.
Sanksi dijatuhkan pada Minsk terkait langkah pemerintah meredam protes oposisi di negara itu dan krisis perbatasan yang melibatkan ratusan pencari suaka dari Timur Tengah yang berusaha mencapai Polandia dan Lithuania melalui wilayahnya.
Uni Eropa (UE) dan AS menuduh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatur gelombang pencari suaka.
UE dan AS kemudian memberlakukan pembatasan ekspor pupuk, sumber utama pendapatan mata uang asing untuk Belarusia.
Minsk membantah bahwa mereka mengarahkan pengungsi ke tetangganya.
Washington dilaporkan ingin untuk sementara mencabut sanksi untuk meningkatkan pasokan pupuk di pasar dunia, dan untuk memberi insentif kepada Minsk karena membantu Barat mengangkut gandum Ukraina. Pengiriman akan menuju ke pelabuhan Klaipeda di Lituania.
Jalur pelayaran Ukraina terputus karena serangan militer Rusia, yang dimulai pada Februari.
AS menuduh Moskow menyebabkan kekurangan pangan global melalui blokade angkatan lautnya di Laut Hitam.
AS ingin Rusia mengizinkan kapal kargo menggunakan pelabuhan Odessa yang dikuasai Kiev untuk mengekspor cadangan biji-bijian.
Rusia membantah tuduhan itu, dengan mengatakan kelangkaan itu diprediksi bertahun-tahun lalu karena efek pandemi Covid-19 dan gangguan rantai pasokan yang disebabkan lockdown.
“Negara-negara Barat memperburuk keadaan dengan sanksi mereka terhadap Rusia dan sekutunya Belarusia,” papar pejabat Rusia.
Menurut Rusia, Barat mencegah negara-negara lain membeli bahan bakar, pupuk, dan produk makanan Moskow yang semuanya mempengaruhi pasokan makanan global.
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan, menyebut kebijakan Barat yang menargetkan Rusia sebagai "kretinisme kosmik" pada Kamis.
“‘Sanksi dari neraka’ itu tidak bernilai sepeser pun dalam hal-hal penting. Pasokan energi untuk memanaskan rumah. Makanan untuk memberi makan orang-orang. Jutaan warga yang sangat menginginkan satu hal dari para politisi mereka: Kesempatan untuk hidup normal, tenang, dan sejahtera,” ujar dia.
“Sanksi menghalangi itu. Seperti halnya ekspansi NATO. Dan kesibukan itu dengan pembayaran utang dan hal-hal lain,” ujar dia, mengacu pada beberapa poin pertikaian antara Rusia dan Barat.
Rusia menyerang negara tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014.
Moskow kemudian mengakui kemerdekaan republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Tawaran AS itu dilaporkan Wall Street Journal (WSJ), mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.
Sanksi dijatuhkan pada Minsk terkait langkah pemerintah meredam protes oposisi di negara itu dan krisis perbatasan yang melibatkan ratusan pencari suaka dari Timur Tengah yang berusaha mencapai Polandia dan Lithuania melalui wilayahnya.
Uni Eropa (UE) dan AS menuduh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatur gelombang pencari suaka.
UE dan AS kemudian memberlakukan pembatasan ekspor pupuk, sumber utama pendapatan mata uang asing untuk Belarusia.
Minsk membantah bahwa mereka mengarahkan pengungsi ke tetangganya.
Washington dilaporkan ingin untuk sementara mencabut sanksi untuk meningkatkan pasokan pupuk di pasar dunia, dan untuk memberi insentif kepada Minsk karena membantu Barat mengangkut gandum Ukraina. Pengiriman akan menuju ke pelabuhan Klaipeda di Lituania.
Jalur pelayaran Ukraina terputus karena serangan militer Rusia, yang dimulai pada Februari.
AS menuduh Moskow menyebabkan kekurangan pangan global melalui blokade angkatan lautnya di Laut Hitam.
AS ingin Rusia mengizinkan kapal kargo menggunakan pelabuhan Odessa yang dikuasai Kiev untuk mengekspor cadangan biji-bijian.
Rusia membantah tuduhan itu, dengan mengatakan kelangkaan itu diprediksi bertahun-tahun lalu karena efek pandemi Covid-19 dan gangguan rantai pasokan yang disebabkan lockdown.
“Negara-negara Barat memperburuk keadaan dengan sanksi mereka terhadap Rusia dan sekutunya Belarusia,” papar pejabat Rusia.
Menurut Rusia, Barat mencegah negara-negara lain membeli bahan bakar, pupuk, dan produk makanan Moskow yang semuanya mempengaruhi pasokan makanan global.
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan, menyebut kebijakan Barat yang menargetkan Rusia sebagai "kretinisme kosmik" pada Kamis.
“‘Sanksi dari neraka’ itu tidak bernilai sepeser pun dalam hal-hal penting. Pasokan energi untuk memanaskan rumah. Makanan untuk memberi makan orang-orang. Jutaan warga yang sangat menginginkan satu hal dari para politisi mereka: Kesempatan untuk hidup normal, tenang, dan sejahtera,” ujar dia.
“Sanksi menghalangi itu. Seperti halnya ekspansi NATO. Dan kesibukan itu dengan pembayaran utang dan hal-hal lain,” ujar dia, mengacu pada beberapa poin pertikaian antara Rusia dan Barat.
Rusia menyerang negara tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014.
Moskow kemudian mengakui kemerdekaan republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(sya)