Erdogan Akan Blokir Permohonan Anggota NATO Finlandia dan Swedia
loading...
A
A
A
ANKARA - Turki memblokir langkah prosedural untuk mempercepat permohonan Finlandia dan Swedia untuk bergabung dengan NATO dan menyajikan daftar kekhawatiran kepada sekutunya.
Turki meminta waktu untuk menyelesaikan masalahnya dengan kedua negara Nordik itu dan menegaskan kembali keprihatinannya tentang dukungan mereka untuk kelompok Kurdi serta pembatasan penjualan senjata terhadap Turki.
“Kami adalah salah satu negara yang paling banyak memberikan dukungan untuk kegiatan aliansi, tetapi ini tidak berarti bahwa kami tanpa ragu akan mengatakan 'ya' untuk setiap proposal yang diajukan kepada kami," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kepada anggota partainya.
“Ekspansi NATO sangat berarti bagi kami, sebanding dengan rasa hormat yang ditunjukkan pada kepekaan kami,” imbuhnya seperti dikutip dari Washington Examanier, Jumat (19/5/2022).
Erdogan mengisyaratkan keengganan untuk menerima Finlandia dan Swedia ke dalam aliansi militer pekan lalu setelah keduanya dengan jelas memberikan sinyal untuk bergabung. Banyak diplomat percaya Turki pada akhirnya akan menerimanya.
Turki sendiri belum secara terbuka berkomitmen untuk memblokir aksesi kedua negara Nordik ke aliansi, tetapi dengan memblokir pemungutan suara prosedural untuk melanjutkan aplikasi mereka, Ankara memperlambat prosesnya.
Erdogan mengecam kedua negara atas pembatasan penjualan senjata pada 2019 sebagai respons atas serangan Ankara terhadap pejuang Kurdi di Suriah. Dia juga menyoroti dukungan kedua negara itu terhadap kelompok-kelompok Kurdi yang dia anggap sebagai "organisasi teroris."
Pejabat Swedia telah menolak kritik ini sebagai tuduhan palsu, mengklaim negaranya memiliki "agenda anti-teroris yang kuat." Perwakilan dari Swedia dan Finlandia telah berusaha untuk meredakan kekhawatiran Turki atas permohonan mereka, tetapi sejauh ini, upaya tersebut tampaknya tidak berhasil.
Turki menginginkan kedua negara mencabut pembatasan senjata, mengekstradisi 33 orang yang dituduh Ankara mengobarkan upaya kudeta 2016, dan berhenti mendukung kelompok Kurdi tertentu.
Finlandia mengumumkan akan mendaftar untuk bergabung dengan NATO Kamis lalu, dan Swedia mengumumkan niatnya pada Senin ini. Kedua negara Nordik itu kemudian mengajukan aplikasi permohonan mereka untuk bergabung dengan NATO pada hari Rabu, menurut Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg, yang mengatakan dia "dengan hangat" menyambut permintaan tersebut.
Kedua negara selama ini telah menahan diri mengejar keanggotaan dalam aliansi militer yang kuat, tetapi invasi berdarah Rusia ke Ukraina tampaknya telah mengubah perhitungan.
Keanggotaan membutuhkan kesepakatan bulat di antara anggota NATO, yang memberi Turki pengaruh yang cukup. Turki telah berselisih dengan anggota NATO lainnya atas dukungan Barat terhadap pejuang Kurdi di beberapa bagian Timur Tengah dalam beberapa tahun terakhir dan telah menyatakan penyesalannya telah mengizinkan tetangganya, Yunani, masuk ke dalam aliansi itu pada 1980-an.
Turki meminta waktu untuk menyelesaikan masalahnya dengan kedua negara Nordik itu dan menegaskan kembali keprihatinannya tentang dukungan mereka untuk kelompok Kurdi serta pembatasan penjualan senjata terhadap Turki.
“Kami adalah salah satu negara yang paling banyak memberikan dukungan untuk kegiatan aliansi, tetapi ini tidak berarti bahwa kami tanpa ragu akan mengatakan 'ya' untuk setiap proposal yang diajukan kepada kami," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kepada anggota partainya.
“Ekspansi NATO sangat berarti bagi kami, sebanding dengan rasa hormat yang ditunjukkan pada kepekaan kami,” imbuhnya seperti dikutip dari Washington Examanier, Jumat (19/5/2022).
Erdogan mengisyaratkan keengganan untuk menerima Finlandia dan Swedia ke dalam aliansi militer pekan lalu setelah keduanya dengan jelas memberikan sinyal untuk bergabung. Banyak diplomat percaya Turki pada akhirnya akan menerimanya.
Turki sendiri belum secara terbuka berkomitmen untuk memblokir aksesi kedua negara Nordik ke aliansi, tetapi dengan memblokir pemungutan suara prosedural untuk melanjutkan aplikasi mereka, Ankara memperlambat prosesnya.
Erdogan mengecam kedua negara atas pembatasan penjualan senjata pada 2019 sebagai respons atas serangan Ankara terhadap pejuang Kurdi di Suriah. Dia juga menyoroti dukungan kedua negara itu terhadap kelompok-kelompok Kurdi yang dia anggap sebagai "organisasi teroris."
Pejabat Swedia telah menolak kritik ini sebagai tuduhan palsu, mengklaim negaranya memiliki "agenda anti-teroris yang kuat." Perwakilan dari Swedia dan Finlandia telah berusaha untuk meredakan kekhawatiran Turki atas permohonan mereka, tetapi sejauh ini, upaya tersebut tampaknya tidak berhasil.
Turki menginginkan kedua negara mencabut pembatasan senjata, mengekstradisi 33 orang yang dituduh Ankara mengobarkan upaya kudeta 2016, dan berhenti mendukung kelompok Kurdi tertentu.
Finlandia mengumumkan akan mendaftar untuk bergabung dengan NATO Kamis lalu, dan Swedia mengumumkan niatnya pada Senin ini. Kedua negara Nordik itu kemudian mengajukan aplikasi permohonan mereka untuk bergabung dengan NATO pada hari Rabu, menurut Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg, yang mengatakan dia "dengan hangat" menyambut permintaan tersebut.
Kedua negara selama ini telah menahan diri mengejar keanggotaan dalam aliansi militer yang kuat, tetapi invasi berdarah Rusia ke Ukraina tampaknya telah mengubah perhitungan.
Keanggotaan membutuhkan kesepakatan bulat di antara anggota NATO, yang memberi Turki pengaruh yang cukup. Turki telah berselisih dengan anggota NATO lainnya atas dukungan Barat terhadap pejuang Kurdi di beberapa bagian Timur Tengah dalam beberapa tahun terakhir dan telah menyatakan penyesalannya telah mengizinkan tetangganya, Yunani, masuk ke dalam aliansi itu pada 1980-an.
(ian)