Tragedi Shireen Abu Akleh, dari Kristen untuk Palestina
loading...
A
A
A
“Ada kesedihan dan kepiluan yang luar biasa,” katanya kepada AsiaNews, yang dilansir Senin (16/5/2022).
“Semua orang merasakan kesedihan mendalam atas kematian jurnalis yang sangat dihargai dan dihormati, selalu profesional dan berimbang, yang saya temui beberapa kali dan kenal secara pribadi.”
Menurutnya, sebagai anggota komunitas Katolik-Yunani, dia memberi kuliah tentang media dan jurnalisme di berbagai universitas.
Melalui karyanya, dia mencontohkan pesan Kristen di Tanah Suci dan tahu bagaimana menjadi bagian dari masyarakat.
Prosesi pemakaman Akleh telah dilangsungkan di Gereja Katolik Yunani dekat Gerbang Jaffa, diikuti dengan penguburannya di pemakaman Kristen di Gunung Sion. Prosesi itu sempat diserang pasukan Israel, yang kembali memicu kecaman dunia internasional.
Patriark Latin Pierbattista Pizzaballa juga berbicara tentang kisah tragis Akleh, yang menyulut kebencian Palestina.
Dalam sebuah pesan kepada keluarga, sang patriark mengatakan bahwa dengan sangat sedih dia mendengar berita tentang "kematian kejam” sang jurnalis. "Terbunuh karena meng-cover penderitaan sehari-hari orang-orang di negeri ini sambil mencoba memberikan perspektif lain hingga konflik kompleks dan bentuk ketidakadilan yang mengobrak-abrik masyarakat di tanah yang sama," katanya.
Kepada keluarga, kenalan, dan teman-temannya, Patriark Pizzaballa menyampaikan belasungkawa dan doa semua uskup, imam, diakon, seminaris, orang-orang yang ditahbiskan dan orang-orang percaya dari Patriarkat Latin Yerusalem.
Pemerintah Israel dan otoritas Palestina telah saling menyalahkan atas kematian Akleh, tetapi pemeriksaan awal dari peristiwa tersebut menunjukkan bahwa dia meninggal karena peluru yang ditembakkan, mungkin dengan sengaja, oleh seorang anggota pasukan khusus Israel yang terlibat dalam operasi tersebut.
Bagi Al Jazeera, jurnalis yang telah bekerja untuk saluran televisi satelit yang berbasis di Qatar sejak 1997 tersebut dibunuh dengan darah dingin oleh pasukan pendudukan Israel.
Jurnalis Kristen ini memiliki karier yang panjang di belakangnya, dengan 20 tahun liputan berimbang tentang konflik Palestina.
“Semua orang merasakan kesedihan mendalam atas kematian jurnalis yang sangat dihargai dan dihormati, selalu profesional dan berimbang, yang saya temui beberapa kali dan kenal secara pribadi.”
Menurutnya, sebagai anggota komunitas Katolik-Yunani, dia memberi kuliah tentang media dan jurnalisme di berbagai universitas.
Melalui karyanya, dia mencontohkan pesan Kristen di Tanah Suci dan tahu bagaimana menjadi bagian dari masyarakat.
Prosesi pemakaman Akleh telah dilangsungkan di Gereja Katolik Yunani dekat Gerbang Jaffa, diikuti dengan penguburannya di pemakaman Kristen di Gunung Sion. Prosesi itu sempat diserang pasukan Israel, yang kembali memicu kecaman dunia internasional.
Patriark Latin Pierbattista Pizzaballa juga berbicara tentang kisah tragis Akleh, yang menyulut kebencian Palestina.
Dalam sebuah pesan kepada keluarga, sang patriark mengatakan bahwa dengan sangat sedih dia mendengar berita tentang "kematian kejam” sang jurnalis. "Terbunuh karena meng-cover penderitaan sehari-hari orang-orang di negeri ini sambil mencoba memberikan perspektif lain hingga konflik kompleks dan bentuk ketidakadilan yang mengobrak-abrik masyarakat di tanah yang sama," katanya.
Kepada keluarga, kenalan, dan teman-temannya, Patriark Pizzaballa menyampaikan belasungkawa dan doa semua uskup, imam, diakon, seminaris, orang-orang yang ditahbiskan dan orang-orang percaya dari Patriarkat Latin Yerusalem.
Pemerintah Israel dan otoritas Palestina telah saling menyalahkan atas kematian Akleh, tetapi pemeriksaan awal dari peristiwa tersebut menunjukkan bahwa dia meninggal karena peluru yang ditembakkan, mungkin dengan sengaja, oleh seorang anggota pasukan khusus Israel yang terlibat dalam operasi tersebut.
Bagi Al Jazeera, jurnalis yang telah bekerja untuk saluran televisi satelit yang berbasis di Qatar sejak 1997 tersebut dibunuh dengan darah dingin oleh pasukan pendudukan Israel.
Jurnalis Kristen ini memiliki karier yang panjang di belakangnya, dengan 20 tahun liputan berimbang tentang konflik Palestina.