3 Negara di Dunia yang Tidak Memihak Antara Rusia dan Ukraina
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rusia sepertinya masih enggan untuk menarik diri atas setelah melakukan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari silam. Tercatat invasi ke Ukraina sudah memasuki hari ke-71.
Berbagai sikap yang diambil dunia internasional terpecah menjadi pendukung masing-masing kubu. Ada yang mendukung Rusia, ada juga yang mendukung Ukraina.
Dalam hal ini, walaupun rentetan sanksi dari negara-negara terus menyasar Rusia, namun Moscow tetap bisa bertahan. Bahkan, beberapa kebijakan terbarunya justru bisa menjadi ancaman balik bagi negara-negara yang memberikan sanksi. Salah satunya adalah kebijakan penjualan gas alam menggunakan mata uang Rubel.
Namun, selain para pendukung Rusia dan Ukraina, ada juga beberapa negara yang memilih netral alias tidak memihak. Negara mana sajakah? Berikut ulasannya.
1. Thailand
Negeri Gajah Putih telah menyatakan sikapnya terhadap konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Dalam hal ini, pemerintah Thailand telah mempertahankan posisinya dengan bersikap netral.
Dikutip dari Bangkok Post, sikap netral ini dimaksudkan untuk melayani ‘kepentingan nasional’. Juru Bicara pemerintah, Thanakorn Wangboonkongchana menegaskan bahwa posisi negaranya tetap netral bersama dengan ASEAN. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa prioritas utama saat ini adalah evakuasi warga Thailand yang berada di Ukraina.
Tercatat ada sekitar 250 warga negara Thailand yang berada di Ukraina ketika invasi dimulai. Pernyataan tersebut kembali ditegaskan oleh Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha sebelum pertemuan tingkat tinggi AS-ASEAN di Washington DC minggu depan.
2. Afrika Selatan
Sebagian besar negara di benua Afrika memilih untuk bersikap netral terhadap konflik Rusia dan Ukraina. Pada awal maret, Majelis Umum PBB memberikan suara pada resolusi yang menuntut Rusia menghentikan invasinya. Dari 54 negara anggota Afrika, hampir setengahnya memilih jalur netral, termasuk Afrika Selatan.
Hal ini memunculkan banyak spekulasi mengenai alasan keputusan negara-negara tersebut. Salah satunya adalah ketakutan pertimbangan kemungkinan konflik yang meluas dan bisa berdampak bagi negaranya masing-masing.
Dikutip Irish Times, sejak Rusia melancarkan invasinya pada 24 Februari, Presiden Cyril Ramaphosa telah mempertahankan posisi netral pada konflik tersebut. Walaupun banyak pihak yang mengutuk keputusan tersebut.
3. Indonesia
Indonesia sendiri diketahui memiliki hubungan yang baik dengan Rusia maupun Ukraina. Dalam hal ini, kepala Staf Kepresidenan Moeldoko beberapa waktu yang lalu kembali menegaskan Indonesia dalam posisi netral.
Hal ini dikarenakan selain memiliki asas politik bebas aktif, Indonesia berstatus sebagai presidensi G20 dan memiliki tanggung jawab untuk tidak memihak negara manapun.
Selain itu, Presiden Jokowi juga sempat melakukan pembicaraan dengan Presiden Ukraina dan Rusia melalui saluran telepon. Dalam pembicaraan bersama Zelensky, Ukraina juga sempat meminta bantuan persenjataan dari Indonesia. Namun, tentu saja Presiden Jokowi menolaknya dengan alasan amanat konstitusi.
Selain itu, walaupun sempat mendapat penolakan dari negara lain, Indonesia sendiri tetap akan mengundang Rusia untuk hadir ke G20.
Berbagai sikap yang diambil dunia internasional terpecah menjadi pendukung masing-masing kubu. Ada yang mendukung Rusia, ada juga yang mendukung Ukraina.
Dalam hal ini, walaupun rentetan sanksi dari negara-negara terus menyasar Rusia, namun Moscow tetap bisa bertahan. Bahkan, beberapa kebijakan terbarunya justru bisa menjadi ancaman balik bagi negara-negara yang memberikan sanksi. Salah satunya adalah kebijakan penjualan gas alam menggunakan mata uang Rubel.
Namun, selain para pendukung Rusia dan Ukraina, ada juga beberapa negara yang memilih netral alias tidak memihak. Negara mana sajakah? Berikut ulasannya.
1. Thailand
Negeri Gajah Putih telah menyatakan sikapnya terhadap konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Dalam hal ini, pemerintah Thailand telah mempertahankan posisinya dengan bersikap netral.
Dikutip dari Bangkok Post, sikap netral ini dimaksudkan untuk melayani ‘kepentingan nasional’. Juru Bicara pemerintah, Thanakorn Wangboonkongchana menegaskan bahwa posisi negaranya tetap netral bersama dengan ASEAN. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa prioritas utama saat ini adalah evakuasi warga Thailand yang berada di Ukraina.
Tercatat ada sekitar 250 warga negara Thailand yang berada di Ukraina ketika invasi dimulai. Pernyataan tersebut kembali ditegaskan oleh Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha sebelum pertemuan tingkat tinggi AS-ASEAN di Washington DC minggu depan.
2. Afrika Selatan
Sebagian besar negara di benua Afrika memilih untuk bersikap netral terhadap konflik Rusia dan Ukraina. Pada awal maret, Majelis Umum PBB memberikan suara pada resolusi yang menuntut Rusia menghentikan invasinya. Dari 54 negara anggota Afrika, hampir setengahnya memilih jalur netral, termasuk Afrika Selatan.
Hal ini memunculkan banyak spekulasi mengenai alasan keputusan negara-negara tersebut. Salah satunya adalah ketakutan pertimbangan kemungkinan konflik yang meluas dan bisa berdampak bagi negaranya masing-masing.
Dikutip Irish Times, sejak Rusia melancarkan invasinya pada 24 Februari, Presiden Cyril Ramaphosa telah mempertahankan posisi netral pada konflik tersebut. Walaupun banyak pihak yang mengutuk keputusan tersebut.
3. Indonesia
Indonesia sendiri diketahui memiliki hubungan yang baik dengan Rusia maupun Ukraina. Dalam hal ini, kepala Staf Kepresidenan Moeldoko beberapa waktu yang lalu kembali menegaskan Indonesia dalam posisi netral.
Hal ini dikarenakan selain memiliki asas politik bebas aktif, Indonesia berstatus sebagai presidensi G20 dan memiliki tanggung jawab untuk tidak memihak negara manapun.
Selain itu, Presiden Jokowi juga sempat melakukan pembicaraan dengan Presiden Ukraina dan Rusia melalui saluran telepon. Dalam pembicaraan bersama Zelensky, Ukraina juga sempat meminta bantuan persenjataan dari Indonesia. Namun, tentu saja Presiden Jokowi menolaknya dengan alasan amanat konstitusi.
Selain itu, walaupun sempat mendapat penolakan dari negara lain, Indonesia sendiri tetap akan mengundang Rusia untuk hadir ke G20.
(esn)