Cemas Putin Ledakkan Bom Nuklir, Begini Cara AS Mengintainya

Kamis, 07 April 2022 - 16:25 WIB
loading...
Cemas Putin Ledakkan Bom Nuklir, Begini Cara AS Mengintainya
Amerika Serikat andalkan ratusan satelit untuk mengintai gerak-gerik psukan nuklir Rusia setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukan nuklirnya siaga tinggi. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya cemas bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan meledakkan bom nuklir dalam perangnya di Ukraina . Washington pun mengintai gerak-gerak pasukan atom Moskow melalui ratusan satelit dan pesawat luar angkasa.

Pada akhir Februari, ketika Putin menyatakan bahwa senjata nuklir Rusia memasuki “kesiapan tempur khusus", peralatan pengintaian Amerika menjadi siaga tinggi.

Ratusan satelit pencitraan, serta pesawat ruang angkasa swasta dan federal, mulai mencari tanda-tanda peningkatan aktivitas di antara pesawat pengebom, rudal, kapal selam, dan bungker penyimpanan Rusia yang menampung ribuan hulu ledak nuklir.

Menurut analisisi citra satelit, sejauh ini armada orbital belum menemukan sesuatu yang layak untuk dicemaskan.



Para pejabat AS dan NATO juga melaporkan tidak ada tanda-tanda bahwa Rusia sedang mempersiapkan perang nuklir.

“Kami belum melihat apa pun yang membuat kami menyesuaikan postur kami, postur nuklir kami,” kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan kepada wartawan pada 23 Maret lalu.

Tetapi, menurut para pakar, pengawas atom Amerika memiliki alasan untuk terus mencari.

Moskow telah lama berlatih menggunakan ledakan nuklir yang relatif kecil untuk mengimbangi kerugian medan perang. Beberapa pakar militer khawatir atas apa yang mungkin dilakukan Putin, setelah kemunduran dalam invasinya di Ukraina, untuk memulihkan reputasinya sebagai "orang yang kejam".

"Jika Rusia bersiap untuk perang atom, biasanya akan membubarkan [pesawat] pengebomnya untuk mengurangi kerentanan mereka terhadap serangan musuh," kata Hans M. Kristensen, direktur Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika, sebuah organisasi penelitian swasta di Washington.

"Tapi sekarang, tidak ada yang jelas," katanya lagi, seperti dikutip dari New York Times, Kamis (7/4/2022).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1164 seconds (0.1#10.140)