China Serukan Penyelidikan Atas Pembantaian Bucha

Rabu, 06 April 2022 - 23:48 WIB
loading...
A A A
China yang telah menyerukan pembicaraan sementara menolak untuk mengkritik Rusia . Negara ini bahkan menentang sanksi ekonomi terhadap Moskow dan menyalahkan Washington serta NATO karena memprovokasi perang dan memicu konflik dengan mengirim senjata ke Ukraina.

Tagar China mengungkapkan insiden kematian Bucha harus diselidiki secara menyeluruh menjadi topik yang tren di Weibo, Twitter versi China, dengan hampir 30 juta views dan lebih dari 500 diskusi pada Rabu sore.

Terlepas dari sikap pro-Rusia yang secara teratur menyensor postingan, pendapat terbagi antara dukungan untuk Moskow, menuntut Rusia bertanggung jawab, tuduhan tidak dapat dipercaya terhadap Barat dan Ukraina, serta menyerukan penyelidikan yang tidak memihak.



"Ini hanyalah sandiwara yang dimainkan oleh Amerika dan Nazi Ukraina dalam upaya untuk mengalihkan opini publik, tetapi orang-orang di dunia dengan mata dan hati tidak akan mengabaikan fakta AS dan Ukraina yang meneliti senjata biologis," bunyi salah satu postingan bertanda "Memahami Perang Dingin Lebih Baik Dari Amerika."

Kedutaan Besar Rusia di Beijing juga menggunakan platform tersebut untuk menolak tuduhan tersebut, sementara mitranya dari Ukraina menarik perhatian pada “kejahatan perang Rusia terhadap warga sipil di Irpin,” kota lain di mana diduga kekejaman perang juga terjadi.

The Global Times, sebuah tabloid nasionalistik yang diterbitkan oleh corong Partai Komunis China People's Daily, dalam editorialnya mencoba menyeimbangkan pemberitaan dengan menurunkan judul "'Insiden Bucha' tidak digunakan sebagai dalih untuk mengobarkan situasi."

"Selama Rusia dan Ukraina tidak dapat mencapai gencatan senjata, tragedi kemanusiaan tidak akan berakhir," kata surat kabar itu.



“Namun, sangat disesalkan bahwa setelah pengungkapan 'insiden Bucha', AS, penggagas krisis Ukraina, belum menunjukkan tanda-tanda mendesak perdamaian dan mempromosikan pembicaraan, tetapi siap untuk memperburuk ketegangan Rusia-Ukraina dan menciptakan hambatan bagi pembicaraan damai antara kedua belah pihak," bunyi editorial itu.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1987 seconds (0.1#10.140)