4 Rencana Pembunuhan Joseph Stalin yang Gagal, Nomor 1 dalam Jarak Tembak

Rabu, 06 April 2022 - 16:09 WIB
loading...
4 Rencana Pembunuhan Joseph Stalin yang Gagal, Nomor 1 dalam Jarak Tembak
Pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin. Foto/wikimedia
A A A
MOSKOW - Joseph Stalin adalah pemimpin Uni Soviet yang berkuasa sejak 1929 hingga 1953. Di bawah kepemimpinannya, Soviet menjadi tidak terkalahkan.

Namun untuk mendapatkan kekuatan tersebut, Stalin mengorbankan jutaan nyawa rakyat tidak bersalah, entah dibunuh atau dibawa ke kamp kerja paksa, Gulag.

Akibat kediktatoran dan arogansinya, banyak orang berusaha membunuh superior Uni Soviet tersebut.

Sebelum kematiannya pada 5 Maret 1953, setidaknya ada lusinan kasus tentang rencana pembunuhan Joseph Stalin. Dikutip dari situs Russia Beyond, berikut adalah empat rencana pembunuhan Joseph Stalin yang gagal.

1. Dalam Jarak Penembakan

Pada 16 November 1931, Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Seluruh Serikat Bolshevik, Joseph Stalin, sedang berjalan santai di Moskow, sebelum seorang pria terburu-buru mendekatinya sambil mengeluarkan pistol.

Stalin lantas diselamatkan oleh seorang perwira polisi rahasia yang kebetulan ada di sekitar sana. Sang Polisi menarik lengan pelaku dan menjatuhkannya.

Diketahui, pelaku bernama Leonid Ogarev (dikenal juga dengan nama Platonov dan Petin), seorang mantan perwira Pengawal Putih, organisasi emigran Persatuan Semua-Militer Rusia dan agen intelijen Inggris.

Ketika Ogarev sedang mengumpulkan intelijen di Moskow, dia melihat Stalin tengah berjalan sendirian di tengah lalu-lalang orang.

Ogarev memanfaatkan kesempatan yang ada, namun berhasil dicegah oleh petugas polisi. Ogarev lantas dieksekusi dengan tudingan terorisme dan spionase.

Kejadian tersebut membuat pemerintahan mengeluarkan titah untuk meningkatkan perlindungan kepada sang pemimpin Soviet dan penandatangan resolusi, “Jika Kamerad Stalin berjalan di sekitar Moskow, harus dihentikan.”

2. Salah Mobil

Pada 6 November 1942, Stalin kembali menjadi sasaran pembunuhan. Savely Dmitriev, petugas di resimen Moskow, meninggalkan unitnya dengan membawa senapan menuju Lapangan Merah.

Setelahnya dia berpura-pura menjadi penjaga pos di Gerbang Spassky di Kremlin. Dmitriev menunggu sampai sebuah mobil pemerintahan melintasi gerbang, lalu menembakinya.

Ternyata mobil itu justru membawa Anastas Mikoyan, Komisaris Rakyat untuk Perdagangan Luar Negeri Uni Soviet. Beruntungnya Mikoyan tidak terluka. Dmitriev lantas segera ditangkap oleh para penjaga.

Dinas Keamanan menyelidiki siapa dalang di balik upaya pembunuhan yang dilakukan Dmitriev, bahkan sampai mewawancari kerabat dan rekan sesama prajurit Dmitriev.

Namun, mereka tidak menemukan benang merah apa pun antara Dmitriev atau Nazi. Pemeriksaan medis juga menyatakan Dmitriev memiliki masalah kesehatan mental.

Dari laporan rumah sakit NKVD Butyrskaya, Dmitriev diketahui mempunyai kecenderungan halusinasi. Savely Dmitriev dieksekusi pada 25 Agustus 1950.

3. “Lompat Jauh”

Pada Oktober 1943, diketahui Joseph Stalin, Winston Churchill, dan Franklin D Roosevelt berencana mengadakan konferensi di Teheran.

Rencana ini terendus oleh Dinas Intelijen Jerman. Mereka segera mengusungkan “Operasi Lompat Jauh” dengan misi menculik para pemimpin koalisi anti-Hitler.

Sebelum pecah Perang Dunia II, Iran secara kuat ada dalam pengaruh Reich Ketiga alias Jerman Nazi.

Karena itu, operasi tersebut dipercayakan kepada ahli operasi khusus di Third Reich, SS-Obersturmbannfuhrer Otto Skorzeny.

Kelompok penyabot pertama sebenarnya harus berkontak dengan agen kontak dan membuat persiapan kedatangan agen kedua, pimpinan Skorzeny, yang bertugas menculik para pemimpin Sekutu.

Namun sejak awal operasi tersebut telah gagal. Mata-mata Soviet Nikolai Kuznetsov melaporkan pada dinas intelijen Soviet tentang upaya pembunuhan tersebut. Mereka menetralisir kelompok Jerman pertama yang terjun di area kota Qom, 70 kilometer dari Teheran. Penangkapan kelompok pertama mengandaskan “Operasi Lompat Jauh” di tengah jalan.

4. Peluncur Granat Melawan Stalin

Pelaku upaya pembunuhan terhadap Stalin kali ini adalah agen intelijen Jerman, Pyotr Tavrin. Tavrin memiliki beberapa senjata, seperti pistol dengan satu set peluru beracun, peledak, serta peluncur granat Panzerknacker portabel.

Amunisi tersebut bahkan bisa menembus baju besi 40 milimeter dari jarak 300 meter. Tavrin bekerja di bawah pusat intelijen Zeppelin dan mendapat perintah langsung dari Otto Skorzeny.

Tavrin menjalankan aksi dengan beberapa kartu identitas militer dan penghargaan yang diambil dari tawanan perang, termasuk bintang Pahlawan Uni Soviet.

Ia berencana menetapkan lokasi para pemimpin Soviet dan rute kendaraan pemerintah. Dia punya dua pilihan yang bisa diambil: menjadi tamu undangan di acara resmi Kremlin dan ada di dekat Stalin, atau menghancurkan mobil pemimpin Soviet di jalan menggunakan peluncur granat.

Sayangnya pada 5 September 1944, pesawat angkut Arado AR-232 yang membawa penyabot, termasuk Tavrin dan istrinya, Lidia Shilova, ditembak jatuh oleh pertahanan udara Soviet di atas Smonlensk Oblast.

Mereka semua ditahan oleh petugas keamanan Soviet. Pyotr Tavrin dan Lidia Shilova pun dieksekusi pada 1952 atas dakwaan pemberontakan dan terorisme terhadap rezim Soviet.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1448 seconds (0.1#10.140)