Hubungan India-China Memanas, Ini Penyebab Bentrok Tentara Kedua Negara
loading...
A
A
A
NEW DELHI - India dan China terlibat peperangan di perbatasan kedua negara di Ladakh, dekat kawasan Kashmir. Sedikitnya 20 tentara India tewas dalam pertempuran tersebut di kawasan Pegunungan Himalaya.
Kementerian Luar Negeri China membenarkan terjadinya “konfrontasi fisik dan kekerasan” yang berlangsung pada Senin (15/6) di kawasan perbatasan. Beijing tidak menyebut jumlah korban tewas. Namun, Kementerian Luar Negeri India menyebut jumlah korban tewas terjadi di antara kedua belah pihak.
Pada Selasa (16/6), militer India mengatakan tiga serdadunya, termasuk seorang perwira, tewas dalam bentrokan di Ladakh, wilayah Kashmir yang dipersengketakan. Beberapa jam kemudian, militer India merilis pernyataan yang menyebutkan kedua kubu tak lagi bentrok. "Sebanyak 17 tentara India cedera dan kritis saat sedang bertugas dan telah meninggal dunia sehingga total yang gugur dalam tugas adalah 20 orang,” demikian keterangan Pemerintah India. (Baca: 43 Tentara China Tewas dan terluka Dalam Bentrok dengan India)
Namun demikian, China tidak menyebutkan apakah ada serdadu di pihak mereka yang menjadi korban. Beijing menuding tentara India telah melintasi perbatasan.
Sumber Pemerintah India mengklaim pasukannya bertempur dengan batang besi dan batu serta tidak ada peluru yang ditembakkan. Itu menjadi konflik perbatasan yang berdarah sejak perang antardua negara tetangga yang memiliki senjata nuklir pada 1967. Kedua negara itu memang belum bisa menyelesaikan konflik perbatasannya yang telah berlangsung bertahun-tahun.
Baik China dan India saling tuduh dan menyalahkan atas pertempuran yang terjadi pada Senin lalu di gurun salju di Ladakh. Insiden itu terjadi setelah komandan militer menggelar pertemuan untuk menyelesaikan permasalahan.
Tentara India menyatakan pada Senin malam, sekelompok tentara China memasuki wilayah India di Lembah Galwan melakukan penyerangan. “Kedua belah pihak bertempur. Kedua belah pihak berdiskusi untuk menyelesaikan ketegangan,” ujar sumber Pemerintah India. Namun, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China justru mendatangi sekelompok tentara India.
“Mereka (PLA) menyerang dengan batang besi. Seorang komandan jatuh dan terluka. Saat terjadi, banyak tentara datang ke lokasi dan menyerang dengan batu,” kata sumber yang mengetahui permasalahan tersebut.
Kubu China pun semakin memperkuat kekuatan dalam beberapa jam setelah insiden itu. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava mengatakan di kedua belah pihak mengalami jatuh korban, yang menghindari kesepakatan pada level lebih tinggi yang diikuti pihak China. (Baca juga: Punya Rudal Balistik Pembunuh Kapal Induk, China Siap Hadapi AS)
Sementara Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan terjadi pelanggaran terhadap konsensus yang telah disepakati kedua negara. “Apa yang terjadi pada 15 Juni, pihak India melanggar konsensus kami. Mereka dua kali melintas garis perbatasan dan memprovokasi serta menyerang pasukan China. Itu menyebabkan konfrontasi fisik antardua pasukan perbatasan,” kata Zhao.
Kementerian Luar Negeri China membenarkan terjadinya “konfrontasi fisik dan kekerasan” yang berlangsung pada Senin (15/6) di kawasan perbatasan. Beijing tidak menyebut jumlah korban tewas. Namun, Kementerian Luar Negeri India menyebut jumlah korban tewas terjadi di antara kedua belah pihak.
Pada Selasa (16/6), militer India mengatakan tiga serdadunya, termasuk seorang perwira, tewas dalam bentrokan di Ladakh, wilayah Kashmir yang dipersengketakan. Beberapa jam kemudian, militer India merilis pernyataan yang menyebutkan kedua kubu tak lagi bentrok. "Sebanyak 17 tentara India cedera dan kritis saat sedang bertugas dan telah meninggal dunia sehingga total yang gugur dalam tugas adalah 20 orang,” demikian keterangan Pemerintah India. (Baca: 43 Tentara China Tewas dan terluka Dalam Bentrok dengan India)
Namun demikian, China tidak menyebutkan apakah ada serdadu di pihak mereka yang menjadi korban. Beijing menuding tentara India telah melintasi perbatasan.
Sumber Pemerintah India mengklaim pasukannya bertempur dengan batang besi dan batu serta tidak ada peluru yang ditembakkan. Itu menjadi konflik perbatasan yang berdarah sejak perang antardua negara tetangga yang memiliki senjata nuklir pada 1967. Kedua negara itu memang belum bisa menyelesaikan konflik perbatasannya yang telah berlangsung bertahun-tahun.
Baik China dan India saling tuduh dan menyalahkan atas pertempuran yang terjadi pada Senin lalu di gurun salju di Ladakh. Insiden itu terjadi setelah komandan militer menggelar pertemuan untuk menyelesaikan permasalahan.
Tentara India menyatakan pada Senin malam, sekelompok tentara China memasuki wilayah India di Lembah Galwan melakukan penyerangan. “Kedua belah pihak bertempur. Kedua belah pihak berdiskusi untuk menyelesaikan ketegangan,” ujar sumber Pemerintah India. Namun, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China justru mendatangi sekelompok tentara India.
“Mereka (PLA) menyerang dengan batang besi. Seorang komandan jatuh dan terluka. Saat terjadi, banyak tentara datang ke lokasi dan menyerang dengan batu,” kata sumber yang mengetahui permasalahan tersebut.
Kubu China pun semakin memperkuat kekuatan dalam beberapa jam setelah insiden itu. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava mengatakan di kedua belah pihak mengalami jatuh korban, yang menghindari kesepakatan pada level lebih tinggi yang diikuti pihak China. (Baca juga: Punya Rudal Balistik Pembunuh Kapal Induk, China Siap Hadapi AS)
Sementara Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan terjadi pelanggaran terhadap konsensus yang telah disepakati kedua negara. “Apa yang terjadi pada 15 Juni, pihak India melanggar konsensus kami. Mereka dua kali melintas garis perbatasan dan memprovokasi serta menyerang pasukan China. Itu menyebabkan konfrontasi fisik antardua pasukan perbatasan,” kata Zhao.