Profil Ariel Sharon, Berlumur Darah Rakyat Palestina dan Dianggap Mati Dikutuk
loading...
A
A
A
Sharon menunjukkan “dedikasinya” dalam beberapa pembantaian, terutama terhadap rakyat Palestina.
Dalam Operasi Qibya di tahun 1953, bersama dengan unit Komando 101 Sharon membabat habis 96 orang Palestina hingga tewas, menjarah toko-toko, dan meluluh-lantahkan rumah-rumah.
Lalu namanya semakin dikenal setelah terlibat dalam Perang Enam Hari antara Israel dengan tiga negara Arab, yakni Mesir, Yordania, dan Suriah pada tahun 1967.
Atas taktik militer dan keberaniannya, Sharon dipuja sebagai pahlawan dan dijuluki “Singa Tuhan” dari Israel.
Belum puas dengan karier militernya, Sharon terjun ke dunia politik. Pada 1973, Sharon bergabung dengan partai sayap kanan Likud.
Namun, dia hengkang setahun kemudian dan diangkat menjadi Penasihat Keamanan Perdana Menteri Yitzhak Rabin.
Sharon sempat menjabat sebagai Menteri Pertanian pada tahun 1977, sebelum panggilan untuk menduduki posisi Menteri Pertahanan diterimanya ketika perang antara Lebanon dan Israel terjadi.
Sharon adalah aktor utama dalam Pembantaian Sabra dan Shatila di Beirut Barat, Lebanon. Di tahun 1982, Sharon mengomandoi operasi untuk membantai kamp-kamp pengungsi Palestina di kedua wilayah tersebut.
Operasi ini menewaskan sekitar 20.000 orang. Ariel Sharon lantas dicap sebagai “Tukang Jagal” dari Beirut.
Aksi pembantaian tersebut menuai kecaman dari publik. Komisi Israel mengkritik bahwa Sharon secara tidak langsung bertanggung jawab dan ia diminta mundur dari jabatannya sebagai Menteri Pertahanan.
Dalam Operasi Qibya di tahun 1953, bersama dengan unit Komando 101 Sharon membabat habis 96 orang Palestina hingga tewas, menjarah toko-toko, dan meluluh-lantahkan rumah-rumah.
Lalu namanya semakin dikenal setelah terlibat dalam Perang Enam Hari antara Israel dengan tiga negara Arab, yakni Mesir, Yordania, dan Suriah pada tahun 1967.
Atas taktik militer dan keberaniannya, Sharon dipuja sebagai pahlawan dan dijuluki “Singa Tuhan” dari Israel.
Belum puas dengan karier militernya, Sharon terjun ke dunia politik. Pada 1973, Sharon bergabung dengan partai sayap kanan Likud.
Namun, dia hengkang setahun kemudian dan diangkat menjadi Penasihat Keamanan Perdana Menteri Yitzhak Rabin.
Sharon sempat menjabat sebagai Menteri Pertanian pada tahun 1977, sebelum panggilan untuk menduduki posisi Menteri Pertahanan diterimanya ketika perang antara Lebanon dan Israel terjadi.
Sharon adalah aktor utama dalam Pembantaian Sabra dan Shatila di Beirut Barat, Lebanon. Di tahun 1982, Sharon mengomandoi operasi untuk membantai kamp-kamp pengungsi Palestina di kedua wilayah tersebut.
Operasi ini menewaskan sekitar 20.000 orang. Ariel Sharon lantas dicap sebagai “Tukang Jagal” dari Beirut.
Aksi pembantaian tersebut menuai kecaman dari publik. Komisi Israel mengkritik bahwa Sharon secara tidak langsung bertanggung jawab dan ia diminta mundur dari jabatannya sebagai Menteri Pertahanan.