Militer Rusia Ungkap Berbagai Strategi di Dekat Ibu Kota Ukraina

Kamis, 31 Maret 2022 - 01:01 WIB
loading...
Militer Rusia Ungkap Berbagai Strategi di Dekat Ibu Kota Ukraina
Kendaraan militer Rusia bergerak dalam operasi di Ukraina. Foto/sputnik
A A A
MOSKOW - Pasukan Rusia di dekat ibu kota Ukraina, Kiev, dan Chernigov berkumpul kembali saat tujuan tahap pertama operasi militernya telah selesai.

Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia mengumumkan hal itu pada Rabu (30/3/2022).

Selama konferensi pers reguler, juru bicara Kemhan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan, "Rencana pengelompokan kembali pasukan sedang berlangsung di arah Kiev dan Chernigov."



Dia menjelaskan, “Tahap awal operasi militer Moskow termasuk memaksa militer Ukraina memusatkan kekuatan, sarana, sumber daya, dan peralatan militernya untuk mengontrol permukiman besar di arah ini, termasuk Kiev, untuk mengikat mereka, sambil menghindari penyerbuan kota-kota, dan untuk kalahkan mereka sedemikian rupa sehingga akan mencegah mereka menggunakan kekuatan ini dalam arah utama operasi Angkatan Bersenjata kita di Donbass.”



Menurut dia, militer Rusia secara bersamaan menciptakan semua kondisi yang diperlukan dalam melaksanakan tahap akhir operasi untuk membebaskan Republik Rakyat Donbass dari serangan jangka panjang yang dilakukan rezim Kiev selama delapan tahun.



Semua jalur utama komunikasi, pasokan dan pendekatan cadangan berada di bawah kendali penuh.

“Sistem pertahanan udara Ukraina, infrastruktur lapangan terbang, depot militer terbesar, pusat pelatihan dan konsentrasi untuk tentara bayaran dihancurkan. Bekerja pada mereka terus berlanjut. Dengan demikian, semua tugas utama Angkatan Bersenjata Rusia ke arah Kiev dan Chernigov telah selesai,” papar dia.

Oleh karena itu, Konashenkov menggarisbawahi, “Tujuan pengelompokan kembali pasukan Rusia adalah untuk mengintensifkan operasi di daerah-daerah prioritas dan, di atas segalanya, untuk menyelesaikan operasi untuk pembebasan Donbass sepenuhnya.”

Pada Selasa, setelah putaran lain negosiasi dengan Ukraina di Istanbul, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin mengumumkan, “Keputusan dibuat untuk secara drastis, dalam beberapa kali, mengurangi aktivitas militer pada pendekatan ke Kiev dan Chernigov.”

Dia menjelaskan keputusan ini, “Di satu sisi, dengan fakta bahwa pembicaraan dengan Kiev memasuki tahap praktis, dan, di sisi lain, dengan keinginan Rusia meningkatkan rasa saling percaya dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk langkah perkembangan negosiasi selanjutnya.”

Dengan demikian pengumuman itu dianggap oleh banyak pihak sebagai “isyarat niat baik” dari Moskow.

Namun, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Rabu (30/3/2022) memperingatkan terhadap optimisme yang berlebihan.

Dia mengatakan kesepakatan pihak Ukraina untuk memulai merumuskan secara konkret dan menuliskan apa yang diusulkannya sejauh ini merupakan satu-satunya hasil positif dari pembicaraan tersebut.

“Selebihnya, sejauh ini, katakanlah, kami tidak dapat menyatakan sesuatu yang sangat menjanjikan, terobosan apa pun, masih ada pekerjaan yang sangat, sangat panjang yang harus dilakukan,” ujar Peskov.

Negosiator utama Rusia, Vladimir Medinsky, pada gilirannya, mengatakan pada Rabu bahwa Ukraina pada prinsipnya setuju secara resmi menjadi negara netral.

Tawaran Ukraina untuk bergabung dengan NATO adalah salah satu alasan Moskow meluncurkan kampanye militer terhadap negara itu bulan lalu.

Moskow menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan Rusia atas kemerdekaan republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1845 seconds (0.1#10.140)