Ukraina Serukan Georgia Buka Front Kedua Serang Rusia
loading...
A
A
A
KYIV - Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Alexey Danilov menyerukan Georgia membuka "front kedua" melawan Rusia . Namun, negara yang pernah perang dengan Moskow tahun 2008 itu menolak seruan tersebut.
Danilov mengatakan bahwa jika konflik baru pecah antara Rusia dan pihak ketiga, ini akan memberikan dukungan berkualitas ke Ukraina yang mencoba menangkis invasi yang sedang berlangsung.
"Georgia bisa menjadi salah satu pihak yang mencoba menyerang Rusia saat sedang sibuk di Ukraina," saran Danilov, mengkritik sikap netral yang diambil oleh Tbilisi.
Kepemimpinan Georgia telah abstain dari menjatuhkan sanksi anti-Rusia, dengan alasan bahwa langkah seperti itu hanya akan merugikan ekonomi negara itu sendiri.
“Georgia berperilaku tidak tepat, secara halus,” kata Danilov, menyerukannya untuk mencoba dan “mengembalikan” wilayahnya.
Danilov tampaknya merujuk pada republik-republik Ossetia Selatan dan Abkhazia yang memisahkan diri, yang memisahkan diri dari Georgia pada 1990-an dan diakui merdeka oleh Rusia setelah perang singkat 2008.
“Tetapi, bagaimana jika Pridnestrovie, dan Georgia, dan semua orang akan memulai untuk mengembalikan wilayah mereka hari ini?” tanya Danilov, merujuk pada wilayah Moldova yang memisahkan diri, di mana pasukan penjaga perdamaian Rusia telah ditempatkan selama beberapa dekade.
“Ini pasti akan membantu kami, karena itu akan membuat mereka sibuk dengan sesuatu selain menghancurkan kota dan desa kami, membunuh anak-anak dan wanita kami.”
Namun, seruan Danilov yang mengobarkan perang itu mendapat sambutan dingin di Georgia, di mana banyak politisi dengan tegas menolak gagasan semacam itu.
Seorang anggota Parlemen dari Georgian Dream Party [Partai Impian Georgia] yang berkuasa dan kepala komite urusan luar negeri Parlemen, Nikoloz Samharadze, menyatakan keraguan bahwa pernyataan seperti itu dapat dibuat oleh pejabat senior Ukraina.
Danilov mengatakan bahwa jika konflik baru pecah antara Rusia dan pihak ketiga, ini akan memberikan dukungan berkualitas ke Ukraina yang mencoba menangkis invasi yang sedang berlangsung.
"Georgia bisa menjadi salah satu pihak yang mencoba menyerang Rusia saat sedang sibuk di Ukraina," saran Danilov, mengkritik sikap netral yang diambil oleh Tbilisi.
Kepemimpinan Georgia telah abstain dari menjatuhkan sanksi anti-Rusia, dengan alasan bahwa langkah seperti itu hanya akan merugikan ekonomi negara itu sendiri.
“Georgia berperilaku tidak tepat, secara halus,” kata Danilov, menyerukannya untuk mencoba dan “mengembalikan” wilayahnya.
Danilov tampaknya merujuk pada republik-republik Ossetia Selatan dan Abkhazia yang memisahkan diri, yang memisahkan diri dari Georgia pada 1990-an dan diakui merdeka oleh Rusia setelah perang singkat 2008.
“Tetapi, bagaimana jika Pridnestrovie, dan Georgia, dan semua orang akan memulai untuk mengembalikan wilayah mereka hari ini?” tanya Danilov, merujuk pada wilayah Moldova yang memisahkan diri, di mana pasukan penjaga perdamaian Rusia telah ditempatkan selama beberapa dekade.
“Ini pasti akan membantu kami, karena itu akan membuat mereka sibuk dengan sesuatu selain menghancurkan kota dan desa kami, membunuh anak-anak dan wanita kami.”
Namun, seruan Danilov yang mengobarkan perang itu mendapat sambutan dingin di Georgia, di mana banyak politisi dengan tegas menolak gagasan semacam itu.
Seorang anggota Parlemen dari Georgian Dream Party [Partai Impian Georgia] yang berkuasa dan kepala komite urusan luar negeri Parlemen, Nikoloz Samharadze, menyatakan keraguan bahwa pernyataan seperti itu dapat dibuat oleh pejabat senior Ukraina.