Kepala Ruang Angkasa Rusia: Tak Mungkin Lagi Kerja Sama dengan Eropa
loading...
A
A
A
MOSKOW - Direktur Luar Angkasa Rusia, Dmitry Rogozin, mengatakan pada Kamis (24/3/2022), bahwa Eropa telah merusak kerja sama dengan menjatuhkan sanksi terhadap agensinya, Roscosmos . Hal itu diungkapkan Rogozin dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi China.
Menurut Rogozin, roket yang semula dimaksudkan untuk meluncurkan satelit Eropa, kini akan digunakan untuk perusahaan Rusia atau negara-negara yang bersahabat dengan Moskow. Kebijakan ini akan berlaku untuk sekitar 10 roket.
"Pada saat ini, setelah Badan Antariksa Eropa dan seluruh Uni Eropa mengambil posisi hiruk pikuk dalam operasi militer khusus (Rusia) di Ukraina dan memberlakukan sanksi terhadap Roscosmos, kami menganggap kerja sama lebih lanjut tidak mungkin," kata Rogozin, seperti dikutip dari Reuters.
Keretakan antariksa memiliki dampak nyata sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari dan dilanda gelombang sanksi internasional.
Badan Antariksa Eropa mengatakan pekan lalu, bahwa pihaknya menangguhkan kerja sama dengan Roscosmos atas misi penjelajah ExoMars untuk mencari tanda-tanda kehidupan di permukaan Mars.
Pada hari Senin, perusahaan satelit Inggris OneWeb mengatakan telah mengontrak SpaceX milik Elon Musk untuk mengirim satelitnya ke orbit, setelah sebelumnya membatalkan peluncuran 36 satelit pada 4 Maret dari Baikonur Cosmodrome Rusia di Kazakhstan karena tuntutan menit-menit terakhir yang dikenakan padanya oleh Moskow.
Rogozin mengatakan, dimulainya kembali kerja sama ruang angkasa dengan Eropa dalam beberapa bentuk hanya akan mungkin jika pihak Eropa merenungkan "apa yang telah mereka hancurkan dengan tangan mereka sendiri" dan mengadakan percakapan jujur dengan Moskow.
Rogozin sebelumnya mengatakan bahwa sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia dapat "menghancurkan" kemitraan AS-Rusia di Stasiun Luar Angkasa Internasional, di mana dua orang Rusia dan seorang Amerika akan kembali ke Bumi pada 30 Maret.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Menurut Rogozin, roket yang semula dimaksudkan untuk meluncurkan satelit Eropa, kini akan digunakan untuk perusahaan Rusia atau negara-negara yang bersahabat dengan Moskow. Kebijakan ini akan berlaku untuk sekitar 10 roket.
"Pada saat ini, setelah Badan Antariksa Eropa dan seluruh Uni Eropa mengambil posisi hiruk pikuk dalam operasi militer khusus (Rusia) di Ukraina dan memberlakukan sanksi terhadap Roscosmos, kami menganggap kerja sama lebih lanjut tidak mungkin," kata Rogozin, seperti dikutip dari Reuters.
Keretakan antariksa memiliki dampak nyata sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari dan dilanda gelombang sanksi internasional.
Badan Antariksa Eropa mengatakan pekan lalu, bahwa pihaknya menangguhkan kerja sama dengan Roscosmos atas misi penjelajah ExoMars untuk mencari tanda-tanda kehidupan di permukaan Mars.
Pada hari Senin, perusahaan satelit Inggris OneWeb mengatakan telah mengontrak SpaceX milik Elon Musk untuk mengirim satelitnya ke orbit, setelah sebelumnya membatalkan peluncuran 36 satelit pada 4 Maret dari Baikonur Cosmodrome Rusia di Kazakhstan karena tuntutan menit-menit terakhir yang dikenakan padanya oleh Moskow.
Rogozin mengatakan, dimulainya kembali kerja sama ruang angkasa dengan Eropa dalam beberapa bentuk hanya akan mungkin jika pihak Eropa merenungkan "apa yang telah mereka hancurkan dengan tangan mereka sendiri" dan mengadakan percakapan jujur dengan Moskow.
Rogozin sebelumnya mengatakan bahwa sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia dapat "menghancurkan" kemitraan AS-Rusia di Stasiun Luar Angkasa Internasional, di mana dua orang Rusia dan seorang Amerika akan kembali ke Bumi pada 30 Maret.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(esn)