Negara Kedua Hendak Gempur Ukraina, Siap Tampung Bom Nukir Rusia
loading...
A
A
A
KYIV - Seorang pejabat senior intelijen NATO telah memperingatkan negara kedua sedang bersiap untuk menyerang Ukraina , memperkuat sisi perang Rusia . Negara yang dimaksud adalah Belarusia.
Belarusia, yang dipimpin oleh otokrat pro-Rusia; Alexander Lukashenko, adalah salah satu dari sedikit negara yang masih mendukung Moskow dalam invasinya.
Negara ini juga sudah berulang kali mengizinkan bom atau senjata nuklir Moskow ditempatkan di wilayahya.
Lukashenko telah mengizinkan pasukan Rusia untuk menggunakan wilayah negaranya untuk melancarkan serangan ke Ukraina, dan rumah sakit Belarusia telah menerima para tentara Moskow yang terluka dalam perang.
Lukashenko telah menjabat sejak 1994, dan kadang-kadang disebut sebagai “diktator terakhir Eropa” setelah tetap berkuasa melalui pemilu yang secara luas dipandang sebagai kecurangan.
Berbicara secara anonim kepada media semalam, pejabat senior NATO mengatakan Belarusia sedang mempersiapkan kepura-puraan untuk memasuki perang.
“Pemerintah Minsk sedang mempersiapkan lingkungan untuk membenarkan serangan Belarusia terhadap Ukraina dan penyebaran senjata nuklir Rusia di Belarusia,” kata pejabat itu, yang dilansir The Guardian, Selasa (22/3/2022).
“Saya tidak memberi tahu Anda bahwa mereka akan memasang nuklir di sana besok. Maksud saya adalah, mereka telah mengambil langkah-langkah politik untuk sekarang dapat menerima senjata nuklir jika keputusan seperti itu dibuat," ujarnya.
Pejabat itu melanjutkan dengan mengatakan perang sebenarnya mendekati akhir dengan cepat. Tetapi dengan Presiden Rusia Vlaidmir Putin tidak mau untuk mengakui kekalahan, kemungkinan hasilnya adalah perang panjang dan berlarut-larut dengan banyak korban jiwa.
Sebelumnya, Barat telah menilai penampilan militer Moskow buruk dalam invasinya ke Ukraina.
Amerika Serikat (AS) tidak dapat menentukan apakah Rusia memiliki komandan militer yang bertanggung jawab untuk memimpin invasi.
“Tanpa komandan tingkat atas di lapangan di atau dekat Ukraina, unit-unit dari berbagai distrik militer Rusia yang beroperasi di berbagai bagian Ukraina tampaknya bersaing untuk mendapatkan sumber daya daripada mengoordinasikan upaya mereka,” tulis CNN, Selasa (22/3/2022), mengutip informasi dari dua pejabat pertahanan AS.
Menurut sumber-sumber tersebut, unit-unit yang berpartisipasi dalam serangan Rusia yang berbeda di seluruh Ukraina telah gagal terhubung. Pada kenyataannya, mereka terlihat bertindak secara independen tanpa desain operasional yang menyeluruh.
“Pasukan Rusia juga tampaknya memiliki masalah komunikasi yang signifikan. Tentara dan komandan kadang-kadang menggunakan telepon seluler komersial dan saluran tidak aman lainnya untuk berbicara satu sama lain," lanjut para pejabat pertahanan AS.
Beberapa waktu yang lalu, penyiar CNN, Pamela Brown, mewawancarai mantan Panglima Tertinggi Sekutu NATO James Stavridis, yang mengatakan; "Itu adalah jenderal yang buruk untuk melakukan operasi nasional yang besar tanpa seorang komandan kesatuan".
“Ini menciptakan kebingungan yang nyata. Itu adalah bagian dari mengapa mereka terhenti," katanya merujuk pada gerak invasi Rusia yang macet.
Pensiunan Jenderal Australia, Mick Ryan, dengan singkat mengatakan kepada news.com.au: “Jika ada seorang komandan senior Ukraina-Rusia, dia telah tampil sangat buruk. Jika tidak ada, Rusia mungkin lebih tidak kompeten dari yang kita duga.”
Belarusia, yang dipimpin oleh otokrat pro-Rusia; Alexander Lukashenko, adalah salah satu dari sedikit negara yang masih mendukung Moskow dalam invasinya.
Negara ini juga sudah berulang kali mengizinkan bom atau senjata nuklir Moskow ditempatkan di wilayahya.
Lukashenko telah mengizinkan pasukan Rusia untuk menggunakan wilayah negaranya untuk melancarkan serangan ke Ukraina, dan rumah sakit Belarusia telah menerima para tentara Moskow yang terluka dalam perang.
Lukashenko telah menjabat sejak 1994, dan kadang-kadang disebut sebagai “diktator terakhir Eropa” setelah tetap berkuasa melalui pemilu yang secara luas dipandang sebagai kecurangan.
Berbicara secara anonim kepada media semalam, pejabat senior NATO mengatakan Belarusia sedang mempersiapkan kepura-puraan untuk memasuki perang.
“Pemerintah Minsk sedang mempersiapkan lingkungan untuk membenarkan serangan Belarusia terhadap Ukraina dan penyebaran senjata nuklir Rusia di Belarusia,” kata pejabat itu, yang dilansir The Guardian, Selasa (22/3/2022).
“Saya tidak memberi tahu Anda bahwa mereka akan memasang nuklir di sana besok. Maksud saya adalah, mereka telah mengambil langkah-langkah politik untuk sekarang dapat menerima senjata nuklir jika keputusan seperti itu dibuat," ujarnya.
Pejabat itu melanjutkan dengan mengatakan perang sebenarnya mendekati akhir dengan cepat. Tetapi dengan Presiden Rusia Vlaidmir Putin tidak mau untuk mengakui kekalahan, kemungkinan hasilnya adalah perang panjang dan berlarut-larut dengan banyak korban jiwa.
Sebelumnya, Barat telah menilai penampilan militer Moskow buruk dalam invasinya ke Ukraina.
Amerika Serikat (AS) tidak dapat menentukan apakah Rusia memiliki komandan militer yang bertanggung jawab untuk memimpin invasi.
“Tanpa komandan tingkat atas di lapangan di atau dekat Ukraina, unit-unit dari berbagai distrik militer Rusia yang beroperasi di berbagai bagian Ukraina tampaknya bersaing untuk mendapatkan sumber daya daripada mengoordinasikan upaya mereka,” tulis CNN, Selasa (22/3/2022), mengutip informasi dari dua pejabat pertahanan AS.
Menurut sumber-sumber tersebut, unit-unit yang berpartisipasi dalam serangan Rusia yang berbeda di seluruh Ukraina telah gagal terhubung. Pada kenyataannya, mereka terlihat bertindak secara independen tanpa desain operasional yang menyeluruh.
“Pasukan Rusia juga tampaknya memiliki masalah komunikasi yang signifikan. Tentara dan komandan kadang-kadang menggunakan telepon seluler komersial dan saluran tidak aman lainnya untuk berbicara satu sama lain," lanjut para pejabat pertahanan AS.
Beberapa waktu yang lalu, penyiar CNN, Pamela Brown, mewawancarai mantan Panglima Tertinggi Sekutu NATO James Stavridis, yang mengatakan; "Itu adalah jenderal yang buruk untuk melakukan operasi nasional yang besar tanpa seorang komandan kesatuan".
“Ini menciptakan kebingungan yang nyata. Itu adalah bagian dari mengapa mereka terhenti," katanya merujuk pada gerak invasi Rusia yang macet.
Pensiunan Jenderal Australia, Mick Ryan, dengan singkat mengatakan kepada news.com.au: “Jika ada seorang komandan senior Ukraina-Rusia, dia telah tampil sangat buruk. Jika tidak ada, Rusia mungkin lebih tidak kompeten dari yang kita duga.”
(min)