Dunia Fokus Perang Rusia-Ukraina, Yaman di Ambang Kehancuran Total

Sabtu, 19 Maret 2022 - 18:15 WIB
loading...
A A A
Kedua negara Teluk yang kaya minyak itu adalah anggota terkemuka koalisi militer yang melakukan intervensi dalam perang Yaman pada 2015, tak lama setelah pemberontak Houthi merebut Ibu Kota Yaman; Sanaa dan kemudian sebagian besar wilayah utara.

UEA menarik pasukan dari negara itu pada 2019 tetapi tetap menjadi pemain aktif.

Nyawa Akan Hilang

“Beberapa tetangga kaya Yaman, juga pihak dalam konflik, sejauh ini tidak menjanjikan apa pun untuk 2022. Kami berharap ini akan berubah,” kata Erin Hutchinson, direktur Norwegian Refugee Council’s Yemen, kepada AFP.

“Ini adalah hasil bencana bagi respons kemanusiaan di Yaman. Lebih banyak orang yang membutuhkan tahun ini di Yaman daripada tahun 2021. Lebih banyak nyawa akan hilang.”

Selama konferensi janji hari Rabu, perwakilan dari Arab Saudi dan UEA menekankan perlunya menghentikan tindakan "teroris" Houthi, di mana pejabat Emirat mengatakan pemberontak "menghalangi dan menyimpangkan bantuan".

Arab Saudi, sementara itu, mengatakan telah memberikan lebih dari USD19 miliar bantuan dan pembangunan ke negara itu dalam beberapa tahun terakhir.

“Mitra koalisi tampaknya lebih memilih untuk mengontrol pendanaan mereka sendiri untuk Yaman, daripada menyerahkannya kepada PBB,” kata Elisabeth Kendall, seorang peneliti di Universitas Oxford, kepada AFP.

“Ini mungkin karena daerah-daerah yang paling parah dilanda Yaman berada di bawah kendali Houthi, jadi mungkin tidak menyenangkan melihat bantuan mereka mengalir ke daerah-daerah yang mereka perjuangkan.”

Menurut Abdulghani al-Iryani, seorang peneliti senior di Pusat Kajian Strategis Sanaa, mitra koalisi “tampaknya membuat respons kemanusiaan mereka dengan cara yang menuai keuntungan."
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1308 seconds (0.1#10.140)