Inggris Akan Minta Arab Saudi Kutuk Invasi Rusia terhadap Ukraina
loading...
A
A
A
LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson akan meminta Arab Saudi untuk mengutuk invasi Rusia terhadap Ukraina dalam pembicaraan akhir pekan ini. Demikian disampaikan juru bicara Johnson.
Ditanya apakah Johnson akan meminta Arab Saudi untuk mengutuk tindakan Putin di Ukraina, juru bicara itu mengatakan: "Tentu saja."
"Kami tentu ingin memperluas koalisi melawan tindakan Putin," kata juru bicara itu kepada wartawan tanpa disebutkan namanya, sebagaimana dikutip Reuters, Rabu (16/3/2022).
Sementara itu, Johnson pada hari Selasa meminta Barat untuk mengakhiri "kecanduannya" pada energi Rusia, yang menurutnya memungkinkan Presiden Vladimir Putin untuk "memeras" dunia.
"Para pemimpin Barat membuat kesalahan besar ketika mereka membiarkan Putin melepaskan diri dari pencaplokan Crimea oleh Moskow pada tahun 2014 dan menjadi lebih bergantung pada energi Rusia," tulis Johnson dalam artikelnya di Daily Telegraph.
"Akibatnya, ketika dia (Putin) akhirnya datang untuk meluncurkan perang ganasnya di Ukraina, dia tahu dunia akan merasa sangat sulit untuk menghukumnya," lanjut Johnson.
“Dunia tidak bisa menjadi sasaran pemerasan terus-menerus ini.”
“Selama Barat secara ekonomi bergantung pada Putin, dia akan melakukan semua yang dia bisa untuk mengeksploitasi ketergantungan itu,” imbuh dia.
“Jika dunia dapat mengakhiri ketergantungannya pada minyak dan gas Rusia, kita dapat membuat dia kekurangan uang, menghancurkan strateginya, dan memotongnya menjadi kecil," paparnya.
Amerika Serikat, yang merupakan produsen energi besar, telah mengumumkan larangan impor minyak Rusia. "Inggris akan melakukan hal yang sama dan Uni Eropa telah setuju untuk melakukannya sesegera mungkin," sambung Johnson.
Dia mengakui bahwa menyapih Barat dari energi Rusia akan menyakitkan.
Ditanya apakah Johnson akan meminta Arab Saudi untuk mengutuk tindakan Putin di Ukraina, juru bicara itu mengatakan: "Tentu saja."
"Kami tentu ingin memperluas koalisi melawan tindakan Putin," kata juru bicara itu kepada wartawan tanpa disebutkan namanya, sebagaimana dikutip Reuters, Rabu (16/3/2022).
Sementara itu, Johnson pada hari Selasa meminta Barat untuk mengakhiri "kecanduannya" pada energi Rusia, yang menurutnya memungkinkan Presiden Vladimir Putin untuk "memeras" dunia.
"Para pemimpin Barat membuat kesalahan besar ketika mereka membiarkan Putin melepaskan diri dari pencaplokan Crimea oleh Moskow pada tahun 2014 dan menjadi lebih bergantung pada energi Rusia," tulis Johnson dalam artikelnya di Daily Telegraph.
"Akibatnya, ketika dia (Putin) akhirnya datang untuk meluncurkan perang ganasnya di Ukraina, dia tahu dunia akan merasa sangat sulit untuk menghukumnya," lanjut Johnson.
“Dunia tidak bisa menjadi sasaran pemerasan terus-menerus ini.”
“Selama Barat secara ekonomi bergantung pada Putin, dia akan melakukan semua yang dia bisa untuk mengeksploitasi ketergantungan itu,” imbuh dia.
“Jika dunia dapat mengakhiri ketergantungannya pada minyak dan gas Rusia, kita dapat membuat dia kekurangan uang, menghancurkan strateginya, dan memotongnya menjadi kecil," paparnya.
Amerika Serikat, yang merupakan produsen energi besar, telah mengumumkan larangan impor minyak Rusia. "Inggris akan melakukan hal yang sama dan Uni Eropa telah setuju untuk melakukannya sesegera mungkin," sambung Johnson.
Dia mengakui bahwa menyapih Barat dari energi Rusia akan menyakitkan.
(min)