Perang Terus Berkecamuk, China Desak Rusia-Ukraina Gelar Perundingan Langsung
loading...
A
A
A
BEIJING - China mendesakdiadakannya perundingan langsung antara Rusia dan Ukraina . Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi saat berbicara via telepon dengan koleganya dari Amerika Serikat (AS) Antony Blinken , ketika perang setelah invasi Moskow memasuki hari kesepuluh.
Pembicaraan itu menandai panggilan pertama antara diplomat top negara itu sejak awal permusuhan yang ditandai dengan pemboman berat Rusia dan perlawanan sengit dari pejuang Ukraina yang mempertahankan kendali atas ibukota Kive.
China telah menempuh jalur diplomatik yang hati-hati sejak konflik dimulai, menolak untuk mengutuk tindakan Moskow setelah bulan lalu menggembar-gemborkan persahabatan "tanpa batas" antara kedua negara.
"Kami mendorongperundingan langsung antara Rusia dan Ukraina," Wang mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Blinken menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri China.
"Kami berharap pertempuran akan berhenti secepat mungkin dan bahwa krisis kemanusiaan skala besar akan dicegah," tambah Wang, mengakuiperundingan antara kedua negara tidak akan "berlayar mulus" seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (6/3/2022).
Tetapi sementara AS dan banyak negara lain telah memberlakukan berbagai sanksi terhadap Moskow, China belum menyebut krisis itu sebagai perang.
Wang mengulangi kerumitan masalah itu pada hari Sabtu, dengan mengatakan itu berkaitan erat dengan kepentingan keamanan semua pihak.
Dia menambahkan bahwa AS, NATO, Uni Eropa dan Rusia harus melakukan dialog dan memperhatikan dampak negatif dari ekspansi NATO yang terus menerus ke arah timur pada lingkungan keamanan Rusia sebuah poin pembicaraan yang sangat penting bagi Moskow.
Sementara itu, menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, Blinken mengatakan dunia sedang menonton untuk melihat negara mana yang membela prinsip-prinsip dasar kebebasan, penentuan nasib sendiri dan kedaulatan.
"Dunia bertindak serempak untuk menolak dan menanggapi agresi Rusia, memastikan bahwa Moskow akan membayar harga tinggi," kata Blinken.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell juga mengatakan bahwa China harus menengahi pembicaraan damai di masa depan antara Rusia dan Ukraina karena kekuatan Barat tidak dapat memenuhi peran tersebut.
"Tidak ada alternatif. Harus China, saya yakin itu," kata Borrell dalam wawancara dengan harian Spanyol El Mundo yang diterbitkan pada Jumat malam.
"Diplomasi tidak bisa hanya Eropa atau Amerika. Diplomasi China memiliki peran untuk dimainkan di sini," imbuhnya.
"Kami belum memintanya dan begitu juga mereka (China), tetapi karena itu harus menjadi kekuatan dan baik AS maupun Eropa tidak dapat menjadi (penengah), maka China yang bisa," ujarnya.
Borrell mengatakan "jelas" bahwa UE dan Amerika Serikat tidak dapat menengahi dan mengesampingkan menghidupkan kembali apa yang disebut format Normandia, kerangka kerja diplomatik empat arah yang melibatkan Rusia, Ukraina, Prancis, dan Jerman.
Hampir 1,37 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak awal invasi, menurut data terbaru PBB.
Pembicaraan itu menandai panggilan pertama antara diplomat top negara itu sejak awal permusuhan yang ditandai dengan pemboman berat Rusia dan perlawanan sengit dari pejuang Ukraina yang mempertahankan kendali atas ibukota Kive.
China telah menempuh jalur diplomatik yang hati-hati sejak konflik dimulai, menolak untuk mengutuk tindakan Moskow setelah bulan lalu menggembar-gemborkan persahabatan "tanpa batas" antara kedua negara.
"Kami mendorongperundingan langsung antara Rusia dan Ukraina," Wang mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Blinken menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri China.
"Kami berharap pertempuran akan berhenti secepat mungkin dan bahwa krisis kemanusiaan skala besar akan dicegah," tambah Wang, mengakuiperundingan antara kedua negara tidak akan "berlayar mulus" seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (6/3/2022).
Tetapi sementara AS dan banyak negara lain telah memberlakukan berbagai sanksi terhadap Moskow, China belum menyebut krisis itu sebagai perang.
Wang mengulangi kerumitan masalah itu pada hari Sabtu, dengan mengatakan itu berkaitan erat dengan kepentingan keamanan semua pihak.
Dia menambahkan bahwa AS, NATO, Uni Eropa dan Rusia harus melakukan dialog dan memperhatikan dampak negatif dari ekspansi NATO yang terus menerus ke arah timur pada lingkungan keamanan Rusia sebuah poin pembicaraan yang sangat penting bagi Moskow.
Sementara itu, menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, Blinken mengatakan dunia sedang menonton untuk melihat negara mana yang membela prinsip-prinsip dasar kebebasan, penentuan nasib sendiri dan kedaulatan.
"Dunia bertindak serempak untuk menolak dan menanggapi agresi Rusia, memastikan bahwa Moskow akan membayar harga tinggi," kata Blinken.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell juga mengatakan bahwa China harus menengahi pembicaraan damai di masa depan antara Rusia dan Ukraina karena kekuatan Barat tidak dapat memenuhi peran tersebut.
"Tidak ada alternatif. Harus China, saya yakin itu," kata Borrell dalam wawancara dengan harian Spanyol El Mundo yang diterbitkan pada Jumat malam.
"Diplomasi tidak bisa hanya Eropa atau Amerika. Diplomasi China memiliki peran untuk dimainkan di sini," imbuhnya.
"Kami belum memintanya dan begitu juga mereka (China), tetapi karena itu harus menjadi kekuatan dan baik AS maupun Eropa tidak dapat menjadi (penengah), maka China yang bisa," ujarnya.
Borrell mengatakan "jelas" bahwa UE dan Amerika Serikat tidak dapat menengahi dan mengesampingkan menghidupkan kembali apa yang disebut format Normandia, kerangka kerja diplomatik empat arah yang melibatkan Rusia, Ukraina, Prancis, dan Jerman.
Hampir 1,37 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak awal invasi, menurut data terbaru PBB.
(ian)