Intel Rusia: Para Teroris Dikirim ke Donbass, Dilatih di Pangkalan Al-Tanf AS

Sabtu, 05 Maret 2022 - 00:03 WIB
loading...
Intel Rusia: Para Teroris Dikirim ke Donbass, Dilatih di Pangkalan Al-Tanf AS
Pangkalan militer Al-Tanf yang dikuasai Amerika Serikat (AS) di Suriah. Foto/islamtimes.org
A A A
MOSKOW - Negara-negara NATO mengirim para teroris ke Ukraina. Peringatan itu diungkapkan Badan Intelijen Luar Negeri Rusia pada Jumat (4/3/2022) dalam laporan yang dirilis Sputnik.

Rusia meluncurkan operasi khusus di Ukraina pada 24 Februari 2022 dengan tujuan yang dinyatakan untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi negara tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi tersebut menyusul permintaan bantuan dari Republik Rakyat Lugansk dan Donetsk, yang menghadapi peningkatan pemboman oleh Kiev.



Menurut dinas intelijen Rusia, para teroris yang akan dikerahkan ke Donbass, dilatih di pangkalan militer Al-Tanf yang dikuasai Amerika Serikat (AS) di Suriah.



“Selanjutnya, Amerika Serikat terus membentuk unit teroris baru di Timur Tengah dan Afrika untuk mengirim mereka ke Ukraina melalui Polandia,” papar pernyataan badan intelijen Rusia tersebut.



Dinas intelijen mengatakan sebagian besar teroris Negara Islam (ISIS) yang dilatih di Suriah untuk ditempatkan di Donbass, telah dihancurkan selama operasi militer khusus Rusia di Ukraina.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada Kamis (3/3/2022) bahwa intelijen militer AS sedang meningkatkan kampanye untuk merekrut tentara bayaran untuk Ukraina.



“Sekitar 200 tentara bayaran Kroasia tiba di Ukraina melalui Polandia pekan lalu,” ungkap juru bicara Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia Igor Konashenkov.

"Intelijen militer AS telah meluncurkan kampanye propaganda skala besar untuk merekrut kontraktor PMC (perusahaan militer swasta) untuk dikirim ke Ukraina. Pertama-tama, karyawan Akademi PMC Amerika, Cubic, dan Dyn Corporation sedang direkrut. (…) Baru pekan lalu, sekitar 200 tentara bayaran dari Kroasia tiba melalui Polandia, yang bergabung dengan salah satu batalyon nasionalis di tenggara Ukraina," papar Konashenkov.

Dia menekankan bahwa tentara bayaran asing di Ukraina tidak dapat dianggap sebagai tawanan perang (POW) jika ditahan sesuai dengan hukum humaniter internasional.

“Ketika ditahan, para tentara bayaran dapat dikenai tuntutan pidana yang terbaik,” ujar Konashenkov.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan formasi nasionalis dan neo-Nazi, yang mencakup tentara bayaran asing dari Timur Tengah, menggunakan warga sipil di Ukraina sebagai tameng manusia.

Kremlin menekankan bahwa neo-Nazi di Ukraina menggunakan metode teroris dengan mengerahkan senjata berat di daerah permukiman.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga mengatakan ada peningkatan jumlah tentara bayaran asing di Ukraina, termasuk dari Albania dan Kroasia, serta militan dari Kosovo.

Pada 27 Februari 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan pembentukan legiun asing, Legiun Internasional Pertahanan Teritorial Ukraina.



Beberapa hari kemudian, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengklaim lebih dari seribu tentara bayaran dari 16 negara menuju ke Ukraina.

Zelensky telah menegaskan sekitar 16.000 tentara bayaran asing akan berperang untuk Ukraina.

Pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer khusus di Ukraina menyusul permintaan dari republik Donbass, yang telah dia akui beberapa hari sebelumnya.

"Tujuan (operasi khusus Rusia) adalah untuk melindungi orang-orang yang telah menjadi sasaran pelecehan, genosida oleh rezim Kiev selama delapan tahun, dan untuk ini kami akan berusaha mendemiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina, serta membawa mereka ke pengadilan, mereka yang melakukan banyak kejahatan berdarah terhadap penduduk yang damai, termasuk warga Federasi Rusia," tegas Putin dalam pidatonya yang disiarkan televisi.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1540 seconds (0.1#10.140)