Armada Kapal Rusia Terlihat Bersembunyi di Laut Hitam
loading...
A
A
A
KIEV - Sebuah armada kapal Rusia terlihat bersembunyi di Laut Hitam dan bergerak maju menuju Odessa, memicu kekhawatiran bahwa pelabuhan Ukraina adalah target berikutnya Presiden Vladimir Putin .
Kapal pendarat yang mampu meluncurkan tank dan ratusan tentara telah terlihat di lepas pantai Ukraina. Invasi Rusia ke kota terbesar ketiga di Ukraina itu dapat membuka koridor ke Kiev dari selatan untuk dilewati pasukan Rusia.
Terkait hal tersebut, Kementerian Pertahanan Ukraina memperingatkan bahwa pasukan penyerang dapat bersiap untuk kemungkinan serangan menyusul penampakan personel Rusia di Laut Hitam menuju Odessa.
"Di perairan Laut Hitam, kami mengamati detasemen pendaratan Armada Laut Hitam Rusia, yang terdiri dari empat kapal pendarat besar disertai dengan tiga kapal roket, maju menuju Odessa," bunyi pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan Ukraina seperti dikutip dari Daily Star, Jumat (4/3/2022).
Sebuah kapal pendarat yang terlihat di perairan diidentifikasi sebagai Pyotr Morgunov, yang mampu membawa helikopter serang, 13 tank atau 36 kendaraan infanteri bersama dengan 300 tentara.
Laporan juga menunjukkan bahwa kapal kargo Estonia yang tampaknya ditangkap dan digunakan oleh angkatan laut Rusia sebagai tameng selama invasi tenggelam setelah ledakan.
Para ahli telah memperingatkan bahwa jika Rusia merebut pelabuhan itu maka mereka akan mencekik ekonomi Ukraina, dengan membandingkan jika Inggris kehilangan Dover.
Jenderal Sir Richard Barrons, mantan kepala militer Inggris, mengatakan kota itu adalah "hadiah besar" dalam invasi Rusia.
Berbicara kepada The Times, mantan personel militer itu merinci betapa pentingnya pelabuhan itu bagi invasi Rusia ke Ukraina.
"Anda akan berharap untuk melihat, berdasarkan keberhasilan di Kherson, bahwa pasukan Rusia yang berada di pantai sekarang akan cenderung bergerak lebih jauh ke barat dan sangat masuk akal mereka kemudian akan melakukan pendaratan amfibi di suatu tempat di sekitar Odessa dan melakukan operasi penyambungan selama beberapa hari," kata Barrons.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Kapal pendarat yang mampu meluncurkan tank dan ratusan tentara telah terlihat di lepas pantai Ukraina. Invasi Rusia ke kota terbesar ketiga di Ukraina itu dapat membuka koridor ke Kiev dari selatan untuk dilewati pasukan Rusia.
Terkait hal tersebut, Kementerian Pertahanan Ukraina memperingatkan bahwa pasukan penyerang dapat bersiap untuk kemungkinan serangan menyusul penampakan personel Rusia di Laut Hitam menuju Odessa.
"Di perairan Laut Hitam, kami mengamati detasemen pendaratan Armada Laut Hitam Rusia, yang terdiri dari empat kapal pendarat besar disertai dengan tiga kapal roket, maju menuju Odessa," bunyi pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan Ukraina seperti dikutip dari Daily Star, Jumat (4/3/2022).
Sebuah kapal pendarat yang terlihat di perairan diidentifikasi sebagai Pyotr Morgunov, yang mampu membawa helikopter serang, 13 tank atau 36 kendaraan infanteri bersama dengan 300 tentara.
Laporan juga menunjukkan bahwa kapal kargo Estonia yang tampaknya ditangkap dan digunakan oleh angkatan laut Rusia sebagai tameng selama invasi tenggelam setelah ledakan.
Para ahli telah memperingatkan bahwa jika Rusia merebut pelabuhan itu maka mereka akan mencekik ekonomi Ukraina, dengan membandingkan jika Inggris kehilangan Dover.
Jenderal Sir Richard Barrons, mantan kepala militer Inggris, mengatakan kota itu adalah "hadiah besar" dalam invasi Rusia.
Berbicara kepada The Times, mantan personel militer itu merinci betapa pentingnya pelabuhan itu bagi invasi Rusia ke Ukraina.
"Anda akan berharap untuk melihat, berdasarkan keberhasilan di Kherson, bahwa pasukan Rusia yang berada di pantai sekarang akan cenderung bergerak lebih jauh ke barat dan sangat masuk akal mereka kemudian akan melakukan pendaratan amfibi di suatu tempat di sekitar Odessa dan melakukan operasi penyambungan selama beberapa hari," kata Barrons.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(ian)