Perang yang Melibatkan Arab Saudi dan 2 Negara Terkait Konflik

Selasa, 01 Maret 2022 - 14:01 WIB
loading...
Perang yang Melibatkan...
Warga mengerumuni bangkai jet tempur milik Arab Saudi yang jatuh di distrik Bani Harith, utara Sanaa, Yaman, 24 Mei 2015. Foto/REUTERS
A A A
RIYADH - Arab Saudi merupakan negara besar dan kaya yang menguasai Timur Tengah. Dalam sejarahnya, negara tersebut tidak pernah terlibat perang secara langsung dengan negara lain.

Namun, Saudi memiliki kebiasaan sebagai negara proxy war, atau sebagai pihak ketiga dalam perang.

Contohnya ketika Arab Saudi membantu kubu Presiden Yaman saat konflik terbuka dengan pemberontak Houthi. Berikut adalah 2 negara yang terlibat “perang” dengan Arab Saudi.

1. Iran

Hubungan dua negara besar di Timur Tengah, Arab Saudi dan Iran, sebenarnya sudah tidak harmonis sejak puluhan tahun silam.

Melansir Info Singkat bertajuk “Krisis Hubungan Arab Saudi-Iran”, Arab Saudi memberikan pasokan dana kepada Irak saat berperang dengan Iran di tahun 1980.

Hal itu semakin memperkeruh hubungan antara Saudi dan Iran. Namun, hubungan kedua negara itu sempat membaik di tahun 1999 sampai 2000 ketika Presiden Khatami memimpin.

Akan tetapi, jalinan komunikasi Saudi dan Iran kembali keruh ketika rezim Saddam Hussein di Irak digulingkan.

Kepercayaan aliran Islam juga menjadi pemicu tidak akurnya hubungan ini. Di dalam Islam, ada dua kelompok aliran yang sangat terkenal, yakni Sunni dan Syiah.

BBC menyebut, sebagian besar warga Iran menganut aliran Syiah, sementara di Saudi aliran yang paling banyak dianut adalah Sunni.

Meskipun tidak berperang secara langsung, namun masyarakat internasional bisa melihat bahwa Arab Saudi dan Iran terlibat pertarungan sengit sampai detik ini.

Pada 2016, pemerintah Saudi resmi memutus hubungan diplomatik dengan Iran. Keputusan itu dilakukan usai adanya penyerangan ke Kedutaan Besar Saudi di Teheran dan kantor konsulat di Mashhad, Iran.

Setelah ditelisik, penyerangan itu dilakukan setelah Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah terkemuka bernama Sheikh Nimr-al Nimr dan 46 terdakwa lain dengan dakwaan aksi terorisme.

2. Yaman

Perang saudara di Yaman resmi pecah pada 2014. Perang ini terjadi antara kubu Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi dan kelompok Houthi yang merupakan pemberontak.

Dalam jurnal berjudul “Intervensi Militer Arab Saudi Terhadap Konflik Yaman Untuk Membendung Pengaruh Iran di Timur Tengah”, disebutkan bahwa ibu kota Yaman, Sanaa, jatuh ke tangan pemberontak Houthi pada 21 September 2014.

Presiden Yaman pun disandera Houthi, sebelum akhirnya berhasil melarikan diri ke Aden.

Presiden Yaman lantas meminta bantuan kepada negara-negara Arab untuk turut memproteksi Yaman.

Arab Saudi pun menjadi pemimpin koalisi militer 8 negara Arab untuk membantu Yaman. Saudi mantap melakukan intervensi militer setelah mendapat dukungan dari Inggris dan Amerika Serikat.

Sementara itu, negara Arab lain yang bergabung adalah Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Sudan, dan Maroko.

Pada 25 Maret 2015, Saudi melancarkan serangan militer secara masif ke Yaman guna memberantas Houthi. Pada serangan itu, Saudi menurunkan 150 ribu tentara dan 100 pesawat tempur.

Jika di belakang kubu Mansour Hadi ada Arab Saudi, maka pemberontak Houthi disokong oleh Iran.

Yaman dianggap penting bagi Iran sebagai ladang perluasan pengaruh ideologis dan politiknya. Bagi Saudi sendiri, perang Yaman ini menjadi ajang untuk menguasai Selat Bab el-Mandeb yang merupakan jalur pelayaran minyak dan penghubung Laut Mediterania dengan Samudra Hindia yang sangat strategis.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0888 seconds (0.1#10.140)