Alasan Logis Putin Terus Sebut Denazifikasi Ukraina, Ada 4 Fakta Mengerikan

Senin, 28 Februari 2022 - 15:41 WIB
loading...
Alasan Logis Putin Terus Sebut Denazifikasi Ukraina, Ada 4 Fakta Mengerikan
Rumah Serikat Pekerja dibakar oleh kelompok neo-Nazi di Ukraina. Foto/sputnik
A A A
MOSKOW - Selama bertahun-tahun, Rusia telah meminta negara-negara Barat menyelidiki kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM), pembunuhan ilegal, dan kejahatan perang yang dilakukan otoritas Ukraina yang berkuasa setelah kudeta 2014.

Moskow menunjukkan banyak dari kasus-kasus itu dilakukan neo-Nazi terhadap warga Rusia atau orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina.

Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan dimulainya operasi khusus untuk melindungi Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR) pada 24 Februari, dia menggambarkan tujuannya sebagai "demiliterisasi dan denazifikasi" Ukraina.



Juru bicaranya kemudian menjelaskan bahwa "denazifikasi" berarti Rusia berencana membebaskan Ukraina dari neo-Nazi, pendukung mereka, dan ideologi mereka yang dianggap berbahaya.



Moskow telah berulang kali memperingatkan negara-negara asing tentang neo-Nazi yang mengambil alih Ukraina setelah kudeta yang didukung Barat pada 2014.

Namun, negara-negara Barat memilih mengabaikan berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh rezim Kiev.

Apa saja kejahatan tersebut? Inilah daftarnya berdasarkan laporan Sputnik.

1. Rumah Serikat Pekerja Dibakar dengan Orang-orang di Dalamnya

Saat kubu nasionalis dan neo-Nazi secara ilegal merebut kekuasaan di seluruh negeri Ukraina, mereka menghadapi oposisi dari gerakan "anti-Maidan" yang menentang kudeta.

Bentrokan antara neo-Nazi dan pengunjuk rasa anti-Maidan terjadi di seluruh negeri, tetapi apa yang terjadi di Odessa pada 2 Mei 2014 akan dikenang sebagai salah satu halaman tergelap dalam sejarah Ukraina.

Setelah pertempuran jalanan dengan neo-Nazi, para pengunjuk rasa anti-Maidan membarikade diri mereka di satu rumah serikat pekerja lokal.



Lawan mereka, yang didukung oleh otoritas Ukraina yang baru, mengepung gedung itu dan membakarnya menggunakan bom bensin.

Ketika kobaran api berkobar di lantai dua dan tiga gedung itu, beberapa ratus orang yang terperangkap di dalam berusaha mati-matian untuk melarikan diri.

Sebanyak 10 orang di antaranya jatuh hingga tewas. 32 orang lainnya meninggal karena luka bakar parah dan sesak napas akibat asap.

Sebanyak 250 orang lainnya berhasil lolos dari jebakan maut dengan berbagai luka saat petugas pemadam kebakaran tiba di tempat kejadian satu jam setelah kebakaran terjadi.

2. Kejahatan Perang Batalyon Relawan Nasionalis Tidak Diadili

Selain mengerahkan pasukan reguler untuk menembaki kota-kota DPR dan LPR, kepemimpinan Kiev yang baru menarik beberapa yang disebut "batalyon sukarelawan" terdiri atas kelompok orang-orang brutal, seringkali nasionalis dan mantan narapidana, didanai dan dilengkapi oligarki Ukraina dan pengusaha dengan koneksi ke pemerintahan baru.

Anggota mereka sering terlibat dalam berbagai kejahatan perang, mulai dari penjarahan hingga pembunuhan warga sipil dan pemerkosaan.

Salah satu batalyon tersebut, dijuluki "Tornado", dibubarkan pada Desember 2014 oleh Kiev menyusul banyak laporan kejahatannya, tetapi anggotanya tidak pernah diadili, dengan banyak dari mereka pindah ke batalion lain.

Kejahatan dari batalion sukarelawan terkenal lainnya, "Aidar", diselidiki, didokumentasikan, dan diungkap organisasi nirlaba Amnesty International.

Meskipun demikian, perbuatannya yang mengerikan itu akan tetap tidak dihukum. Salah satu dari banyak kejahatan diungkap milisi DPR di dekat tambang "Kommunar", di mana mereka menemukan mayat empat perempuan dan beberapa laki-laki, semuanya warga sipil.

Mereka diikat, disiksa, dan dieksekusi dengan cara ditembak di kepala atau dipenggal. Salah satu wanita itu diyakini telah diperkosa oleh para pejuang batalion.

3. Penganiayaan Ilegal, Penahanan, dan Pembunuhan Anggota Oposisi dan Wartawan

Kaum nasionalis dan neo-Nazi yang duduk di pemerintahan di Kiev juga memiliki sejarah yang kaya dalam melanggar hak asasi manusia dan melakukan kejahatan.

Banyak dari mereka dengan cermat dikumpulkan dalam Buku Putih setebal 80 halaman yang disusun oleh Kementerian Luar Negeri Rusia.

Pada pertengahan Juni 2014, kurang dari lima bulan setelah merebut kekuasaan, otoritas Ukraina yang baru mulai melanggar hak-hak rakyat untuk mengekspresikan pendapat mereka dan kebebasan pers, melakukan pencarian dan penahanan pengunjuk rasa, jurnalis, dan memblokir anggota media asing memasuki negara itu. .

Pemerintah Kiev yang baru juga tidak segan-segan mengancam dan menculik lawan politik, politisi dan bahkan anggota parlemen yang menentang perang melawan DPR dan LPR, dan mereka yang keberatan dengan kudeta.

Beberapa politisi oposisi dan jurnalis independen juga dibunuh, diduga oleh nasionalis dan neo-Nazi yang sama, dengan banyak kasus yang belum terpecahkan hingga hari ini.

Pembunuhan Oles Buzyna, jurnalis Ukraina yang dikenal karena pandangannya yang pro-Rusia, adalah salah satu kasus yang paling menonjol.

Buzyna ditembak mati di luar rumahnya oleh orang tak dikenal di Kiev hanya sehari setelah pembunuhan mantan anggota parlemen Oleg Kalashnikov di rumahnya.

Kasus-kasus itu tidak pernah diselesaikan, tetapi mereka diyakini terkait dengan keterlibatan para korban dengan gerakan anti-Maidan.

4. Diskriminasi Terhadap Apapun yang terkait Rusia

Selain membiarkan kejahatan perang tidak dihukum dan memburu lawan politik mereka, kepemimpinan Ukraina sering menenangkan dan mendorong diskriminasi di seluruh negeri terhadap apa pun yang terkait dengan Rusia atau bahasa Rusia.

Kebijakan ini terungkap dalam berbagai bentuk: dari seruan yang relatif tidak berbahaya untuk menahan diri dari membeli barang-barang Rusia hingga pemecatan akademisi Rusia yang mengajar sastra Rusia, penahanan pelancong berbahasa Rusia tanpa dasar hukum, larangan resmi atas produk Rusia tertentu.

Otoritas Ukraina juga membiarkan menggambar swastika pada peringatan ke Perang Dunia Kedua dan korban holocaust, dan mengizinkan pawai neo-Nazi yang menampilkan seruan untuk "membunuh orang Rusia" yang tinggal di Ukraina.

Pihak berwenang juga melarang kategori besar orang Rusia, banyak di antaranya memiliki kerabat di Ukraina, memasuki negara itu, sehingga melanggar kebebasan bergerak dan memisahkan keluarga.

Daftar ini berlanjut dengan lebih banyak kejahatan yang dilakukan oleh para pemimpin nasionalis Kiev selama delapan tahun terakhir tetapi tidak tercermin dalam Buku Putih.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1220 seconds (0.1#10.140)