Sebelum Perang, Putin Ramaikan Teori Ukraina Ingin Miliki Senjata Nuklir

Jum'at, 25 Februari 2022 - 15:22 WIB
loading...
A A A
Pada 23 Februari, Ukraina mengumumkan keadaan darurat selama 30 hari karena serangan siber melumpuhkan institusi pemerintah. Menyusul awal serangan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan darurat militer. Menteri luar negeri menyebut serangan itu "invasi skala penuh" dan meminta dunia untuk "menghentikan Putin."

Bagaimana reaksi seluruh dunia?

Amerika Serikat, Uni Eropa, dan lainnya mengutuk agresi Rusia dan mulai mengeluarkan sanksi ekonomi terhadap Rusia.

Jerman mengumumkan pada 23 Februari bahwa mereka akan menghentikan sertifikasi pipa gas yang menghubungkannya dengan Rusia. China menolak menyebut serangan itu sebagai “invasi”, tetapi menyerukan dialog.

Bagaimana ini bisa mempengaruhi perekonomian?

Rusia mengendalikan sumber daya global yang luas—gas alam, minyak, gandum, paladium dan nikel khususnya—sehingga konflik dapat memiliki konsekuensi yang luas, mendorong lonjakan harga energi dan pangan dan menakuti investor.

Bank-bank global juga bersiap menghadapi dampak sanksi.

Kemudian ia mengarahkan kemarahannya ke Washington, membangun argumen bahwa Washington harus mengeluarkan semua senjata nuklirnya dari Eropa—dan tentu saja dari negara-negara bekas blok Soviet yang bergabung dengan NATO.

Moskow mengeklaim bahwa sistem antimisil Amerika yang ditempatkan di Polandia dan Rumania—dan dirancang untuk melindungi dari Iran—dapat secara diam-diam diubah menjadi sistem ofensif yang akan mengancam Rusia.

“Dengan kata lain, sistem pertahanan rudal AS yang diduga defensif sedang mengembangkan dan memperluas kemampuan ofensif barunya,” kata Putin.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1136 seconds (0.1#10.140)