Iran: Pembicaraan Kesepakatan Nuklir Mencapai Titik Sensitif
loading...
A
A
A
TEHERAN - Pembicaraan di Wina tentang menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia telah mencapai titik sensitif dan negara-negara Barat harus mengambil pendekatan realistis untuk menyelesaikan masalah yang tersisa.
“Pembicaraan nuklir di Wina mencapai titik sensitif dan penting,” kata Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian dalam konferensi pers dengan rekannya dari Oman di Teheran, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (23/2/20222).
“Kami bertanya-tanya apakah pihak Barat dapat mengadopsi pendekatan realistis untuk membahas poin-poin pembicaraan yang tersisa,” lanjutnya.
Amir-Abdollahian juga mengatakan, Iran telah menggarisbawahi kepada diplomat top Uni Eropa, Josep Borrell, selama Konferensi Keamanan Munich tahunan bulan ini, bahwa Teheran tidak akan pernah melewati batas selama negosiasi.
Reuters melaporkan pekan lalu, bahwa kesepakatan Amerika Serikat-Iran mulai terbentuk di Wina setelah berbulan-bulan pembicaraan tidak langsung untuk menghidupkan kembali pakta nuklir yang ditinggalkan pada 2018 oleh Presiden AS Donald Trump, yang juga menerapkan kembali sanksi ekstensif terhadap Iran.
Kesepakatan 2015 antara Iran dan kekuatan dunia membatasi pengayaan uranium Teheran untuk mempersulitnya mengembangkan bahan untuk senjata nuklir, jika mau, dengan imbalan pencabutan sanksi internasional terhadap Teheran.
Sejak 2019, setelah penarikan AS dari kesepakatan itu, Teheran telah jauh melampaui batasnya, membangun kembali persediaan uranium yang diperkaya, menyempurnakannya dengan kemurnian fisil yang lebih tinggi, dan memasang sentrifugal canggih untuk mempercepat produksi.
Pembicaraan hampir selesai, kata seorang utusan Rusia pada hari Selasa, dan sumber yang dekat dengan negosiasi mengatakan pertukaran tahanan antara Iran dan AS diharapkan segera terwujud.
“Pembicaraan nuklir di Wina mencapai titik sensitif dan penting,” kata Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian dalam konferensi pers dengan rekannya dari Oman di Teheran, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (23/2/20222).
“Kami bertanya-tanya apakah pihak Barat dapat mengadopsi pendekatan realistis untuk membahas poin-poin pembicaraan yang tersisa,” lanjutnya.
Amir-Abdollahian juga mengatakan, Iran telah menggarisbawahi kepada diplomat top Uni Eropa, Josep Borrell, selama Konferensi Keamanan Munich tahunan bulan ini, bahwa Teheran tidak akan pernah melewati batas selama negosiasi.
Reuters melaporkan pekan lalu, bahwa kesepakatan Amerika Serikat-Iran mulai terbentuk di Wina setelah berbulan-bulan pembicaraan tidak langsung untuk menghidupkan kembali pakta nuklir yang ditinggalkan pada 2018 oleh Presiden AS Donald Trump, yang juga menerapkan kembali sanksi ekstensif terhadap Iran.
Kesepakatan 2015 antara Iran dan kekuatan dunia membatasi pengayaan uranium Teheran untuk mempersulitnya mengembangkan bahan untuk senjata nuklir, jika mau, dengan imbalan pencabutan sanksi internasional terhadap Teheran.
Sejak 2019, setelah penarikan AS dari kesepakatan itu, Teheran telah jauh melampaui batasnya, membangun kembali persediaan uranium yang diperkaya, menyempurnakannya dengan kemurnian fisil yang lebih tinggi, dan memasang sentrifugal canggih untuk mempercepat produksi.
Pembicaraan hampir selesai, kata seorang utusan Rusia pada hari Selasa, dan sumber yang dekat dengan negosiasi mengatakan pertukaran tahanan antara Iran dan AS diharapkan segera terwujud.
(esn)