AS Ketir-ketir Rezim Kim Jong-un Bakal Nekat Uji Senjata Nuklir dan ICBM
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mulai khawatir rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korea Utara (Korut) akan nekat menguji coba senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua (ICBM).
Selama lima tahun terakhir, Korut memberlakukan moratorium uji coba senjata nuklir dan rudal jarak jauh. Namun, Pyongyang pada pekan lalu mengancam akan mengakhiri moratorium tersebut karena kebijakan bermusuhan Amerika.
Seorang pejabat senior pemerintah Presiden Joe Biden mendesak Pyongyang untuk bergabung dalam pembicaraan langsung tanpa prasyarat.
Korut telah melakukan uji coba rudal terbesarnya sejak 2017 pada hari Minggu, mengirim rudal balistik jarak menengah ke luar angkasa.
Media pemerintah, KCNA, pada Senin (31/1/2022), mengonfirmasi bahwa misil yang diuji tembak kemarin adalah Hwasong-12 yang mampu menjangkau wilayah AS di Guam.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan serangkaian uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini mengingatkan pada ketegangan yang meningkat pada tahun 2017, ketika Korea Utara melakukan beberapa uji coba nuklir dan meluncurkan rudal terbesarnya.
Dia mengatakan peluncuran terbaru membawa Korea Utara selangkah lebih dekat untuk sepenuhnya menghapus moratorium yang diberlakukan sendiri untuk menguji rudal balistik antarbenua (ICBM), yang belum pernah diuji sejak 2017.
Pejabat senior pemerintahan Biden ditanya dalam sebuah briefing untuk wartawan apakah Washington berbagi kekhawatiran bahwa Pyongyang mungkin melanjutkan uji coba ICBM dan senjata nuklir.
"Tentu kami khawatir," kata pejabat yang tak disebutkan namanya tersebut.
"Bukan hanya apa yang mereka lakukan kemarin, ini adalah fakta bahwa itu terjadi menyusul sejumlah tes yang cukup signifikan di bulan ini. Dan itu mengikuti tes pada akhir tahun yang akan kembali ke September, dari berbagai sistem."
"Kami jelas tidak ingin melihat tes lebih lanjut dan kami telah meminta DPRK untuk menahan diri dari tes lebih lanjut," katanya, merujuk pada Korea Utara dengan inisial nama resminya; Republik Demokratik Rakyat Korea.
Uji coba rudal balisik terbaru Korea Utara adalah masalah "sakit kepala utama" yang tidak diinginkan bagi pemerintahan Biden karena berusaha untuk mencegah rencana apa pun oleh Rusia untuk menyerang Ukraina.
AS juga sedang bersaing dengan China, yang telah memasuki level terburuk dalam beberapa dekade.
Di bawah Presiden Joe Biden, Washington telah berulang kali mencari pembicaraan dengan Korea Utara tetapi telah ditolak.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengadakan tiga pertemuan puncak dengan pendahulu Biden, Donald Trump, tetapi pembicaraan itu tidak mewujudkan permintaan Kim untuk pencabutan sanksi terhadap Pyongyang.
Pejabat AS tersebut mengatakan uji coba rudal terbaru Korea Utara adalah bagian dari pola "yang semakin tidak stabil" dan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
"Ini membutuhkan tanggapan," katanya, seperti dikutip Reuters, Senin (31/1/2022).
"Anda akan melihat kami mengambil beberapa langkah yang dirancang untuk menunjukkan komitmen kami kepada sekutu kami dan pada saat yang sama kami mengulangi seruan kami untuk diplomasi. Kami siap dan kami sangat serius mencoba melakukan diskusi yang membahas masalah kedua sisi."
Pejabat itu tidak merinci sifat tanggapan yang diserukan.
Meskipun mendesak dialog, Washington telah mempertahankan sanksi terhadap Korea Utara dan memberlakukan lebih banyak lagi sanksi setelah tes senjata baru-baru ini.
Tak hanya itu, AS juga berusaha untuk mendorong Dewan Keamanan PBB untuk mengikuti langkah Washington.
Namun, China dan Rusia mencegah upaya AS untuk menjatuhkan sanksi DK PBB pada lima warga Korea Utara yang dituduh Washington membeli barang untuk program senjatanya.
Selama lima tahun terakhir, Korut memberlakukan moratorium uji coba senjata nuklir dan rudal jarak jauh. Namun, Pyongyang pada pekan lalu mengancam akan mengakhiri moratorium tersebut karena kebijakan bermusuhan Amerika.
Seorang pejabat senior pemerintah Presiden Joe Biden mendesak Pyongyang untuk bergabung dalam pembicaraan langsung tanpa prasyarat.
Korut telah melakukan uji coba rudal terbesarnya sejak 2017 pada hari Minggu, mengirim rudal balistik jarak menengah ke luar angkasa.
Media pemerintah, KCNA, pada Senin (31/1/2022), mengonfirmasi bahwa misil yang diuji tembak kemarin adalah Hwasong-12 yang mampu menjangkau wilayah AS di Guam.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan serangkaian uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini mengingatkan pada ketegangan yang meningkat pada tahun 2017, ketika Korea Utara melakukan beberapa uji coba nuklir dan meluncurkan rudal terbesarnya.
Dia mengatakan peluncuran terbaru membawa Korea Utara selangkah lebih dekat untuk sepenuhnya menghapus moratorium yang diberlakukan sendiri untuk menguji rudal balistik antarbenua (ICBM), yang belum pernah diuji sejak 2017.
Pejabat senior pemerintahan Biden ditanya dalam sebuah briefing untuk wartawan apakah Washington berbagi kekhawatiran bahwa Pyongyang mungkin melanjutkan uji coba ICBM dan senjata nuklir.
"Tentu kami khawatir," kata pejabat yang tak disebutkan namanya tersebut.
"Bukan hanya apa yang mereka lakukan kemarin, ini adalah fakta bahwa itu terjadi menyusul sejumlah tes yang cukup signifikan di bulan ini. Dan itu mengikuti tes pada akhir tahun yang akan kembali ke September, dari berbagai sistem."
"Kami jelas tidak ingin melihat tes lebih lanjut dan kami telah meminta DPRK untuk menahan diri dari tes lebih lanjut," katanya, merujuk pada Korea Utara dengan inisial nama resminya; Republik Demokratik Rakyat Korea.
Uji coba rudal balisik terbaru Korea Utara adalah masalah "sakit kepala utama" yang tidak diinginkan bagi pemerintahan Biden karena berusaha untuk mencegah rencana apa pun oleh Rusia untuk menyerang Ukraina.
AS juga sedang bersaing dengan China, yang telah memasuki level terburuk dalam beberapa dekade.
Di bawah Presiden Joe Biden, Washington telah berulang kali mencari pembicaraan dengan Korea Utara tetapi telah ditolak.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengadakan tiga pertemuan puncak dengan pendahulu Biden, Donald Trump, tetapi pembicaraan itu tidak mewujudkan permintaan Kim untuk pencabutan sanksi terhadap Pyongyang.
Pejabat AS tersebut mengatakan uji coba rudal terbaru Korea Utara adalah bagian dari pola "yang semakin tidak stabil" dan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
"Ini membutuhkan tanggapan," katanya, seperti dikutip Reuters, Senin (31/1/2022).
"Anda akan melihat kami mengambil beberapa langkah yang dirancang untuk menunjukkan komitmen kami kepada sekutu kami dan pada saat yang sama kami mengulangi seruan kami untuk diplomasi. Kami siap dan kami sangat serius mencoba melakukan diskusi yang membahas masalah kedua sisi."
Pejabat itu tidak merinci sifat tanggapan yang diserukan.
Meskipun mendesak dialog, Washington telah mempertahankan sanksi terhadap Korea Utara dan memberlakukan lebih banyak lagi sanksi setelah tes senjata baru-baru ini.
Tak hanya itu, AS juga berusaha untuk mendorong Dewan Keamanan PBB untuk mengikuti langkah Washington.
Namun, China dan Rusia mencegah upaya AS untuk menjatuhkan sanksi DK PBB pada lima warga Korea Utara yang dituduh Washington membeli barang untuk program senjatanya.
(min)