Pengakuan Rusia Soal Pangkalan Militer Kuba Terungkap, Awas Jangan Kaget

Sabtu, 29 Januari 2022 - 05:45 WIB
loading...
Pengakuan Rusia Soal...
Tentara mengikuti parade militer di Lapangan Revolusi, Havana, Kuba, 16 April 2011. Foto/REUTERS
A A A
MOSKOW - Laporan bahwa Rusia dapat segera mengirim pasukan dan persenjataan ke Kuba yang hanya berjarak 100 mil di lepas pantai Amerika Serikat (AS), akhirnya ditanggapi Moskow.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyatakan langkah itu harus dikesampingkan karena akan menghancurkan harapan Kuba menormalkan hubungan dengan Washington.

Berbicara dengan wartawan pada Kamis (27/1/2022), Medvedev mengatakan Kuba dan Venezuela adalah dua negara Amerika Latin yang jadi mitra dekat Moskow.



Meski demikian, menurut dia, “Keduanya juga negara berdaulat yang mencoba melarikan diri dari isolasi dan membangun kembali hubungan normal dengan AS sampai batas tertentu.”



Medvedev memegang jabatan tertinggi negaranya antara tahun 2008 dan 2012 dan sekarang menjadi Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia.



“Kami tidak bisa mengerahkan apa pun di sana. Bahkan jika, seperti yang terjadi di Kuba, ini hanya karena posisi geopolitik mereka, kepentingan nasional mereka sendiri,” ujar dia.

Dia berpendapat seharusnya tidak ada diskusi tentang rencana semacam itu, karena itu akan “memicu ketegangan di dunia.”

Mengacu pada perselisihan yang sedang berlangsung di sekitar Ukraina, di mana para pemimpin Barat menuduh Rusia merencanakan invasi, Medvedev bersikeras negaranya tidak menginginkan perang, dan negosiasi keamanan adalah satu-satunya cara mengurangi ketegangan antara Rusia dan NATO, blok militer yang dipimpin AS.

Awal bulan ini, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov, dalam wawancara dengan RTVI, mengatakan dia tidak akan mengesampingkan kemungkinan membangun infrastruktur militer di Kuba atau Venezuela, dan itu akan bergantung pada “tindakan rekan-rekan Amerika kami.”

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menanggapi, mencatat aktivitas militer Rusia di Amerika Latin tidak menjadi pokok diskusi pada pembicaraan keamanan baru-baru ini. Namun dia mengatakan AS akan bertindak "tegas" jika itu benar-benar terjadi.

Pada Rabu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov melaporkan Presiden Vladimir Putin telah berbicara dengan para pemimpin Kuba, Venezuela, dan Nikaragua, dan telah setuju meningkatkan kerjasama dengan mereka di berbagai bidang, termasuk masalah militer.

Pada Kamis, Lavrov menyatakan kekecewaannya mengenai tanggapan Washington terhadap proposal keamanan Rusia baru-baru ini, dengan mengatakan AS telah menolak membuat konsesi mengenai perluasan NATO di Eropa timur.

“Masalah utamanya adalah posisi kami yang jelas tentang tidak dapat diterimanya ekspansi NATO lebih lanjut ke timur dan penyebaran senjata yang sangat merusak yang dapat mengancam wilayah Federasi Rusia,” tegas dia.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1657 seconds (0.1#10.140)