NATO Serahkan Tanggapan Tertulis Terhadap Tuntutan Rusia, Serukan Penurunan Eskalasi

Kamis, 27 Januari 2022 - 03:50 WIB
loading...
NATO Serahkan Tanggapan Tertulis Terhadap Tuntutan Rusia, Serukan Penurunan Eskalasi
NATO telah menyerahkan tanggapan tertulis terhadap tuntutan Rusia, menyerukan penurunan eskalasi. Foto/CNBC
A A A
BRUSSELS - Sekretaris Jenderal NATO , Jens Stoltenberg mengatakan, pihaknya telah memberikan tanggapan tertulis terhadap tuntutan Rusia . Pernyataannya pun dikonfirmasi oleh Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan NATO telah memberikan tanggapan tertulisnya kepada duta besar Rusia di Brussels pada Rabu malam waktu setempat.

"Kami menyerukan Rusia sekali lagi untuk segera meredakan situasi. NATO sangat yakin bahwa ketegangan dan perselisihan harus diselesaikan melalui dialog dan diplomasi," kata kepala NATO Jens Stoltenberg kepada wartawan pada Rabu malam seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (27/1/2022).

Ia menambahkan bahwa aliansi yang berbasis di Brussels sudah siap untuk mendengarkan kekhawatiran Rusia.

Stoltenberg juga mengusulkan agar Rusia dan NATO harus membangun kembali kantor masing-masing di Brussels dan Moskow. Kantor-kantor itu ditutup pada Oktober 2021 oleh Moskow sebagai pembalasan atas keputusan NATO yang menarik akreditasi delapan pejabat Rusia ke markas besarnya di Brussels setelah menuduh mereka sebagai perwira intelijen Rusia.

NATO juga telah mengurangi separuh staf di kantornya di Moskow dari 20 menjadi 10.



"Kami mengusulkan pengarahan bersama tentang latihan dan kebijakan nuklir di Dewan NATO-Rusia," tambah Stoltenberg.

Kepala NATO itu mengatakan bahwa NATO adalah aliansi pertahanan yang tidak mencari konfrontasi dan mengharapkan hasil terbaik, tetapi juga bersiap untuk yang terburuk. Untuk itu, dia mencatat 5.000 pasukan respons cepat telah dibentuk dan siap untuk dikerahkan dalam beberapa hari. NATO juga telah memperkuat kehadirannya di wilayah Baltik dan Laut Hitam.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengajukan tanggapan tertulisnya sendiri terhadap proposal keamanan Rusia, yang menurut Blinken menegaskan kembali apa yang telah dikatakan pejabat AS secara terbuka, termasuk bahwa kebijakan keanggotaan NATO tidak akan berubah dan tindakan Rusia yang menurutnya merusak keamanan regional.

Dia mengatakan tanggapan AS menempatkan tanggung jawab pada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengikuti jalur diplomatik ke depan yang telah mereka tetapkan.

Blinken menekankan bahwa sementara Ukraina bukan sekutu NATO, para pemimpinnya diajak berkonsultasi dalam penyusunan tanggapan AS, seperti halnya Presiden AS Joe Biden.

Selain pasukan NATO yang berkekuatan 5.000 orang, Biden mengatakan pasukan AS yang terpisah terdiri dari 8.500 tentara telah disiapkan untuk ditempatkan ke Eropa dalam waktu lima hari, jika diperlukan. Namun, dia mengatakan pasukan tidak akan dikirim ke Ukraina.



Moskow menyampaikan serangkaian tuntutan keamanan tentang Eropa Timur pada pertengahan Desember yang ditujukan untuk meredakan krisis saat ini di perbatasan Ukraina, di mana NATO mengklaim ribuan tentara Rusia siap untuk invasi ke Ukraina. Namun Rusia telah menepis anggapan bahwa pasukan, yang terlibat dalam latihan, dapat membentuk kekuatan serangan.

Proposal Rusia membahas masalah keamanan utamanya, termasuk mengakhiri ekspansi NATO lebih lanjut ke arah timur, terutama kemungkinan aksesi Ukraina ke dalam aliansi, dan mencegah penempatan senjata yang lebih ofensif di Eropa Timur.

Rudal yang ditempatkan di wilayah tersebut memiliki potensi untuk mencapai kota-kota Rusia hanya dalam hitungan menit - aspek kunci dari ancaman yang ditimbulkan oleh NATO pada 1980-an yang menyebabkan perjanjian pembatasan senjata seperti Perjanjian Pasukan Nuklir Jarak Menengah (INF) yang dicabik-cabik oleh AS pada 2019.

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dibentuk pada tahun 1949 oleh beberapa kekuatan Eropa Barat dan Amerika Utara sebagai pakta keamanan kolektif yang dirancang untuk mencegah potensi invasi Soviet. Aliansi itu ditentang oleh Pakta Warsawa yang ditandatangani antara Uni Soviet dan sekutu sosialisnya di Eropa Timur pada tahun 1955.

Setelah berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya pemerintah sosialis Eropa Timur, para pemimpin NATO berjanji kepada Presiden Soviet Mikhail Gorbachev bahwa aliansi tidak akan berkembang lebih jauh ke timur daripada Jerman yang bersatu kembali. Tetapi pada 1990-an dan 2000-an, beberapa mantan anggota Pakta Warsawa dan bahkan beberapa bekas republik Soviet bergabung dengan aliansi itu, membawa pasukan NATO ke perbatasan Rusia.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1829 seconds (0.1#10.140)