Sering Dipakai untuk Sebar Teori Konspirasi, Jerman Pertimbangkan Larang Telegram

Rabu, 26 Januari 2022 - 22:00 WIB
loading...
A A A


Pada bulan yang sama, Telegram digunakan untuk memobilisasi sekelompok skeptis virus corona untuk massa di luar rumah Petra Koepping, menteri kesehatan negara bagian Saxony, bersenjatakan obor menyala.

Sebuah pesan yang dilihat oleh 25.000 orang telah meminta orang-orang yang menentang pembatasan Covid untuk membagikan alamat pribadi "anggota parlemen lokal, politisi, dan tokoh lain" Jerman yang mereka yakini "berusaha menghancurkan" mereka melalui pembatasan pandemi.



Pada tahun 2017, Jerman mengeluarkan undang-undang kontroversial yang mengharuskan raksasa jejaring sosial untuk menghapus konten ilegal dan melaporkannya ke polisi. Facebook mengatakan pada bulan September telah menghapus akun, halaman, dan grup yang terkait dengan "Querdenker" (Pemikir Lateral), sebuah gerakan yang muncul sebagai suara paling keras menentang pembatasan virus corona pemerintah Jerman.

Tapi itu mendorong suara-suara yang berlawanan ke platform lain, dengan Telegram muncul sebagai aplikasi pilihan.

“Karena platform besar seperti Facebook tidak lagi mengizinkan konten rasis, anti-Semit dan konten sayap kanan seperti penolakan Holocaust, orang-orang yang ingin menyebarkan ini mencari jalan baru,” ungkap Simone Rafael, manajer digital untuk anti-rasisme yayasan Amadeu Antonio.
(esn)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2265 seconds (0.1#10.140)