Taliban Ancam Tembak Wanita LSM Afghanistan jika Tak Pakai Burqa

Sabtu, 22 Januari 2022 - 17:48 WIB
loading...
Taliban Ancam Tembak...
Polisi agama Taliban mengancam akan menembak para wanita LSM Afghanistan jika tidak mengenakan burqa. Foto/REUTERS
A A A
KABUL - Polisi agama Taliban telah mengancam akan menembak para wanita pekerja lembaga swadaya masyarakat (LSM) di provinsi barat laut Afghanistan jika mereka tidak mengenakan burqa.

Ancaman itu diungkap dua anggota staf LSM kepada AFP.



Hak-hak warga Afghanistan–khususnya perempuan dan anak perempuan–semakin dibatasi sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus setelah menggulingkan pemerintah yang didukung Amerika Serikat (AS).

Perempuan terjepit dari kehidupan publik dan sebagian besar dilarang dari pekerjaan pemerintah, sementara sebagian besar sekolah menengah untuk anak perempuan ditutup.

Dua pekerja LSM internasional di pedesaan provinsi Badghis mengatakan kepada AFP bahwa cabang lokal dari Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan bertemu dengan kelompok-kelompok bantuan pada hari Minggu.

"Mereka memberi tahu kami...jika staf wanita datang ke kantor tanpa mengenakan burqa, mereka akan menembaknya," kata seorang staf yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.

Menurutnya, perempuan juga harus didampingi untuk bekerja oleh wali laki-laki.

Sumber LSM kedua mengkonfirmasi ancaman penembakan tersebut.

"Mereka juga mengatakan mereka akan datang ke setiap kantor tanpa pemberitahuan sebelumnya untuk memeriksa apakah peraturan telah diikuti," katanya kepada AFP, Sabtu (22/1/2022).

Pemberitahuan kepada LSM yang dilihat AFP tidak menyebutkan ancaman penembakan, tetapi memerintahkan perempuan untuk menutupi diri.

Wanita di Afghanistan yang sangat konservatif umumnya menutupi rambut mereka dengan syal, sementara burqa–wajib di bawah rezim pertama Taliban, dari tahun 1996 hingga 2001–masih banyak dipakai, terutama di luar Ibu Kota Afghanistan; Kabul.

Putus asa untuk pengakuan internasional guna membuka aset yang dibekukan, Taliban sebagian besar menahan diri dari mengeluarkan kebijakan nasional yang memicu kemarahan di luar negeri.

Pejabat provinsi, bagaimanapun, telah mengeluarkan berbagai pedoman dan dekrit berdasarkan interpretasi lokal hukum Islam dan adat Afghanistan.

Di ibu kota pada hari Jumat, sekitar 300 pria pendukung Taliban berdemonstrasi dengan meneriakkan; "Kami menginginkan hukum Syariah".

Sambil memegang poster-poster perempuan bercadar, massa menuduh aktivis hak-hak perempuan yang turun ke jalan sebagai “tentara bayaran”.

Awal bulan ini, poster-poster ditempel di kafe dan toko di Kabul yang memerintahkan wanita Afghanistan untuk menutupi diri, diilustrasikan dengan gambar burqa.

Perempuan dilarang tampil dalam drama televisi dan harus didampingi oleh wali laki-laki dalam perjalanan antarkota.

Protes kecil dan tersebar telah pecah menuntut hak-hak perempuan, yang telah sedikit meningkat selama 20 tahun terakhir di negara Muslim patriarki.

Namun, beberapa aktivis mengatakan kepada AFP bahwa mereka bersembunyi di ibu kota minggu ini setelah serangkaian penggerebekan yang berujung pada penangkapan tiga wanita.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0879 seconds (0.1#10.140)