Rudal Rusia di Kuba dan Venezuela? Di Balik Retorika Keras Kremlin

Jum'at, 21 Januari 2022 - 14:08 WIB
loading...
A A A
“Konsekuensi dari tindakan AS adalah membawa rudal Rusia ke Kuba, situasi berbahaya yang diselesaikan Kennedy dan Khrushchev dengan mengeluarkan rudal dari Turki dan Kuba," tutur dia.

Pada 9 September 1962, rudal balistik Soviet dikirim ke Kuba dalam rangka Operasi Anadyr rahasia Uni Soviet.

AS tidak menyadari selama sebulan penuh bahwa roket Soviet telah dikerahkan di negara Karibia itu.

Operasi Anadyr dilakukan sebagai tanggapan atas invasi AS yang gagal ke Kuba dan penyebaran rudal nuklir "Jupiter" jarak menengah di Italia dan Turki, mulai tahun 1961, oleh pemerintahan Presiden AS John Kennedy.

"Dari sana, rudal (AS) bisa mencapai semua Uni Soviet barat, termasuk Moskow dan Leningrad (dan itu tidak termasuk rudal 'Thor' bersenjata nuklir yang telah AS arahkan ke Uni Soviet dari pangkalan di Inggris)," tulis jurnalis Amerika Benjamin Schwarz dalam editorial 2013-nya berjudul "The Real Cuban Missile Crisis" untuk The Atlantic.

Krisis Rudal Kuba berlangsung dari 16 Oktober 1962 hingga 28 Oktober 1962 dan diselesaikan setelah Presiden Kennedy saat itu setuju untuk membongkar semua MRBM Jupiter, yang dikerahkan di Turki untuk melawan Uni Soviet, dengan imbalan penghapusan rudal nuklir Soviet dari negara Karibia.

"Meskipun ada pelajaran, AS memutar ulang skenario ini dan Kremlin keberatan," papar Dr. Roberts.

“Jika Kuba dan Venezuela bersedia, tidak ada yang bisa menghentikan Rusia menempatkan rudal di negara-negara tersebut. Namun, saya tidak berpikir Peskov melakukan apa pun selain menekankan keseriusan situasi kepada Washington. Rusia dapat dengan mudah menempatkan rudal hipersonik barunya di kapal permukaan atau kapal selam di lepas pantai Atlantik dan Pasifik AS," ujar dia.

Dr Roberts mencatat, “Pada titik ini Kremlin berusaha menyampaikan kepada Washington bahwa tanpa adanya jaminan keamanan, situasinya akan memburuk menjadi krisis konfrontatif."

Sementara itu, peringatan Gedung Putih tentang tindakan "tegas" jika Rusia menyebarkan asetnya di Kuba dan Venezuela tampaknya bertentangan dengan pernyataan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bahwa "lingkup pengaruh" adalah gagasan "yang seharusnya dihentikan setelah Dunia Perang II."
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1202 seconds (0.1#10.140)