Rudal Rusia di Kuba dan Venezuela? Di Balik Retorika Keras Kremlin
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pernyataan Kremlin tentang kemungkinan penyebaran aset militer Rusia di Kuba dan Venezuela menegaskan keseriusan situasi yang sedang berlangsung di Amerika Serikat (AS).
Peringatan itu diungkapkan mantan pejabat pemerintahan AS era Presiden Reagan, Dr Paul Craig Roberts.
Roberts menambahkan bahwa seluruh masalah dapat diselesaikan dengan menyediakan jaminan keamanan bagi Rusia.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Senin (17/1/2022) menjelaskan, “Rusia sedang menjajaki opsi untuk memastikan keamanannya, tidak mengesampingkan penyebaran rudal Rusia di Kuba dan Venezuela jika AS dan NATO mengabaikan kekhawatiran Moskow dan melanjutkan pembangunan militer di depan pintu Rusia.”
Mengomentari pernyataan Ryabkov, Gedung Putih mengecamnya sebagai "gertakan". Dia menambahkan jika Rusia mulai bergerak ke arah itu, AS akan menghadapinya dengan "tegas."
Krisis Rudal Kuba 2.0?
“Kremlin telah lama menahan diri dan menanggapi secara diplomatis provokasi Barat, tetapi telah menyadari bahwa ada niat bermusuhan di balik cincin pangkalan militer yang tumbuh di sekitar Rusia dan bahwa ini harus dihentikan jika Rusia ingin menjadi negara merdeka," ujar Dr Paul Craig Roberts, mantan asisten sekretaris perbendaharaan di era Ronald Reagan dan mantan anggota Komite Perang Dingin tentang Bahaya Saat Ini.
"Rusia benar bahwa keamanan harus saling menguntungkan," papar Dr Roberts.
Dia menambahkan, “Kremlin telah menjelaskan Rusia tidak akan membiarkan keamanannya semakin terganggu. Penyebutan Peskov tentang kemungkinan penempatan Rusia di Kuba dan Venezuela dimaksudkan untuk mengingatkan bahwa hari ini Kremlin merasa terancam seperti yang dirasakan Kremlin di awal 1960-an karena rudal AS ditempatkan di Turki.”
Peringatan itu diungkapkan mantan pejabat pemerintahan AS era Presiden Reagan, Dr Paul Craig Roberts.
Roberts menambahkan bahwa seluruh masalah dapat diselesaikan dengan menyediakan jaminan keamanan bagi Rusia.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Senin (17/1/2022) menjelaskan, “Rusia sedang menjajaki opsi untuk memastikan keamanannya, tidak mengesampingkan penyebaran rudal Rusia di Kuba dan Venezuela jika AS dan NATO mengabaikan kekhawatiran Moskow dan melanjutkan pembangunan militer di depan pintu Rusia.”
Mengomentari pernyataan Ryabkov, Gedung Putih mengecamnya sebagai "gertakan". Dia menambahkan jika Rusia mulai bergerak ke arah itu, AS akan menghadapinya dengan "tegas."
Krisis Rudal Kuba 2.0?
“Kremlin telah lama menahan diri dan menanggapi secara diplomatis provokasi Barat, tetapi telah menyadari bahwa ada niat bermusuhan di balik cincin pangkalan militer yang tumbuh di sekitar Rusia dan bahwa ini harus dihentikan jika Rusia ingin menjadi negara merdeka," ujar Dr Paul Craig Roberts, mantan asisten sekretaris perbendaharaan di era Ronald Reagan dan mantan anggota Komite Perang Dingin tentang Bahaya Saat Ini.
"Rusia benar bahwa keamanan harus saling menguntungkan," papar Dr Roberts.
Dia menambahkan, “Kremlin telah menjelaskan Rusia tidak akan membiarkan keamanannya semakin terganggu. Penyebutan Peskov tentang kemungkinan penempatan Rusia di Kuba dan Venezuela dimaksudkan untuk mengingatkan bahwa hari ini Kremlin merasa terancam seperti yang dirasakan Kremlin di awal 1960-an karena rudal AS ditempatkan di Turki.”