Hong Kong Kota Termahal bagi Ekspatriat
loading...
A
A
A
NEW YORK - Tiga tahun secara beruntun, Hong Kong dinobatkan sebagai kota termahal di dunia bagi ekspatriat. Enam dari sepuluh kota termahal bagi ekspatriat di dunia terletak di Asia, mulai dari Hong Kong, Ashgabat, Tokyo, Singapura, Shanghai, hingga Beijing.
Daftar itu dirilis lembaga survei Mercer beberapa waktu lalu. Ashgabat kini berada di urutan kedua setelah Hong Kong, sedangkan Singapura turun ke posisi kelima. Tokyo juga turun ke posisi ketiga setelah Ashgabat melesat naik.
Kota lain di luar Asia yang masuk sepuluh besar, yakni New York yang berada di posisi keenam, naik empat peringkat dibanding setahun sebelumnya. Ashgabat, kota di Turkmenistan, menjadi satu di antara kota termahal diduga kuat akibat inflasi harga konsumen. (Baca: Pemulihan Sektor Wisata di Cirebon Dilakukan Bertahap)
Sejauh ini Mercer tidak menjelaskan alasan di balik kenaikan peringkat Ashgabat. Namun, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), inflasi harga konsumen di Turkmenistan diperkirakan telah mencapai 9% tahun lalu. Sebaliknya dari Ashgabat, beberapa kota mengalami penurunan biaya hidup dan peringkat.
Tunis dinobatkan sebagai kota termurah bagi ekspatriat. Disusul Tashkent, Karachi, Bishkek, Windhoek, Banjul, Islamabad, Tbilisi, Skopje, dan Managua. Mercer menyatakan biaya hidup ekspatriat ditentukan berbagai faktor, tak terkecuali fluktuasi nilai mata uang, biaya inflasi barang dan jasa, dan biaya akomodasi.
Menurut Mercer, Asia mendominasi posisi sepuluh besar akibat harga tanah yang mahal. Dengan pasokan yang sedikit dan penawaran yang banyak, harga properti di Hong Kong semakin tidak terjangkau. Pemerintah Hong Kong berencana membangun pulau buatan senilai USD80 miliar untuk mengatasi krisis tersebut.
Mercer menganalisis beragam data, mulai dari harga pakaian, makanan, sewa rumah, hingga hiburan. Menu Bic Mac dari McDonald paling mahal ada di Zurich, yakni senilai USD15. Hong Kong menjadi tempat termahal untuk bahan bakar minyak (BBM) dan secangkir kopi, sedangkan London untuk tarif bioskop. (Baca juga: Australia Didesak Bantu AS Dalam Perang Dingin dengan China)
“Biaya hidup telah mengalami perubahan di berbagai kawasan,” ungkap Mercer. Pernyataan Mercer bukan tanpa alasan. Delapan dari 17 kota China yang disurvei Mercer mengalami kenaikan harga untuk barang-barang tertentu dalam lima tahun terakhir. Hal ini berkaitan dengan ada pertumbuhan ekonomi.
Biaya nongkrong di China, yakni dua tiket bioskop, dua steik, dan dua kopi, naik dari USD136 menjadi USD163 dalam sepuluh tahun terakhir. Sementara biaya nongkrong di Mexico City naik 40% pada periode yang sama. Begitu juga di Warsawa dan Johannesburg, masing-masing naik sekitar USD95-USD98 dan USD49-USD71.
Mercer menyatakan biaya hidup di Singapura mengalami kenaikan, terutama harga rumah. “Singapura tetap menjadi jembatan penting dunia dan kawasan untuk bisnis multinasional sehingga menarik talenta papan atas dan dituntut bisa memberikan akomodasi, produk, dan layanan berkualitas tinggi,” ungkap Mercer. (Baca: Simpatisan ISIS Serang Desa di igeria, 59 Tewas)
Kepala Praktik Mobilitas Asia Timur Tengah dan Afrika Mercer Mario Ferraro mengatakan, tenaga asing juga banyak yang berkeinginan bekerja di Singapura menyusul tingginya investasi langsung dari luar Singapura dan pertumbuhan ekonomi yang pesat meskipun biaya hidupnya tinggi sebab upahnya juga tinggi.
Kepala Bisnis Karier Mercer Ilya Bonic mengatakan, ekonomi yang berfokus pada digitalisasi dan kebutuhan komunikasi antarcabang perusahaan di seluruh dunia mendorong penerjunan ekspatriat dan secara tidak langsung meningkatkan strategi persaingan bisnis global. (Muh Shamil)
Daftar itu dirilis lembaga survei Mercer beberapa waktu lalu. Ashgabat kini berada di urutan kedua setelah Hong Kong, sedangkan Singapura turun ke posisi kelima. Tokyo juga turun ke posisi ketiga setelah Ashgabat melesat naik.
Kota lain di luar Asia yang masuk sepuluh besar, yakni New York yang berada di posisi keenam, naik empat peringkat dibanding setahun sebelumnya. Ashgabat, kota di Turkmenistan, menjadi satu di antara kota termahal diduga kuat akibat inflasi harga konsumen. (Baca: Pemulihan Sektor Wisata di Cirebon Dilakukan Bertahap)
Sejauh ini Mercer tidak menjelaskan alasan di balik kenaikan peringkat Ashgabat. Namun, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), inflasi harga konsumen di Turkmenistan diperkirakan telah mencapai 9% tahun lalu. Sebaliknya dari Ashgabat, beberapa kota mengalami penurunan biaya hidup dan peringkat.
Tunis dinobatkan sebagai kota termurah bagi ekspatriat. Disusul Tashkent, Karachi, Bishkek, Windhoek, Banjul, Islamabad, Tbilisi, Skopje, dan Managua. Mercer menyatakan biaya hidup ekspatriat ditentukan berbagai faktor, tak terkecuali fluktuasi nilai mata uang, biaya inflasi barang dan jasa, dan biaya akomodasi.
Menurut Mercer, Asia mendominasi posisi sepuluh besar akibat harga tanah yang mahal. Dengan pasokan yang sedikit dan penawaran yang banyak, harga properti di Hong Kong semakin tidak terjangkau. Pemerintah Hong Kong berencana membangun pulau buatan senilai USD80 miliar untuk mengatasi krisis tersebut.
Mercer menganalisis beragam data, mulai dari harga pakaian, makanan, sewa rumah, hingga hiburan. Menu Bic Mac dari McDonald paling mahal ada di Zurich, yakni senilai USD15. Hong Kong menjadi tempat termahal untuk bahan bakar minyak (BBM) dan secangkir kopi, sedangkan London untuk tarif bioskop. (Baca juga: Australia Didesak Bantu AS Dalam Perang Dingin dengan China)
“Biaya hidup telah mengalami perubahan di berbagai kawasan,” ungkap Mercer. Pernyataan Mercer bukan tanpa alasan. Delapan dari 17 kota China yang disurvei Mercer mengalami kenaikan harga untuk barang-barang tertentu dalam lima tahun terakhir. Hal ini berkaitan dengan ada pertumbuhan ekonomi.
Biaya nongkrong di China, yakni dua tiket bioskop, dua steik, dan dua kopi, naik dari USD136 menjadi USD163 dalam sepuluh tahun terakhir. Sementara biaya nongkrong di Mexico City naik 40% pada periode yang sama. Begitu juga di Warsawa dan Johannesburg, masing-masing naik sekitar USD95-USD98 dan USD49-USD71.
Mercer menyatakan biaya hidup di Singapura mengalami kenaikan, terutama harga rumah. “Singapura tetap menjadi jembatan penting dunia dan kawasan untuk bisnis multinasional sehingga menarik talenta papan atas dan dituntut bisa memberikan akomodasi, produk, dan layanan berkualitas tinggi,” ungkap Mercer. (Baca: Simpatisan ISIS Serang Desa di igeria, 59 Tewas)
Kepala Praktik Mobilitas Asia Timur Tengah dan Afrika Mercer Mario Ferraro mengatakan, tenaga asing juga banyak yang berkeinginan bekerja di Singapura menyusul tingginya investasi langsung dari luar Singapura dan pertumbuhan ekonomi yang pesat meskipun biaya hidupnya tinggi sebab upahnya juga tinggi.
Kepala Bisnis Karier Mercer Ilya Bonic mengatakan, ekonomi yang berfokus pada digitalisasi dan kebutuhan komunikasi antarcabang perusahaan di seluruh dunia mendorong penerjunan ekspatriat dan secara tidak langsung meningkatkan strategi persaingan bisnis global. (Muh Shamil)
(ysw)