Tegang, Rusia Ancam AS dengan Respons Militer
loading...
A
A
A
JENEWA - Rusia mengancam Amerika Serikat (AS) dengan respons militer sebagai jawaban jika Washington nekat mengerahkan senjata canggih di Eropa. Ancaman ini dilontarkan Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov.
Kedua negara tersebut sedang melakukan perundingan menegangkan terkait krisis Ukraina dan jaminan keamanan di Jenewa yang dimulai Senin (10/1/2022).
Ryabkov bersikeras bahwa jika NATO melanjutkan ke arah penyebaran kemampuan baru dalam persenjataan—yang sedang dikembangkan sangat pesat di AS—militer Rusia dapat menjawab dengan cara yang pasti. "Dan tak terhindarkan akan merusak keamanan AS dan sekutu Eropa-nya," katanya.
Berbicara kepada media setelah seharian negosiasi yang memanas, Ryabkov juga mengatakan bahwa sejauh ini belum ada kemajuan dalam proposal Rusia untuk mengekang ekspansi NATO.
Dia mengatakan bahwa bola sekarang di NATO, yang menurutnya, pada akhirnya harus membuat langkah nyata menemukan kesamaan dengan Rusia.
“Kami meminta AS untuk menunjukkan tanggung jawab maksimal saat ini. Risiko yang terkait dengan kemungkinan peningkatan konfrontasi tidak boleh diremehkan," kata Ryabkov, seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (11/1/2022).
Menurutnya, upaya signifikan telah dilakukan untuk meyakinkan Amerika bahwa "bermain api" bukanlah kepentingan mereka.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendesak Rusia untuk menjauh dari agresi dan memilih jalur diplomatik karena Kremlin—yang menghadapi tekanan kuat untuk menarik kembali pasukannya dari perbatasan Ukraina—menuntut pengaturan keamanan baru yang luas dengan Barat.
"Ada jalan dialog dan diplomasi untuk mencoba menyelesaikan beberapa perbedaan ini," kata Blinken kepada CNN.
Blinken memperingatkan bahwa setiap hasil positif dari pembicaraan ini sebagian akan bergantung pada kesediaan Rusia untuk mundur dari sikap agresifnya.
Dia menggambarkan sikap sebagai atmosfer eskalasi dengan senjata ditodongkan ke kepala Ukraina.
"Rusia sebaliknya dapat menghadapi konsekuensi ekonomi dan keuangan yang parah, serta NATO hampir pasti harus memperkuat posisinya di dekat Rusia serta terus memberikan bantuan ke Ukraina," katanya kepada ABC.
Kedua negara tersebut sedang melakukan perundingan menegangkan terkait krisis Ukraina dan jaminan keamanan di Jenewa yang dimulai Senin (10/1/2022).
Ryabkov bersikeras bahwa jika NATO melanjutkan ke arah penyebaran kemampuan baru dalam persenjataan—yang sedang dikembangkan sangat pesat di AS—militer Rusia dapat menjawab dengan cara yang pasti. "Dan tak terhindarkan akan merusak keamanan AS dan sekutu Eropa-nya," katanya.
Berbicara kepada media setelah seharian negosiasi yang memanas, Ryabkov juga mengatakan bahwa sejauh ini belum ada kemajuan dalam proposal Rusia untuk mengekang ekspansi NATO.
Dia mengatakan bahwa bola sekarang di NATO, yang menurutnya, pada akhirnya harus membuat langkah nyata menemukan kesamaan dengan Rusia.
“Kami meminta AS untuk menunjukkan tanggung jawab maksimal saat ini. Risiko yang terkait dengan kemungkinan peningkatan konfrontasi tidak boleh diremehkan," kata Ryabkov, seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (11/1/2022).
Menurutnya, upaya signifikan telah dilakukan untuk meyakinkan Amerika bahwa "bermain api" bukanlah kepentingan mereka.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendesak Rusia untuk menjauh dari agresi dan memilih jalur diplomatik karena Kremlin—yang menghadapi tekanan kuat untuk menarik kembali pasukannya dari perbatasan Ukraina—menuntut pengaturan keamanan baru yang luas dengan Barat.
"Ada jalan dialog dan diplomasi untuk mencoba menyelesaikan beberapa perbedaan ini," kata Blinken kepada CNN.
Blinken memperingatkan bahwa setiap hasil positif dari pembicaraan ini sebagian akan bergantung pada kesediaan Rusia untuk mundur dari sikap agresifnya.
Dia menggambarkan sikap sebagai atmosfer eskalasi dengan senjata ditodongkan ke kepala Ukraina.
"Rusia sebaliknya dapat menghadapi konsekuensi ekonomi dan keuangan yang parah, serta NATO hampir pasti harus memperkuat posisinya di dekat Rusia serta terus memberikan bantuan ke Ukraina," katanya kepada ABC.
(min)