Deretan Kudeta Militer Sepanjang 2021, dari Asia hingga Afrika
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pergolakan politik dunia internasional yang terjadi sepanjang tahun 2021 begitu menyita perhatian. Panasnya suhu politik disejumlah negara berujung pada peristiwa yang cukup menggemparkan. Bahkan di Amerika Serikat (AS) yang tatanan politiknya maju, ketidakpuasan terhadap hasil pemilu presiden berujung pada penyerbuan Gedung Capitol.
Namun cerita berbeda dari belahan dunia lain. Pergolakan politik berujung pada kudeta, yang mayoritas dilakukan oleh kelompok militer. Mulai dari Asia hingga Afrika. Berikut deretan kudeta sepanjang tahun 2021 yang dirangkum Sindonews dari sejumlah sumber.
1. Kudeta Militer Myanmar
Awal Februari militer Myanmar melancarkan kudeta setelah menderita kekalahan dalam pemilu November 2020. Pemilu itu sendiri dimenangkan secara mutlak oleh partai Aung San Suu Kyi , Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
Kudeta dilakukan Tatmadaw, sebutan untuk militer Myanmar, pada pagi hari tanggal 1 Februari sehari sebelum parlemen mengambil sumpah anggota yang terpilih dalam pemilu 2020. Pihak militer menahan Presiden Win Myint dan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi bersama dengan menteri, wakil mereka, dan anggota Parlemen.
Setelah memegang kekuasaan, penjabat presiden Myint Swe mengumumkan keadaan darurat selama setahun dan menyatakan kekuasaan telah dialihkan kepada Panglima Tertinggi militer Jenderal Min Aung Hlaing. Min Aung Hlaing lantas menyatakan hasil pemilihan umum tidak sah dan akan mengadakan pemilihan baru di akhir keadaan darurat.
Aksi kudeta yang dilakukan oleh militer memicu aksi protes dari rakyat Myanmar. Mereka turun ke jalan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan sejumlah tokoh lainnya. Aksi protes yang awalnya berjalan damai belakangan berubah menjadi bentrokan senjata setelah sejumlah kelompok separatis ikut mendukung gerakan anti kudeta.
2. Kudeta di Mali
Kudeta militer di Mali terjadi pada 24 Mei 2021 ketika tentara negara itu di bawah pimpinan Wakil Presiden Assimi Goita menangkap Presiden Bah N'daw, Perdana Menteri Moctar Ouane dan Menteri Pertahanan Souleymane Doucoure.
Pemberontakan ini hanya berjarak 9 bulan dari pemberontakan sebelumnya, yang juga dilakukan oleh militer. Sebelumnya pada tahun 2020 militer memaksa Ibrahim Boubacar Keita lengser dari kursi presiden. Saat itu, Keita dipaksa mengundurkan diri dan membubarkan parlemen di bawah todongan senjata setelah sebelumnya disandera.
Aksi penyanderaan juga kembali terjadi dalam kudeta 2021. Presiden Bah N'daw dan Perdana Menteri Moctar Ouane disandera di barak militer oleh perwira yang kesal dengan perombakan pemerintahan. Setelah mencopot N'daw dan Ouane, Goita mengumumkan akan mengadakan pemilu baru pada tahun 2022.
Sebelum tahun 2020 dan 2021, militer negara itu juga telah melakukan kudeta pada 2012.
3. Kudeta Guinea
Kudeta militer juga terjadi di Guinea . Pelakunya adalah pasukan khusus yang diwarnai dengan baku tembak besar-besaran pada Minggu (6/9/2021) pagi di Ibu Kota Conakry. Presiden Alpa Conder ditangkap dan ditahan oleh unit elit militer itu.
Kudeta ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Mamady Doumbouya, mantan legiuner Prancis dan komandan unit militer elit. Doumbouya kemudian mengumumkan pembubaran pemerintah, serta penutupan perbatasan udara dan darat negara itu sambil menyatakan konstitusi Guinea dibatalkan.
Diketahui, Combe telah merubah konstitusi negara agar dirinya bisa ikut dalam pemilihan presiden untuk ketiga kalinya.
Pada awal Oktober, Mamady Doumbouya dilantik sebagai presiden sementara Guinea. Ia akan mengawasi transisi singkat ke pemerintahan konstitusional.
4. Kudeta militer Sudan
Pada 25 Oktober, pemimpin militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan melakukan kudeta dan mengambil alih pemerintahan melalui kudeta militer. Pada 26 Oktober Perdana Menteri Abdalla Hamdok, dan empat Menteri dari pemerintah sementara, ditangkap aparat Militer, dan kini berada di bawah tahanan rumah.
Perdana Menteri sipil Sudan, Abdalla Hamdok menolak untuk menyatakan dukungan untuk kudeta dan menyerukan perlawanan. Aksi protes menentang kudeta pun meledak yang dibalas dengan sikap represif militer. Setidaknya 10 warga sipil dilaporkan tewas dan lebih dari 140 terluka.
Mendapat perlawanan dari dalam dan luar negeri, militer Sudan mengembalikan Abdalla Hamdok ke kursi perdana menteri. Kembali ke kursi perdan menteri, Hamdok berjanji untuk memperkenalkan pemerintah teknokratis yang terdiri dari para profesional berkualitas yang akan memimpin negara itu di jalan menuju demokrasi.
Namun cerita berbeda dari belahan dunia lain. Pergolakan politik berujung pada kudeta, yang mayoritas dilakukan oleh kelompok militer. Mulai dari Asia hingga Afrika. Berikut deretan kudeta sepanjang tahun 2021 yang dirangkum Sindonews dari sejumlah sumber.
1. Kudeta Militer Myanmar
Awal Februari militer Myanmar melancarkan kudeta setelah menderita kekalahan dalam pemilu November 2020. Pemilu itu sendiri dimenangkan secara mutlak oleh partai Aung San Suu Kyi , Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
Kudeta dilakukan Tatmadaw, sebutan untuk militer Myanmar, pada pagi hari tanggal 1 Februari sehari sebelum parlemen mengambil sumpah anggota yang terpilih dalam pemilu 2020. Pihak militer menahan Presiden Win Myint dan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi bersama dengan menteri, wakil mereka, dan anggota Parlemen.
Setelah memegang kekuasaan, penjabat presiden Myint Swe mengumumkan keadaan darurat selama setahun dan menyatakan kekuasaan telah dialihkan kepada Panglima Tertinggi militer Jenderal Min Aung Hlaing. Min Aung Hlaing lantas menyatakan hasil pemilihan umum tidak sah dan akan mengadakan pemilihan baru di akhir keadaan darurat.
Aksi kudeta yang dilakukan oleh militer memicu aksi protes dari rakyat Myanmar. Mereka turun ke jalan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan sejumlah tokoh lainnya. Aksi protes yang awalnya berjalan damai belakangan berubah menjadi bentrokan senjata setelah sejumlah kelompok separatis ikut mendukung gerakan anti kudeta.
2. Kudeta di Mali
Kudeta militer di Mali terjadi pada 24 Mei 2021 ketika tentara negara itu di bawah pimpinan Wakil Presiden Assimi Goita menangkap Presiden Bah N'daw, Perdana Menteri Moctar Ouane dan Menteri Pertahanan Souleymane Doucoure.
Pemberontakan ini hanya berjarak 9 bulan dari pemberontakan sebelumnya, yang juga dilakukan oleh militer. Sebelumnya pada tahun 2020 militer memaksa Ibrahim Boubacar Keita lengser dari kursi presiden. Saat itu, Keita dipaksa mengundurkan diri dan membubarkan parlemen di bawah todongan senjata setelah sebelumnya disandera.
Aksi penyanderaan juga kembali terjadi dalam kudeta 2021. Presiden Bah N'daw dan Perdana Menteri Moctar Ouane disandera di barak militer oleh perwira yang kesal dengan perombakan pemerintahan. Setelah mencopot N'daw dan Ouane, Goita mengumumkan akan mengadakan pemilu baru pada tahun 2022.
Sebelum tahun 2020 dan 2021, militer negara itu juga telah melakukan kudeta pada 2012.
3. Kudeta Guinea
Kudeta militer juga terjadi di Guinea . Pelakunya adalah pasukan khusus yang diwarnai dengan baku tembak besar-besaran pada Minggu (6/9/2021) pagi di Ibu Kota Conakry. Presiden Alpa Conder ditangkap dan ditahan oleh unit elit militer itu.
Kudeta ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Mamady Doumbouya, mantan legiuner Prancis dan komandan unit militer elit. Doumbouya kemudian mengumumkan pembubaran pemerintah, serta penutupan perbatasan udara dan darat negara itu sambil menyatakan konstitusi Guinea dibatalkan.
Diketahui, Combe telah merubah konstitusi negara agar dirinya bisa ikut dalam pemilihan presiden untuk ketiga kalinya.
Pada awal Oktober, Mamady Doumbouya dilantik sebagai presiden sementara Guinea. Ia akan mengawasi transisi singkat ke pemerintahan konstitusional.
4. Kudeta militer Sudan
Pada 25 Oktober, pemimpin militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan melakukan kudeta dan mengambil alih pemerintahan melalui kudeta militer. Pada 26 Oktober Perdana Menteri Abdalla Hamdok, dan empat Menteri dari pemerintah sementara, ditangkap aparat Militer, dan kini berada di bawah tahanan rumah.
Perdana Menteri sipil Sudan, Abdalla Hamdok menolak untuk menyatakan dukungan untuk kudeta dan menyerukan perlawanan. Aksi protes menentang kudeta pun meledak yang dibalas dengan sikap represif militer. Setidaknya 10 warga sipil dilaporkan tewas dan lebih dari 140 terluka.
Mendapat perlawanan dari dalam dan luar negeri, militer Sudan mengembalikan Abdalla Hamdok ke kursi perdana menteri. Kembali ke kursi perdan menteri, Hamdok berjanji untuk memperkenalkan pemerintah teknokratis yang terdiri dari para profesional berkualitas yang akan memimpin negara itu di jalan menuju demokrasi.
(ian)