Berani Lawan Moskow, Rusia Bisa Ubah Jerman Jadi Gurun Nuklir

Kamis, 16 Desember 2021 - 15:59 WIB
loading...
Berani Lawan Moskow, Rusia Bisa Ubah Jerman Jadi Gurun Nuklir
Tsar Bomba, bom nuklir terbesar sejagat yang diledakkan Uni Soviet atau Rusia pada 30 Oktober 1961. Pakar militer Rusia memperingatkan Moskow mampu mengubah kawasan Eropa, terutama Jerman, menjadi gurun nuklir. Foto/National Interest
A A A
MOSKOW - Pakar militer Moskow memperingatkan bahwa Rusia mampu mengubah kawasan Eropa, terutama Jerman , menjadi gurun nuklir . Peringatan ini disampaikan setelah politisi Washington dan Berlin mengumbar retorika perang nuklir terhadap Moskow.

Kolonel Konstantin Sivkov, Wakil Presiden Akademi Ilmu Roket dan Artileri Rusia (RARAN), mengatakan dalam wawancara dengan stasiun televisi Russia Today baru-baru ini bahwa Washington memberi izin kepada Angkatan Udara Jerman untuk melengkapi pesawatnya dengan senjata nuklir Amerika.



Washington, lanjut dia, juga telah memberi Berlin rencana pertempuran nuklir Amerika.

Kolonel Sivkov mengatakan bahwa sebagai akibatnya, AS telah mendorong situasi di Ukraina ke ambang perang nuklir. Dia memperingatkan bahwa jika konflik nuklir meletus, 160 rudal nuklir yang diluncurkan kapal selam Rusia dapat mengubah negara seperti Jerman menjadi gurun nuklir.

Selain itu, dia memperingatkan bahwa serangan balik nuklir Rusia juga akan menargetkan Amerika, karena senjata nuklir yang dimiliki Jerman adalah milik Amerika.

“AS perlu memahami bahwa serangan balik nuklir Rusia tidak akan terbatas pada wilayah Jerman, tetapi juga akan mencapai tanah negara yang memiliki senjata nuklir ini—AS," katanya dalam video wawancara yang didokumentasikan MEMRI, Rabu (15/12/2021).

Penyiar televisi tersebut mengatakan: "Saya yakin Anda adalah salah satu pakar militer yang mengatakan bahwa jika konflik nuklir meletus, Rusia akan mengubah Eropa menjadi gurun nuklir."

"Memang benar saya mengatakan itu, dan analis lain juga mengatakan itu. Sangat mudah untuk membayangkan bagaimana ini bisa terjadi," jawab pakar tersebut.

“160 rudal [yang diluncurkan dari kapal selam Rusia] dengan hulu ledak nuklir akan mengubah negara seperti Jerman menjadi gurun nuklir. Mereka harus sepenuhnya memahami hal ini," ujarnya.



Baru-baru ini, Senator Partai Republik, Roger Wicker, mendesak pemerintah AS untuk mengebom nuklir Rusia untuk membela Ukraina.

“Saya tidak akan mengesampingkan aksi militer. Saya pikir kami mulai membuat kesalahan ketika kami mengambil opsi dari meja, jadi saya berharap presiden menyimpan opsi itu di atas meja," kata Wicker tentang potensi kebuntuan dengan Rusia kepada Neil Cavuto dari Fox News.

Ditanya tindakan militer apa yang akan dilakukan terhadap Rusia, Wicker mengatakan: "Itu bisa berarti bahwa kita berdiri dengan kapal-kapal kita di Laut Hitam dan kita menghujani kehancuran pada kemampuan militer Rusia.”

“Saya tidak akan mengesampingkan pasukan Amerika di lapangan,” kata Senator Wicker. "AS juga tidak boleh mengesampingkan aksi penggunaan nuklir pertama terhadap Rusia," katanya lagi.

"Kami tidak berpikir itu akan terjadi, tetapi ada hal-hal tertentu dalam negosiasi jika Anda akan menjadi tangguh sehingga Anda tidak keluar dari meja, jadi saya pikir presiden harus mengatakan bahwa semuanya ada di atas meja," imbuh dia.

Komentar Wicker mendapat kecaman luas, yang salah satu kritikus menyebutnya "gila" dan "haus darah."

Jon Wolfsthal—yang menjabat sebagai penasihat khusus Joe Biden untuk keamanan nuklir dan sebagai direktur senior untuk pengendalian senjata dan nonproliferasi di Dewan Keamanan Nasional AS—menyebut kata-kata Wicker berbahaya dan tidak bertanggung jawab.

Kedutaan Rusia di Washington juga mengecam kata-kata Wicker, dengan mengatakan: "Bercanda tentang senjata nuklir tidak pantas untuk politisi Amerika yang bekerja di badan legislatif AS."

"Pernyataan seperti itu tidak bertanggung jawab," lanjut pernyataan kedutaan yang di-posting di Facebook.

"Kami menyarankan semua yang tidak tercerahkan untuk membaca pernyataan bersama Presiden Rusia dan Amerika Serikat pada 16 Juni 2021 secara menyeluruh. Dokumen ini menegaskan kembali komitmen kedua negara pada prinsip bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan tidak boleh diperang-kan.”
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1491 seconds (0.1#10.140)