Terancam Sanksi Barat, Sistem Keuangan Baru Rusia-China Bebas Pengaruh Asing
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia dan China akan mengembangkan struktur keuangan bersama untuk memungkinkan mereka memperdalam hubungan ekonomi dengan cara yang tidak dapat dipengaruhi oleh negara asing.
Pernyataan itu diumumkan Kremlin pada Kamis (16/12/2021) setelah pembicaraan antara para pemimpin negara.
Langkah tersebut tampaknya merupakan tanggapan terhadap serangkaian peringatan negara-negara Barat untuk memutuskan hubungan Rusia dari sistem keuangan SWIFT yang berbasis di Brussel sebagai bentuk sanksi.
Platform pembayaran itu menopang sebagian besar transaksi internasional. “Selama pembicaraan pada Rabu (15/12/2021), Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping menyerukan meningkatkan pangsa mata uang nasional dalam penyelesaian bersama dan memperluas kerja sama untuk memberikan investor Rusia dan China akses ke pasar saham,” ungkap Yuri Ushakov, penasihat kebijakan luar negeri Putin.
Ushakov menjelaskan, "Perhatian khusus diberikan pada kebutuhan untuk mengintensifkan upaya membentuk infrastruktur keuangan independen untuk melayani operasi perdagangan antara Rusia dan China."
“Maksud kami menciptakan infrastruktur yang tidak dapat dipengaruhi oleh negara ketiga,” ujar ajudan Kremlin itu.
Menjelang konferensi video, Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov mengisyaratkan bahwa diskusi ekonomi kemungkinan akan menjadi agenda kedua kepala negara.
Rusia dan China dikatakan semakin ingin menjauh dari penggunaan dolar AS sebagai mata uang utama perdagangan internasional.
Beijing dan Moskow akan menggunakan mata uang mereka sendiri untuk menopang volume perdagangan bilateral yang sedang booming.
Pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS Victoria Nuland mengatakan Gedung Putih, bersama dengan sejumlah negara Eropa Barat, sedang mempertimbangkan untuk sepenuhnya mengisolasi Moskow dari sistem keuangan global jika pasukan Rusia berani menyerang Ukraina.
Sehari sebelumnya, Bloomberg menyarankan agar Washington dapat menargetkan bank-bank besar Rusia dan bahkan memutuskan Moskow dari jaringan SWIFT.
Pada akhir November, bos raksasa minyak milik negara Rusia Rosneft, Igor Sechin, menuduh Washington memanipulasi dolar untuk memajukan kepentingannya sendiri dan mengatakan dolar kehilangan daya tariknya karena kebijakan pelonggaran kuantitatif Federal Reserve AS pada dasarnya membanjiri ekonomi global dengan kelebihan pasokan uang.
Awal tahun ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyarankan, “Beijing dan Washington perlu menjauh dari penggunaan sistem pembayaran internasional yang dikendalikan Barat.”
Lavrov juga menuduh AS berusaha membatasi peluang pengembangan teknologi dari Rusia dan China.
Pernyataan itu diumumkan Kremlin pada Kamis (16/12/2021) setelah pembicaraan antara para pemimpin negara.
Langkah tersebut tampaknya merupakan tanggapan terhadap serangkaian peringatan negara-negara Barat untuk memutuskan hubungan Rusia dari sistem keuangan SWIFT yang berbasis di Brussel sebagai bentuk sanksi.
Platform pembayaran itu menopang sebagian besar transaksi internasional. “Selama pembicaraan pada Rabu (15/12/2021), Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping menyerukan meningkatkan pangsa mata uang nasional dalam penyelesaian bersama dan memperluas kerja sama untuk memberikan investor Rusia dan China akses ke pasar saham,” ungkap Yuri Ushakov, penasihat kebijakan luar negeri Putin.
Ushakov menjelaskan, "Perhatian khusus diberikan pada kebutuhan untuk mengintensifkan upaya membentuk infrastruktur keuangan independen untuk melayani operasi perdagangan antara Rusia dan China."
“Maksud kami menciptakan infrastruktur yang tidak dapat dipengaruhi oleh negara ketiga,” ujar ajudan Kremlin itu.
Menjelang konferensi video, Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov mengisyaratkan bahwa diskusi ekonomi kemungkinan akan menjadi agenda kedua kepala negara.
Rusia dan China dikatakan semakin ingin menjauh dari penggunaan dolar AS sebagai mata uang utama perdagangan internasional.
Beijing dan Moskow akan menggunakan mata uang mereka sendiri untuk menopang volume perdagangan bilateral yang sedang booming.
Pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS Victoria Nuland mengatakan Gedung Putih, bersama dengan sejumlah negara Eropa Barat, sedang mempertimbangkan untuk sepenuhnya mengisolasi Moskow dari sistem keuangan global jika pasukan Rusia berani menyerang Ukraina.
Sehari sebelumnya, Bloomberg menyarankan agar Washington dapat menargetkan bank-bank besar Rusia dan bahkan memutuskan Moskow dari jaringan SWIFT.
Pada akhir November, bos raksasa minyak milik negara Rusia Rosneft, Igor Sechin, menuduh Washington memanipulasi dolar untuk memajukan kepentingannya sendiri dan mengatakan dolar kehilangan daya tariknya karena kebijakan pelonggaran kuantitatif Federal Reserve AS pada dasarnya membanjiri ekonomi global dengan kelebihan pasokan uang.
Awal tahun ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyarankan, “Beijing dan Washington perlu menjauh dari penggunaan sistem pembayaran internasional yang dikendalikan Barat.”
Lavrov juga menuduh AS berusaha membatasi peluang pengembangan teknologi dari Rusia dan China.
(sya)