Iran Dituduh Bangun Militer di Bagian Barat untuk Serang Israel
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Israel dan Iran memutuskan hubungan diplomatik pada 1979. Israel yang diduga memiliki senjata nuklir di Timur Tengah, telah lama menuduh Iran bercita-cita membangun nuklir.
Israel juga mengancam akan menghancurkan fasilitas nuklir Teheran. Iran telah memperingatkan bahwa setiap serangan di wilayahnya akan memicu pembalasan yang menghancurkan.
Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Benny Gantz menuduh Iran terlibat dalam pembangunan militer yang memungkinkannya menyerang negara-negara tetangganya, termasuk Israel.
“Iran sedang membangun kekuatan militernya di barat negara itu untuk menyerang negara-negara dan pasukan di Timur Tengah pada umumnya dan Israel pada khususnya. Kami siap untuk setiap upaya semacam itu, dan akan melakukan apa pun untuk melindungi warga dan aset kami," tulis Gantz di Twitter pada diskusi baru-baru ini dengan pejabat Amerika Serikat (AS) di Washington, dilansir Sputnik pada Sabtu (11/12/2021).
Selain kekuatan rudal Iran, menteri pertahanan Israel menuduh Teheran melatih milisi dalam pengoperasian drone bersenjata.
Gantz mengatakan dia telah memberi tahu AS tentang upaya Iran ini pada Kamis.
Setelah pertemuannya dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, Gantz mengatakan, “Iran menimbulkan ancaman tidak hanya…keamanan fisik kami, tetapi bagi cara hidup kami dan nilai-nilai bersama kami.”
“Dalam aspirasinya untuk menjadi hegemon, Iran berusaha menghancurkan semua jejak kebebasan, martabat manusia, dan perdamaian di Timur Tengah dan sekitarnya. Program nuklir adalah sarana untuk mencapai tujuan hegemoniknya,” ujar dia.
Perjalanan Gantz ke Washington terjadi dalam suasana ketegangan regional yang berkelanjutan antara Israel dan musuh bebuyutannya, Iran.
Muncul pula laporan bahwa Amerika Serikat dan Israel sedang merencanakan kemungkinan latihan bersama untuk mempraktekkan penghancuran infrastruktur fasilitas nuklir Iran jika pembicaraan Wina baru-baru ini mengenai kesepakatan nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama itu gagal.
Awal tahun ini, Israel menyisihkan USD1,5 miliar dalam anggaran pertahanannya untuk mempersiapkan kemungkinan serangan terhadap Iran, baik secara mandiri atau berkoordinasi dengan sekutu AS.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov memperingatkan pada Kamis bahwa setiap latihan bersama AS-Israel melawan Iran mengancam mengacaukan situasi di "wilayah ledakan" dan "tidak diperlukan."
Diplomat Rusia itu menekankan, “Saat ini penting untuk menahan diri dan fokus untuk memfasilitasi proses negosiasi.”
Teheran menyalahkan sikap keras kepala AS atas kegagalan pembicaraan nuklir Wina pekan lalu, dengan putaran negosiasi lain diadakan Kamis dan berakhir setelah sekitar satu jam.
Washington secara sepihak menarik diri dari JCPOA pada 2018 dan mengaktifkan kembali sanksi keras terhadap sektor energi dan perbankan Iran.
Teheran ingin sanksi ini dihapus sebelum kembali ke komitmennya berdasarkan perjanjian. Gedung Putih ingin Iran terlebih dahulu mengurangi kegiatan pengayaan dan penimbunan uraniumnya.
Perselisihan tentang pihak mana yang harus menjadi yang pertama membuat konsesi dengan niat baik telah menyebabkan jalan buntu dalam negosiasi, merusak harapan bahwa Presiden Joe Biden akan segera mencabut kebijakan Donald Trump terkait Iran dan kembali ke JCPOA segera setelah menjabat pada Januari.
Israel juga mengancam akan menghancurkan fasilitas nuklir Teheran. Iran telah memperingatkan bahwa setiap serangan di wilayahnya akan memicu pembalasan yang menghancurkan.
Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Benny Gantz menuduh Iran terlibat dalam pembangunan militer yang memungkinkannya menyerang negara-negara tetangganya, termasuk Israel.
“Iran sedang membangun kekuatan militernya di barat negara itu untuk menyerang negara-negara dan pasukan di Timur Tengah pada umumnya dan Israel pada khususnya. Kami siap untuk setiap upaya semacam itu, dan akan melakukan apa pun untuk melindungi warga dan aset kami," tulis Gantz di Twitter pada diskusi baru-baru ini dengan pejabat Amerika Serikat (AS) di Washington, dilansir Sputnik pada Sabtu (11/12/2021).
Selain kekuatan rudal Iran, menteri pertahanan Israel menuduh Teheran melatih milisi dalam pengoperasian drone bersenjata.
Gantz mengatakan dia telah memberi tahu AS tentang upaya Iran ini pada Kamis.
Setelah pertemuannya dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, Gantz mengatakan, “Iran menimbulkan ancaman tidak hanya…keamanan fisik kami, tetapi bagi cara hidup kami dan nilai-nilai bersama kami.”
“Dalam aspirasinya untuk menjadi hegemon, Iran berusaha menghancurkan semua jejak kebebasan, martabat manusia, dan perdamaian di Timur Tengah dan sekitarnya. Program nuklir adalah sarana untuk mencapai tujuan hegemoniknya,” ujar dia.
Perjalanan Gantz ke Washington terjadi dalam suasana ketegangan regional yang berkelanjutan antara Israel dan musuh bebuyutannya, Iran.
Muncul pula laporan bahwa Amerika Serikat dan Israel sedang merencanakan kemungkinan latihan bersama untuk mempraktekkan penghancuran infrastruktur fasilitas nuklir Iran jika pembicaraan Wina baru-baru ini mengenai kesepakatan nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama itu gagal.
Awal tahun ini, Israel menyisihkan USD1,5 miliar dalam anggaran pertahanannya untuk mempersiapkan kemungkinan serangan terhadap Iran, baik secara mandiri atau berkoordinasi dengan sekutu AS.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov memperingatkan pada Kamis bahwa setiap latihan bersama AS-Israel melawan Iran mengancam mengacaukan situasi di "wilayah ledakan" dan "tidak diperlukan."
Diplomat Rusia itu menekankan, “Saat ini penting untuk menahan diri dan fokus untuk memfasilitasi proses negosiasi.”
Teheran menyalahkan sikap keras kepala AS atas kegagalan pembicaraan nuklir Wina pekan lalu, dengan putaran negosiasi lain diadakan Kamis dan berakhir setelah sekitar satu jam.
Washington secara sepihak menarik diri dari JCPOA pada 2018 dan mengaktifkan kembali sanksi keras terhadap sektor energi dan perbankan Iran.
Teheran ingin sanksi ini dihapus sebelum kembali ke komitmennya berdasarkan perjanjian. Gedung Putih ingin Iran terlebih dahulu mengurangi kegiatan pengayaan dan penimbunan uraniumnya.
Perselisihan tentang pihak mana yang harus menjadi yang pertama membuat konsesi dengan niat baik telah menyebabkan jalan buntu dalam negosiasi, merusak harapan bahwa Presiden Joe Biden akan segera mencabut kebijakan Donald Trump terkait Iran dan kembali ke JCPOA segera setelah menjabat pada Januari.
(sya)